" Caaa, kita juga harus pergi. Vero sepertinya butuh tidur siang," ujar Alaska, tadinya pemimpin Ocean itu asik memandangi seseorang tapi setelah ia melihat kode dari Millan, ia pun langsung berdiri dari duduknya dan pergi dari meja mereka.
" Oy Ka, semena-mena banget Lo, gorengan gue belum habis!" teriak Carrie, setelah ia melihat Alaska sudah pergi dari kantin sekolah.
Anggota yang lain menggelengkan kepala mereka melihat kelakuan Carrie.
" Ayo Car, bisa habis Lo sama Alaska kalo sampai ia liat anggotanya belum lengkap," ujar Millan setelah ia berhasil menggendong Vera tanpa membangunkan gadis itu.
Carrie yang mendengar ucapan Millan langsung memakan habis gorengannya dan berlari mengejar Millan, juga Vero yang masih setia berada di gendongan pemuda itu. Yang mana kejadian itu mengundang teriakan histeris dari seluruh siswi yang masih berada di kantin Sagitarius
•••
" Yan, itu ada yang ngikutin kita di belakang." Vero berujar malas seraya memukul helm Vian. Gadis itu menyenderkan kepalanya di bahu Vian untuk melampiaskan rasa kantuknya dan tangannya yang menganggur mengisyaratkan ada penyusup di belakang kepada para sahabatnya.
" Pergi ke jalanan sepi, Yan. Disini banyak polisi yang berjaga," titah Millan yang berada di samping Vian.
Mendengar ucapan Millan, Vian pun mengangguk. Ia menyuruh Vero yang berada di boncengannya untuk mengkode pada yang lain buat ngikutin dia, kemudian Ia menarik gas motornya untuk sedikit menambah kecepatan motornya.
" Kalo gue sampai keganggu gara-gara kelakuan motor Lo, gue aduin ke pacar lo." Vero langsung memeluk sang kakak saat ia sadar Vian menambah kecepatan motornya.
" Jangan bilang aneh-aneh Lo sama pacar gue. Nggak jadi gue beliin tas Dior, emang mau Lo?" ancam Vian seraya membelokkan setir motornya.
Vero langsung menggigit bahu Vian setelah mendengar ancaman kembarannya. Ia pikir, walaupun dia tidak dibelikan tas Dior oleh saudara kembarnya itu, justru ia akan merengek pada pacar kembarannya dan pasti akan langsung dibelikan bahkan ia bisa mendapat lebih.
" Ada apasih sebenarnya, Lan?" tanya Viona, saat ia sadar bukan kearah sini tempat tujuan mereka.
" Bukan apa-apa, Lo tenang aja." Millan menjawab sembari mengeratkan pelukan Viona di perutnya.
Setelah kurang lebih 5 menit, akhirnya motor yang dikendarai Vian berhenti di tempat mereka biasanya olahraga. Mereka semua berhenti di tengah-tengah tempat itu dengan si lawan dan semua pasukannya melingkari mereka.
Alaska melepaskan helmnya. Kedua netranya menatap tajam ke arah lawan yang sudah turun dari motornya. " Mau apa Lo?" tanya Alaska, masih diatas motor.
" Mau gue? Mau gue itu Lo." Sang lawan menunjuk Alaska. Ia berjalan mendekati Alaska dengan tenang tanpa menghiraukan teman-teman Alaska yang menatapnya tajam.
Mendengar itu, Alaska bukannya turun dari motornya dan menghampiri orang tersebut tapi malah menyangga kepalanya dengan kedua tangannya di atas helm yang tadi ia pakai. Bermaksud menantang sang lawan yang bahkan dia tidak tau itu siapa.
" Gue bahkan ngga tau Lo siapa, kenapa Lo tiba-tiba ngikutin gue," balas Alaska penuh penekanan.
Sang lawan tertawa mengejek. " Kasian banget babu ini." Dia memegang dagu Alaska dan menghempaskan-nya kasar, membuat anggota Ocean melepas helm mereka masing-masing. " Lo nggak tau gue siapa? Kenalin, gue Aron musuh dari Rose Gold."
" DAN LO PIKIR KITA GANG ROSE GOLD, GITU? LO SALAH, KARENA KITA GANG OCEAN. BUKAN GANG YANG DIBAWAH KEKUASAAN GANG MANAPUN, TERMASUK ROSE GOLD!" teriak Vilo dengan emosi. Kalau Alaska tidak mengkodenya untuk diam mungkin orang yang berada di depan bosnya itu sudah habis dihajar Vilo.
Aron tertawa keras, ia berjalan ke samping tempat Alaska duduk." Kalian belum tau rupanya, kalo leader kalian ini sudah menjabat sebagai pelindung Rose Gold."
" Tapi bukan berarti anggota gang gue juga ikut terlibat dalam masalah Rose Gold. Karena dalam perjanjian itu hanya gue yang terikat, bukan mereka," sahut Alaska. Cowok itu ikut turun dari motornya dan menatap Aron tajam.
