Chereads / Dungeon Master (Indo) / Chapter 16 - Chapter 16 - Dungeon Bisnis

Chapter 16 - Chapter 16 - Dungeon Bisnis

Setelah semuanya selesai. Aku menyiapkan diri untuk kembali ke Volis.

"Kalian bertiga atur semua yang ada disini. Karena ini baru dungeon kecil, jadi tugas kalian belum banyak."

"Baiklah, master. Jangan khawatir." Aka menjawab dengan penuh percaya diri.

Yami memeluk dan menciumku sebelum dia berkata. "Master, jangan pergi terlalu lama."

Sakura juga memeluk dan menciuku. Tapi dia kemudian bicara kepadaku Asmodeus. "Asmodeus-sama, bisa tukar tempat tidak?"

Aku kemudian menepuk kepala Sakura. "Kalian tidak bisa berubah menjadi manusia. Jadi aku tidak bisa membawa kalian. Jadi, sabar sesikit ya." Aku kemudian mencium kening Sakura. Dan kemudian kening Yami. Setelah itu menepuk pundak Aka.

"Core, jika ada kabar mengenai core lain yang ada didekat sini."

[Baik master. Aku akan coba cari. Tapi karena aku masih level kecil. Mungkin akan sedikit sulit.]

"Tidak apa-apa, sebisamu saja."

Aku kemudian keluar dari dungeon dan langsung pergi menuju Volis.

Setelah sampai, kita berdua langsung menuju gedung serikat eksplorer.

"Alan-san, kemana saja kami dua hari ini?" Rosalia terlihat sedikit marah.

"Memeriksa dungeon yang baru saja muncul. Memangnya ada apa?" Aku sedikit bingung.

"Ketua serikat mencarimu."

Aku kemudian langsung pergi menemui ketua serikat. Aku mengetuk pintu dan masuk setelah ketua serikat memberiku ijin untuk masuk.

Ketika didalam aku melihat seseorang yang belum pernah aku lihat.

"Alan, duduk dulu."

Aku duduk dan Asmodeus beediri dibelakangku seperti biasa.

"Alan, pria ini butler dari Tuan tanah wilayah Volis."

"Salam kenal. Nama saya, Abil."

"Salam kenal, aku Alan Windfrost Hiroka, dan dibelakangku adalah Dee pelayan pribadiku." Asmodeus hanya menundukan kepalanya.

"Rosalia bilang kamu mencariku, ada masalah apa?"

"Kemarin kamu bilang ada dungeon baru yang isinya hanya goblin bukan?"

Aku menganggukkan kepalaku.

"Aku sudah melaporkan hal itu kepada Tuan tanah, itu kenapa butler tuan tanah kemari untuk membicarakan penyelidikan yang perlu dilakukan."

"Oh... Kamu tidak perlu melakukannya. Aku sudah melakukannya dalam dua hari ini."

Ketua serikat dan butler tuan tanah terlihat terkejut.

"Maksudmu?"

"Bukan kah aku yang mengusulkan kepadamu untuk melatih eksplorer di dungeon baru ini. Jadi aku menyelidiki dungeon ini untuk mengetahui resiko yang bisa terjadi. Dan hasilnya tidak terlalu buruk."

Butler tuan tanah terlihat senang dengan apa yang dia dengar.

"Jelaskan"

"Dungeon hanya punya satu lantai, ada satu ruangan besar, dan dua ruangan kecil. Goblin keluar dari lingkaran sihir yang ada diruangan kecil. Setiap satu jam sekali, 5 goblin keluar. Dan setiap seratus goblin, mereka akan otomatis berevolusi menjadi hob-goblin. Jadi dalam dua hari ini aku menemukan 2 hob-goblin. Karena aku tidak mau goblin keluar dari dungeon. Au akhirnya membuat barier agar monter tidak bisa keluar. Jadi untuk sementara, semuanya aman." Aku menjelaskan apa yang aku ketahui.

"Tapi, aku tidak melihat keberadaan dungeon core. Dan lingkaran sihir ini tidak bisa dihancurkan. Aku sempat merusak lantai dungeon, tapi lingkaran sihir tetap utuh."

Walau ketua serikat dan butler terlihat cemas dengan lingkaran sihir yang tidak bisa dihancurkan, tapi mereka sedikit tenang karena jumlah yang keluar sedikit.

"Bagaimana Abil-san. Apa anda percaya dengan yang aku katakan?" Ketua serikat terlihat bangga.

"Baiklah, aku ijinkan untuk saudara Alan dan saudari Dee naik ke tingkat C. Dan aku akan menyampaikan semua yang ada disini kepada Viola-sama. Kalau begitu saya kembali dulu. Terima kasih atar kerja samanya."

