Chapter 6 - Bagian 6

Pintu ruang bermain markas Ocean itu tertutup, segera setelah itu terdengar suara teriakan dari Ella.

" Viona!! Lo buat janji sama siapa lagi, bocah!!" teriak Ella pada Viona yang menyenderkan kepalanya pada bahu lebar Millan.

Mendengar itu, Viona langsung membuka mata dan berteriak pada siapapun yang ada disana.

" Oh iya! Gue lupa!"

Cewek itu segera berlari dengan tergesa-gesa ke lantai bawah setelah sekelebat ingatan muncul di kepalanya.

" Tu anak kenapa lagi sih?" gumam mereka semua.

Selang beberapa menit, Viona kembali tapi dia tidak sendiri karena dibelakangnya ada seorang gadis cantik yang baru mereka temui kemarin.

" Ayangg.... I Miss You!!" teriakan menggelegar dari panglima Ocean setelah melihat kekasih hatinya masuk dari pintu masuk.

Gadis cantik yang di bawa Viona itu terkekeh kecil, melihat tingkah Panglima kesayangan nya. Ia duduk di samping Vian yang langsung disambut Vian dengan rangkulan manja di lengan Zoey.

" Malu ih, jangan gini." Walau berkata seperti itu, Zoey tetap membiarkan Vian gelayutan di lengannya.

" Aaaaaa .... Aku kangen ayy" ujar Vian.

Vilo yang melihat itu memandang jijik ke mereka. " Kalo gue jadi Zoey, udah gue buang Lo ke Antartika."

" Iri? Bilang bos, hahahaha."

Tawa mereka pecah setelah melihat wajah kesal Vilo. Tetapi itu semua tidak berlangsung lama setelah sang Leader angkat bicara.

" Vian."

Mendengar panggilan penasehat mereka, Vian langsung merubah posisi duduknya seakan mengerti situasi yang akan ia hadapi.

" Iya Lan, ada apa?" ujarnya, seraya memandang kekasih adiknya yang duduk di sofa yang berada di pojok ruangan.

" Bos ngasih tugas buat Lo sama Zoey." ujar Millan seraya melihat ke Vian dan Zoey. " Tiga hari yang lalu kita ada kiriman surat dari gang Chiroptera yang berisikan, mereka mau nantang kita buat ngambil alih wilayah yang udah kita ambil dari mereka empat bulan yang lalu."

" Chiroptera ya? Sepertinya gue pernah denger nama gang itu."

Millan menatap Zoey setelah mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh gadis cantik itu.

Sedangkan Viona terkekeh kecil melihat wajah bingung Zoey. Kekasih kakaknya itu memang agak buruk buat mengingat nama gang yang pernah ia temui atau dengar.

" Gang Chiroptera itu gang yang pernah Lo kalahin waktu balapan di Racing Circle, mereka nggak terima kalo anggota mereka kalah karena ngelawan Lo, kalo nggak salah mereka juga nuduh Lo curang waktu itu."

Seakan melihat potongannya memori di otaknya, ia pun tersenyum dan berkata. " Oh.... Yang akhirnya mereka di blacklist disana ya. Oke oke gue ingat sekarang."

" Ekhm, jadi Bos minta kalian berdua buat kesana dan layanin apapun yang mereka mau. Kalian sanggup?" tanya Millan.

" Sanggup dong!!/ Sanggup!!"

" Bagus." Millan tersenyum kecil setelah ia menyadari sesuatu yang tadi di bilang Alaska padanya.

" Kapan kita mulai beraksi?" tanya Vian dengan semangat yang membara.

" Nanti malam, sesuai waktu yang mereka tentukan."

Milla berdiri kemudian pergi dari ruangan itu setelah mendengar panggilan telepon dari seseorang.

" Jangan sampai ngelewatin batas Yan. Itu peringatan dari Bos," ujarnya sebelum benar-benar menutup pintu yang ber nametag 'Wellcome to My Playground'.

" Nggak sabar banget gue! setelah sekian lama akhirnya Bos nanggepin tantangan musuh juga." Vian tersenyum begitu lebar hingga lesung pipinya terlihat.

" Well, meskipun Alaska udah nerima tantangan mereka tapi kita nggak boleh berbuat sesuka kita tanpa perintah Alaska," monolog Carrie, ia berdiri dari duduknya guna menemui Ella buat ngebicarain rencana melawan Ramos.

•••

Sejak tadi, Alaska mengemudikan motornya dengan kecepatan sedang, berbanding terbalik dengan Erly yang asik melihat pemandangan ibu kota dengan wajah kagumnya seakan ia tidak pernah melihat pemandangan yang ia lihat sekarang. Ekspresi kagum Erly tidak luput dari perhatian Alaska yang sesekali melihat ke arah spion motornya.

" Nggak pernah liat pemandangan kota, Er?"

Erly menoleh ke arah Alaska kemudian tersenyum melihatnya dari kaca spion. Senyuman manis yang terlihat begitu terpaksa itu tentunya menunjukkan bahwa Erly terganggu sama pertanyaan Alaska.

