Chereads / MENIKAH DENGAN ANAK SUAMIKU / Chapter 3 - 2 Milyar

Chapter 3 - 2 Milyar

Rey duduk sambil melipat tangan di dada. Membayangkan wanita yang berani sekali datang ke ruangannya tanpa mengetok pintu. Wanita kurang ajar! Makinya seorang diri. Dia sangat marah. Dia tidak menyukai wanita manapun untuk menghampirinya. Jangankan bertemu, melihat dari jauh saja dia sudah merasa jijik.

"Dion, kamu dimana sekarang?" 

"Saya sekarang di Rumah Sakit, Tuan."

Tuttt...

Tuan Rey mematikan telepon. Dia kembali fokus dengan pekerjaannya. Dia mematikan telepon itu, karena sudah pasti Dion melakukan rutinitasnya mengunjungi seseorang di Rumah Sakit. Dia tidak mau mengganggu sekertarisnya dengan ikut campur untuk setiap kegiatannya.

"Tuan, ini saya Lina, mau mengumpulkan beberapa proposal yang kemarin saya ajukan itu, Tuan..." 

Wanita itu memberanikan diri mengetok pintu karena sekretaris yang biasa mengecek serta mengumpulkan proposal itu adalah sekertaris Dion. Jadi, sebelum masuk, dia harus memberitahukan telebih dahulu maksud kedatangannya. Sebenarnya dia tidak tau kenapa Tuan Rey bersikap seperti itu. Dia tadi hendak masuk, tapi untung saja seseorang memberitahukan dirinya semuanya sebelum dia jatuh dalam bencana besar.

"Jangan masuk!" 

"Baik Tuan."

Singkat. Hanya itu jawaban dari Tuan Rey.

Wanita itu pergi setelah mendengar atasannya tidak boleh masuk. Dia cukup bersabar atas sikap atasannya.

Dia juga merasa aneh sekali dengan sikap atasannya. Berlebihan sekali pikirnya.

Tidak tahan dengan semua itu, Tuan Rey menghubungi sekretaris pribadinya. Sudah berapa kali dia menolak seseorang masuk ke ruangannya, jika dia adalah seorang wanita. 

"Halo Tuan." ucap Dion dari seberang telepon. "Ada apa Tuan?" 

"Kamu cepat kembali! Saya sudah muak mendengar beberapa wanita mengetok ruangan saya. Saya ingin kamu yang menanganinya!"

Tuttt... 

Lagi-lagi Tuan Rey mematikan telepon tanpa mendengarkan kembali. Kebiasaan yang sama. Tidak bisa berubah.

Dia permisi kepada wanita yang dia tolong tadi, menyuruhnya untuk memakan nasinya agar dia memiliki tenaga.

"Saya pergi dulu, saya ada urusan sebentar," jelasnya, lalu pergi meninggalkan wanita yang terbaring lemah di tempat tidur itu. Sebenarnya dia tidak tega meninggalkan wanita itu, tapi perintah Tuan nya jauh lebih penting dari apapun itu.

Ternyata di balik sikapnya yang dingin, dia masih memiliki sisi yang baik juga. Kalau saja dia tidak mau membantuku pastinya aku sudah di titik terakhirku.  Bersyukur sekali dia mau menolongku. Aku pasti akan membalas kebaikannya. Jika aku tidak bisa membalasnya dengan uang, maka aku akan membalasnya dengan tubuh ini. Tubuh ini sudah miliknya seutuhnya. Terimakasih Tuan. 

Matanya nanar menatap atap. Kabut bening mulai bermunculan di kelopak mata jika dia mulai mengingat penderitaan yang dirasakannya selama ini. Dia masih ingin mencari bukti penyebab kematian orang tuanya.

Dia harus bertahan! Dia tidak bisa membiarkan penyebab kematian orang tuanya lolos begitu saja. Mereka tidak akan mendapatkan ampun sedikitpun darinya. 

Banyak sekali cobaan yang dihadapinya. Bahkan orang-orang tidak ada yang peduli padanya. Sebenarnya dia memiliki kerabat dari orang tuanya. Tapi, kerabat akan hilang juga jika orang itu telah tiada. Tidak peduli kerabatnya itu masih memiliki anak yang harus dibesarkan.

Masih kecil dia sudah ditinggalkan orang tuanya. Rumah yang selama ini mereka tempati sudah diambil alih oleh Paman dan Bibinya. Mereka lebih kejam daripada binatang buas. Mereka mencampakan anak saudara kandungnya sendiri. Keponakan tunggal dari keluarga Adam Malik. 

Dengan tega membuang Mischa lalu mengambil alih dalam bisnis orang tuanya. "Malik Grup".

"Mereka semua penghianat!" Pekik Mischa. Tangisannya semakin kuat, hatinya hancur saat mengingat-ingat kejadian tragis yang menimpa mereka saat itu. Kecelakaan yang mengambil nyawa kedua orang tuanya untuk selamanya.

***

"Saya ingin bertemu dengan Tuan Rey," ujarnya seraya menantang tatapan pria yang kini di hadapannya. 

Sekretaris Dion tersenyum miring dengan keberanian gadis berumur 20 tahun itu. Siapa sangka dia datang senekat itu. Tidak perduli akan apa yang terjadi padanya nanti. 

"Kenapa Anda hanya diam? Apa Anda takut dengan saya?" Tantang gadis itu padanya. 