Setelah itu, butler tuan tanah langsung keluar dan kembali ke kastil tuan tanah.

"Viola, apa Tuan tanah wilayah ini seorang wanita?" Aku bertanya karena aki sedikit penasaran kenapa wanita menjadi tuan tanah.

"Iya. Orang tua Viola-sama meninggal 5 tahun yang lalu ketika sebuah dungeon overflow di ibu kota. Walau Viola sama masih 17 tahun, dia tuan tanah yang hebat."

"Viola, Volis. Mungkin ayahnya sengaja memberi nama itu."

"Masalah dungeon baru ini. Apa benar-benar aman?" Ketua serikat terlihat cemas.

"Untuk saat ini. Tapi aku tidak tahu nanti ketika dungeon ini naik level. Tapi, justru karena dungeon ini masih baru, kita harus memanfaatkannya sebaik mungkin."

"Baiklah, aku akan kirim eksplorer tingkat D dan C untuk mengawasi dungeon ini. Mungkin kita perlu merefisi rencana ini ketika dungeon ini naik level."

"Kalau tidak ada hal lain. Aku mau cari penginapan dulu."

"Ya sudah. Kita bicarakan lagi lain kali."

Aku kemudian keluar dan kembali ke penginapan tempat orang tua Ayla.

"Kemana saja boy? Dua hari kamu tidak terlihat." Pemilik penginapan bertanya.

"Ada tugas dari serikat, menyelidiki soal dungeon baru. Satu kamar satu bulan." Jawabku sembari memberikan 3 koin perak

"Dungeon baru? Bahaya tidak?" Pemilik penginapan memberikan kunci kamar yang aku pakai kemarin.

"Tidak, hanya lima goblin per satu jam, jadi cuman dikit. Mungkin Nyantan dan yang lain akan disuruh juga nanti."

"Makan kapan?" Pemilik penginapan mulai tidak perduli.

"Nanti saja. Aku mau tidur dulu, kurang tidur sejak dua hari."

Aku dan Asmodeus kemudian langsung masuk kamar dan tidur, tentu saja, kita menikmati tubuh kita masing-masing sebelum tidur.

Setelah bangun, hari sudah agak sore. Kita keluar dan langsung makan, karena pagi kita tidak makan.

Dan ketika makan, Nyantan dan yang lain mendekat.

"Alan-san, apa kabar soal dungeon baru memang benar?" Nyantan bertanya dan langsung duduk disebelah kananku.

"Benar, aku baru saja selesai penyelidikan selama dua hari ini. Isinya hanya goblin."

"Aku dengar semua tingkat D dan C jarus kesana, dan bergantian masuk satu jam sekali." Ayla duduk disebelah kiriku.

Misha yang terlambat terlihat cemberut. Dan akhirnya duduk disamping Asmodeus.

"Iya, jadwalnya diatur oleh ketua serikat. Mungkin besok baru keluar."

"Sudah keluar. Kita harus pergi malam ini." Nyantan terlihat tidak bersemangat.

"Kapan keluar? Cepat juga ketua serikat kerjanya?"

"Yang buat Rosalia. Mana mungkin ketua sertikat bisa melakukan hal seperti itu." Misha sangat jengkel. Karena Nyantan dan Ayla sangat menempelkan kepadaku.

"Tapi kenapa kamu sepertinya tidak mau? Kan mudah, cuman perlu bunuh 5 zombie habis itu sudah selesai."

"Yang jadi masalah adalah harus pergi malam hari. Pulangnya kan malam juga."

'Bagus. Semakin banyak yang tidak suka dengan pergi ke dungeon malam hari, semakin mudah rencanaku bisa dilakukan.'

"Tidak tiap hari juga kan? Anggap saja sekarang lembur besok libur. Kapan kalian berangkat?"

"Waktu bel malam berbunyi." Ayla menjawab.

"Kalau begitu, bisa antar saya ke toko Alchemist?"

"Kamu mau beli ramuan?" Nyantan penasaran.

"Iya, dan mungkin saja mereka bisa membuat sesuatu yang aku inginkan."

"Ramuan apa? Atau?" Misha melihat ke arah Asmodeus.

"Master tidak perlu barang seperti itu." Asmodeus tersenyum.

"Bumbu memasak. Agar kita bisa mendapat makanan enak hanya dengan merebus saja. Dari yang aku alami, banyak eksplorer yang tidak bisa memasak dan tidak punya waktu untuk itu. Jadi kalau mereka bisa mendapatkan masakan seenak penginapan hanya dengan merebus, bukankah itu akan laku keras." Aku menjelaskan.