" Banyak omong Lo, tujuan gue ikutin Lo ke sini buat hancuin Lo sampai jadi debu."
Tanpa diduga pertengkaran pun terjadi, Aron meninju wajah Alaska namun tak berhasil karena Alaska dengan santai menghindar kebelakang.
Karena marah serangannya gagal, Aron kemudian meninju perut Alaska tapi sebelum serangannya terjadi anggota Ocean berdiri di depan Alaska seolah menjaga Alaska dengan posisi benteng pertahanan.
" Sial, gue paling nggak suka kalo diganggu." Aron menyungging senyum miring, cowok itu kembali ke motornya tanpa mengatakan sepatah kata pun. Ia menghidupkan motornya kemudian menjalankan-nya ke arah Alaska.
" Cuma mau ngingetin kalau gue orangnya nggak gampang pilih musuh. Gue nggak akan datangin musuh secara langsung kalau gue rasa dia lemah, tapi gue rasa rencana mereka cukup baik juga membuat Lo jadi penjaga-Nya." Setelah mengatakan itu Aron menginterupsi anggotanya untuk segera pergi dari sana.
Mendengar itu, Alaska tersenyum tipis dan memandangi motor Aron yang pergi dari tempat mereka berdiri diikuti oleh seluruh anggotanya.
Anggota Ocean melihat Aron and the gang pergi dari sana hanya menatap mereka heran. Seolah memiliki pikiran yang sama, mereka saling melempar pandangan satu sama lain kemudian memandang Alaska yang berjalan menuju motornya.
" Ini salah satu akibat Lo jadi penjaga Wakil ketua Rose Gold kan, Ka?" tanya Ella saat melihat Alaska menaiki motornya.
" Iya, Lo bener."
" Serem juga ya kalau setiap saat ada musuh yang nggak Lo kenal tiba-tiba nyerang lo," timpal Vero yang masih berada di atas motor Vian. Gadis itu tidak ikut temannya menjaga leader mereka karena ia masih mengantuk.
Alaska mengangguk. " Balik ke motor kalian masing-masing, hari sudah mulai gelap."
" Jadi ke warung bi Yayah kan bos?" sahut Carrie, bermaksud mengingatkan sang kapten.
" Iya."
Setelah mendengar jawaban Alaska mereka semua langsung menghidupkan motor mereka dan berjalan mengikuti Alaska dari belakang. Meninggalkan seorang pemuda yang sedari tadi melihat semua kejadian itu dari awal sampai akhir di sebuah kursi taman yang berada di sudut lapangan yang tertutupi oleh sebuah pohon.
Pemuda itu mengambil handphone-nya dan meletakkan di depan telinga. " Ia lulus dari pengamatan Aron, Princess."
•••
Pada sore hari ini, ibukota Jakarta diguyur hujan. Tidak terlalu lebat tapi cukup membangun suasana sendu bagi pecinta senja. Tapi tidak untuk para pelajar sekolah menengah atas yang tengah berkumpul seraya menyeruput minuman mereka masing-masing di depan warung pinggir jalan dengan esbes putih yang melindungi.
Tempat itu hanya sebuah warung kopi dalam versi tongkrongan anak muda yang difungsikan untuk sekedar melepas penat atau sekedar berkumpul bersama teman, mereka biasa menyebutnya sebagai warung bi Yayah karena hanya bi Yayah yang menjaga warung tersebut meskipun terkadang pakde Yoyo juga ikut membantu.
" Siapa yang nyerang Lo tadi?" tanya Vero dengan alis saling mengaut.
" Aron."
" Dia siapa?" tanya Vero tidak paham.
" Orang tadi," ujar Alaska mengulang ucapannya.
" Maksudnya ada urusan apa sama Lo, Ka! Gue jitak juga lo lama-lama," ujar Vero berancang-ancang meninju wajah tidak berdosa Alaska.
" Dia musuh Rose Gold. Dan kayaknya, berita tentang posisi gue sebagai pelindung wakil ketua Rose Gold sudah diketahui oleh musuh mereka," jelas Alaska seraya menyesap kopinya.
Vero manggut-manggut. " Jadi, Lo dijadiin tempat pelampiasan para musuh Rose Gold, gitu?" Ia mengulum bibirnya.
" Bisa dibilang begitu."
" Terus, gimana kalau seandainya musuh Rose Gold lebih banyak dan Lo sendirian?" timpal Millan yang asik mengusap rambut Viona.
" Nggak tau. Mungkin pilihan gue hanya ada dua, kalau nggak nyerah ya hajar aja," ujar Alaska tanpa melihat sang lawan bicara. Cowok itu terlalu fokus sama untaian kalimat yang ada dihandphone yang di pegang nya.
" Gue nggak yakin kalau Rose Gold biarin penjaga Wakil mereka diserang begitu aja sama musuh mereka." Panglima Ocean itu berusaha memberi opini yang menurutnya masuk akal. Ia hanya tidak rela jika leader mereka hanya dianggap mainan oleh musuh.