" Nggak." ujar Erly tanpa mengalihkan pandangannya dari Alaska.

Mereka tidak ada pembicaraan lagi setelahnya, hingga motor Alaska sampai di perempatan yang posisinya udah berada jauh dari warung tempat mereka bertemu tadi.

" Kita mau kemana Er?" tanya Alaska setelah memberhentikan motornya di pinggir jalan.

Disitu ada tiga pilihan jalan. Pertama, jika Alaska membelokan motornya ke arah kanan ada jalanan yang dapat dilalui mobil maupun kendaraan besar sekalipun, bisa dibilang itu adalah jalanan utama yang biasa di lalui kendaraan, kedua, jika Alaska membelokan motornya ke arah kanan ada jalanan kecil yang jika di perhatikan secara seksama itu terdapat rumah rumah kecil yang bangunannya sedikit lusuh, ketiga, jika Alaska melajukan motornya lurus ke depan terdapat hutan yang begitu luas tapi juga terawat.

Melihat jalanan hutan itu membuat Alaska ingat salah satu rumor yang bilang jika markas utama Rose Gold ada di pinggir hutan, sekarang Alaska akan membuktikan apakah rumor itu hanya bualan semata atau benar benar fakta.

" Lurus aja, bukannya Lo pernah denger kalo markas utama Rose Gold berada di tengah hutan?"

Sontak perkataan Erly membuat Alaska syok bukan main. " Aku memang pernah denger soal lokasi markas utama Rose Gold, tapi rumor itu mengatakan markas utama Rose Gold berada di pinggir hutan bukan tengah hutan."

" Ohh gitu." Jawaban singkat Erly membuat Alaska diam tidak berkutik.

" Hidupin lagi motornya dan ikutin apa yang gue ucapin, kalo Lo salah belok sedikit kita akan tersesat." ujar Erly menepuk-nepuk punggung Alaska.

Motor Alaska bergerak ke depan yang terdapat hutan yang begitu luas, tak lupa dia juga menghidupkan lampu motornya, jujur jalanan hutan sangat gelap bahkan Alaska tidak bisa melihat ke depan.

" Fokus Ka! Ikutin apa yang gue bilang."

Sekarang motor milik Alaska sudah berada di dalam hutan itu, setirnya berbelak-belok mengikuti arah kemana tangan pengemudi melajukan kendaraan ber roda dua itu.

Tak terasa semakin jauh Alaska masuk ke dalam hutan hingga ia memikirkan bagaimana cara dia pulang.

" Fokus Ka!! Jangan ngelamun, sebentar lagi sampai." ujar Erly setelah melihat cahaya di ujung jalan.

Jalanan yang mereka lewati sebenarnya tidak pantas di sebut dengan istilah ' Jalan ' karena kalau si pengemudi tidak hati-hati melajukan kendaraannya maka ia bisa saja menabrak pohon yang posisinya sangat dekat satu sama lain.

Sekarang Alaska bisa bernafas lega setelah melihat cahaya yang tadinya di lihat Erly, jujur dia dari tadi takut kalo mereka belum sampai di markas besar Rose Gold karena hari sudah mulai gelap dan penglihatannya sudah mulai gelap.

" Akhirnya sampai. Lo ikutin aja kemana arah jalanan."

Alaska mengangguk. " Baik Er."

Jalanan yang Erly maksud adalah sebuah jalanan beraspal yang terdapat lampu jalan di kedua sisi.

Alaska melajukan motornya sampai ia melihat ada sebuah pagar besar yang seakan menutup jalan yang ia lewati. Pagar itu bercat merah dengan gerbang yang berwarna hitam, dengan ukiran bunga mawar di sekitarnya.

" Sepertinya sudah sampai Er," ujar Alaska seraya membangunkan gadis cantik itu di pundaknya.

" Oh sudah sampai," gumamnya setelah ia melihat gerbang besar itu ada di depannya.

" Tidak turun Er?" tanya Alaska hati-hati. Cowok itu takut membuat Erly tersinggung dengan ucapannya.

" Ouhh memangnya Lo ingat jalanan yang tadi kita lalui?" Erly berujar remeh ke Alaska yang dibalas kekehan kecil oleh Alaska.

" Hehehehe tidak sih."

" Tau tuh." Erly turun dari motor Alaska dan berjalan kearah gerbang, seketika gerbang yang tadinya tertutup sekarang terbuka memberi jalan bagi keduanya.

" Ayo kan," ujar Erly menaiki motor Alaska lagi.

" Jalan Ka."

Alaska menjalankan motornya seraya melihat sekitar.

" Apakah mereka selalu begitu Er?" tanya Alaska setelah melihat orang-orang Erly menundukkan kepalanya dari mereka masuk tadi.

" Iya."

Singkat memang, tapi bisa menjawab pertanyaan Alaska.

Sebegitu setianya mereka? Sekarang gue tau kenapa semua orang-orang Rose Gold tidak tau wajah wakil mereka- batin Alaska.

" Sampai," ujar Erly melihat bangunan besar di depannya