Rencana pertama ku, membuat diriku dikenal dan dihormati.

"Alan-san, kamu sudah punya banyak uang. Kenapa kamu masih mencari uang lagi?" Ayla penasaran.

"Bukan masalah uangnya. Sebetulnya aku sendiri butuh bumbu seperti itu. Tapi kalau memang itu bisa mendatangkan uang. Kenapa tidak dimanfaatkan?" Aku hanya tersenyum.

Setelah berbincang sedikit lama, kita kemudian langsung pergi ke toko Alchemist setwlah aku menyelesaikan makanku.

"Selamat datang di "Forest Herb" ada yang bisa saya bantu?" Seorang resepsionis langsung menyapa ketika kita masuk dengan suara tidak bersemangat.

Gadis ini terbilang pendek, dia memiliki mata hitam yang terlihat lesu, dengan rambut hitam yang diikat pony tail, rambut hitamnya sedikit panjang hingga ke payudaranya.

"Sore Shebi, lesu seperti biasa." Nyantan menjawab sapaan resepsionis tadi.

"Aku memang begini, kalau tidak suka cari toko lain." Shebi menjawab dengan suara datar.

"Hahahaha... Master Lirash bakalan marah kalau kamu seperti iti kepada pelanggan."

"Dia tidak akan perduli. Lagi pula kenapa kalian disini. Kalau cuman mau ngobrol nanti saja kalau toko sudah tutup."

"Bukan kami yang butuh, tapi Alan-san yang butuh." Nyantan menunjuk kearahku.

"Selamat sore. Namaku Alan Windfrost Hiroka, bisa aku bertemu dengan Master Lirash. Bilang saja aku mau membuat ramuan makanan siap saji."

"Nama yang aneh. Kamu sudah dengar namaku, jadi aku tidak perlu mengatakannya lagi. Tunggu dulu. Aku panggilan dulu." Jawab Shebi dan langsung pergi ruangan dibelakangnya.

"Dia bukan lesu, mungkin malas." Asmodeus berpendapat.

Seorang wanita muncul dari ruang belakang, dia memiliki mata hijau, rambut hijau muda sepanjang lututnya, mengenakan baret merah dengan bagian bawah berpola lima daun semanggi. Dia mengenakan jubah merah dan putih yang elegan, dan di bawahnya dia mengenakan kemeja hijau pendek dan lengan dengan gelang dengan ujung hijau tua. Di bagian bawah tubuhnya dia memiliki rok hijau pendek dengan kain putih kecil dan ikat pinggang dengan motif lima daun semanggi dan gesper dengan motif yang sama. Di kakinya dia memakai sepatu bot hijau setinggi paha. Dan dari bentuk telinganya yang meruncing. Dan payudara yang besar. Bisa dipastikan kalau wanita ini adalah erofu. Oh sorry maksudku elf.

Wanita elf yang bernama Lirash langsung melihat kearahku dan kemudian ke arah Asmodeus. Seketika dia gemetar dan ketakutan. Shebi dan yang lain bingung.

'Asmodeus, kenapa dia ketakutan melihat mu?'

'Mungkin karena dia elf, dia sensitif dengan mana. Dan mana yang dimiliki iblis sedikit berbeda dengan mana yang dipakai oleh makhluk normalnya didunia ini. Sebetulnya semua mana itu sama, hanya saja ketika mana masuk ke dalam tubuh iblis, tubuh iblis sedikit merubah mana menjadi sedikit berbeda, dan akhirnya terlihat sedikit menakutkan. Itu kenapa manaku terlihat seperti asap.'

Aku menganggukkan kepalaku.

"Apa kamu tahu Dee itu apa?" Aku bertanya.

"Ke... Kenapa makhluk seperti kalian berdua ada disini?!" Lirash terlihat sangat marah dan sebuah tombak tiba-tiba muncul ditangan kanannya.

"Woi...woi...woi... Tenang dulu kenapa? Kalau kamu tahu, harusnya kamu juga tahu apa yang terjadi kalau kita berdua serius. Jadi jangan ambil kesimpulan begitu saja."

Walau Lirash masih terlihat waspada, tapi dia menurunkan tombaknya.

"Lagi pula kamu dengar kenapa kami kemari bukan? Aku butuh bantuanmu untuk membuat bumbu siap saji. Aku butuh bantuanmu untuk membuat ramuan untuk memasak."

"Apa yang kalian rencanakan? Apa kalian mau menghancurkan kerajaan ini?" Lorash berkata dengan nada sangat serius.