Sekertaris itu tersenyum menyeringai. Dia tidak menyangka gadis itu cukup berani dan seksi. Dengan pakian atas yang sedikit terbuka memperlihatkan belahan buah dadanya. Bentuk tubuhnya bagus dan pas sesuai harapan para pria. Siapapun yang melihatnya akan terbawa nafsu olehnya. "Hei!" 

Suara Aulia yang keras cukup mengejutkan pria yang di hadapannya ini yang tengah berkhayal sedang menyentuhnya. 

"Tuan Rey ada di dalam Nona," jawab pria itu. Dia kembali terhayut dalam pikiran kotornya. Sehingga tanpa basa-basi Aulia langsung memasuki ruangan Tuan Rey tanpa mengetok pintu.

"Halo, Tuan Rey..." Sapanya. "Apa kabar?" Ucapnya tersenyum tanpa rasa takut.

Sontak membuat Tuan Rey kaget, "Kau!"

Matanya membulat menatap gadis yang sedang di hadapannya berdiri dengan senyum yang lebar. "Sedang apa kau di sini!" Tatapannya berubah seketika. Dia sekarang sangat membencinya. Kemana Dion. Kenapa bisa dia membiarkan gadis itu datang padanya.

"Kenapa Tuan Rey? Anda takut?" 

Ucapnya tanpa rasa takut. Dia bahkan berani menatap mata Tuan Rey. Tidak seorangpun yang berani menatapnya, namun gadis ini lain. Dia keterlaluan!

"Lebih baik Anda keluar dari sini sebelum puncak emosi saya keluar!" Ancamnya.

Tidak takut sama sekali, gadis itu malah berani mendekati Tuan Rey. "Tapi kenapa, Tuan?" 

Aulia sangat berani menyentuh tangan pria kejam seperti Rey bisa luluh? Mustahil! Kalau saja dia pria, sudah pasti Rey melayangkan tinjunya.

"Jangan sentuh saya! Ini sebagai peringatan terakhir untuk Anda!" Hardiknya lagi. 

Aulia tidak mendengar pria itu. Justru dia nekat membuat tubuhnya dengan pria itu  semakin dekat. Telinga pria itu kini berdesir akibat ulah Aulia yang menghembuskan napasnya. Tepat di daun telinganya, Aulia membisikkan sesuatu padanya. "Tapi kenapa Tuan? Bukan kah Anda pada malam itu sangat berani menyentuh saya?" Bisik Aulia mantap dengan bibir seksinya sambil terkekeh saat melihat pria itu terkejut dengan apa yang diucapkannya.

Tatapannya yang tajam seketika berubah menjadi tatapan memelas. 

Apa ini Tuan Rey yang ditakuti banyak orang? Dia tersenyum licik seraya mengejek pria itu. 

Tidak! Darimana dia tau? 

"Kenapa Tuan Rey? Kenapa sekarang muka Anda berubah seperti orang yang katakutan?" 

"Saya tidak menyentuh Anda. Sebaiknya Anda diam dan pergi dari ruangan saya ini!" Perintah Rey kembali dengan emosi yang melunjak. Napasnya sekarang tidak beraturan. Tatapannya tajam seperti orang yang siap membunuh. Dia tersenyum kecut setelah mengetahui wanita ini sangat tidak pantas untuk dihargai. Semua wanita sama saja. Sama-sama penggoda!

"Keluar dari sini wanita jalang!" Maki Rey sangat keras. Gadis yang di hadapannya sekarang menjadi takut. Keberaniannya yang tadi dia kumpulkan kini berkurang setelah melihat pria itu marah. Benar-benar menyeramkan.

Sekretaris Dion langsung masuk ke dalam ruangan, setelah tersadar dari pikiran kotornya. Bayangan Aulia yang memancing hasratnya untuk bercinta sampai terbawa dalam pikirannya 

"Sebaiknya Nona keluar sesegera!" 

Perintah sekretaris Dion. Dia tidak mau atasannya itu melakukan serangan fisik kepada Aulia. Itu akan membuat nama atasannya akan buruk di masyarakat luas nanti.

Kedua tangan Rey mengepal. Dia geram sekali. Wanita itu tidak mau pergi dari hadapannya. "Enyah kau wanita jalang!" Hardik Rey dengan kasar. Dia sudah tidak peduli dengan perasaan gadis yang di hadapannya itu. Meskipun dia tau, perkataannya telah menyakiti perasaan gadis itu. Yang dia inginkan, gadis itu segera menyingkir dari penglihatannya.

"Saya akan pergi. Tapi dengan satu syarat..." Cecar Aulia. "Anda harus bayar saya atas kerugian saya, karena Anda telah memperkosa saya."

Sekertaris Dion terkejut dengan ucapan gadis itu. Gadis bodoh! Kemudian dia terkekeh.

Begitu pula dengan Tuan Rey. Dia bahkan merasa gadis itu sudah gila. "Berapa?" Tanya Tuan Rey cepat. Dia ingin gadis itu cepat mendapatkan uangnya dan pergi. 

"Saya hanya minta 2 milyar, apa Anda sanggup?"

Tuan Rey menatap lekat wajah gadis itu, gadis bodoh yang berani meminta pertanggungjawaban kepadanya atas apa yang tidak dilakukannya sama sekali. Dia memang menyentuhnya, tapi tidak memperkosanya.