"Hahahaha... Master Lirash, jangan bercanda. Alan-san bukan pria seperti itu. Dia baik hati kok. Walaupun Alan-san dan Dee-san itu kuat, tidak mungkin mereka berdua bisa menghancurkan kerajaan ini. Eksplorer di ibu kota sangat kuat, berbeda dengan pelosok seperti ini. Dan lagi kerajaan ini memiliki prajurit yang kuat. Komandan Shalendra juga sangat kuat."

"Huhf... Aku tidak tahu apa yang sudah kalian berdua lakukan hingga membuat Nyantan dan teman-temannya mempercayaimu. Tapi Nyantan, Shalendra yang kamu anggap kuat. Pria itu bisa membunuhnya hanya dengan satu kali pukulan. Dan wanita dibelakangnya. Dia punya cukup mana untuk menghancurkan gunung Daltane dengan satu sihir."

"Hehhhh.... Dee, apa aku sekuat itu?"

"Aku tidak tahu seberapa kuat manusia yang bernama Shalendra, jadi aku tidak bisa memastikan. Tapi kalau untuk diriku sendiri. Kalau aku serius, mungkin aku bisa. Tapi pertanyaannya, untuk apa aku melakukan hal itu. Untungnya buatmu apa master?"

"Untungnya buatku kalau gunung Daltane hancur..." Aku terdiam.

"Sepertinya tidak ada. Aku justru rugi besar kalau sampai ekosistem di gunung Daltane hilang."

"Kalau tidak ada untungnya, buat apa dilakukan? Buang waktu dan tenaga. Lebih baik pulang dan..." Wajah Asmodeus memerah dan dia segera menutupi wajahnya.

Nyantan dan yang lain melongo mendengar percakapanku dengan Asmodeus. Terutama Lirash.

"Ha... Apa kalian benar makhluk yang aku pikirkan?" Lirash terlihat sangat tidak percaya.

"Memangnya biasanya seperti apa?" Aku begitu penasaran seperti apa iblis di dunia ini.

"Makhluk bo..."

"Stop!!!" Aku menghentikan Lorash sebelum dia bisa menyelesaikan apa yang dia katakan.

"Jika kamu mau bilang. Makhluk bodoh yang hanya bisa berpikir dengan otonya dan sukanya membunuh dan menghancurkan. Itu bukan aku, aku sendiri akan bunuh mereka kalau aku bertemu dengan makhluk seperti itu!" Aku berkata dengan sekali nafas.

Lirash hanya bisa terdiam dan berkedip berulang kali.

"Apa kamu benar-benar makhluk yang aku pikirkan? Kamu berbeda dari apa yang kakekku ceritakan." Lirash bingung.

"Apa yang kamu pikirkan mingkin benar. Tapi... Cerita jaman kapan itu! Jaman berubah, otomatis pola pikir harus berubah!"

"Ehhhh....!!!" Lirash kaget dengan apa yang aku katakan.

"Kekuatan memang penting. Tapi, uang juga sangat penting." Aku berkata dengan sangat serius.

"Huhf, mereka yang suka merusak sudah rusak sekarang." Lirash facepalm

"Woi... Jangan buat orang lain salah paham dengan ucapanmu!"

"Ano... Bisa tolong jelaskan apa yang kalian bicarakan?" Nyantan dan yang lain hanya bisa melongo karena tidak paham apapun.

"Anggap saja seorang yang kepala otot, sekarang bisa berpikir. Aneh kan?"

"Woi, aku orang terpelajar."

"Sudahlah, lagipula kalau kalian memang serius, tidak ada yang bisa selamat."

"Bukan berarti aku akan melakukan hal itu!"

"Iya, iya, aku tahu. Jadi. Apa yang kamu mau?"

"Damn this elf. Apa kamu sudah lupa aku tadi bilang apa?"

"Iya, lupa. Aku tadi tidak perduli."

"Damn this erofu. Just wait. I will make a mess of you.!"

"Kamu ngomong apaan?" Lirash terlihat bingung.

"Tidak ngomong apa-apa, cuman pengen mengingat sesuatu."

Asmodeus tertawa dibelakangku.

"Bisa kita bicara di tempat sedikit lebih nyaman? Apa kamu mau aku bicara sambil berdiri?"

Larish menganggukkan kepalanya. "Kalau begitu masuk dulu, kita bicarakan dibelakang.

"Kalau begitu kita pergi dulu, takut telat dan tidak mendapatkan delman" Nyantan dan yang lain pamitan.

"Hati-hati, walau cuman lima goblin, tapi jangan lengah."

Ketiganya menganggukkan kepala mereka.

Setelah itu, aku masuk keruang belakang bersama Lirash dan meninggalkan Shebi untuk menjaga toko.