Kejuaraan Karate Nasional merupakan kejuaraan yang diadakan negara Indonesia untuk memilih salah satu atlet yang akan menjadi perwakilan negara Indonesia pada World Karate Championship bulan depan. Kejuaraan ini disiarkan secara langsung melalui beberapa stasiun televisi nasional.
Di kejuaraan kali ini ada banyak sekali atlet karate yang ikut dengan mimpi mungkin mereka akan terpilih dan menjadi perwakilan dari negara.
"Almira... Semangat!!!" Sorak para suporter yang tengah menyemangati atlet yang bernama Almira.
Beberapa saat kemudian masuklah kedua atlet bersamaan dengan pelatih mereka kedalam arena pertandingan. Di sisi kanan terdapat Almira Anggraini yang memakai sabuk berwarna biru, sedangkan di sisi kiri terdapat Sharon Gergia yang memakai sabuk berwarna merah. Dan di tengah arena sudah berdiri seorang wasit yang akan memimpin pertandingan.
Kedua atlet itu bejalan dan masuk kedalam arena. Mereka berdua membungkuk dan memberi salam satu sama lain.
"Hosh." Teriak kedua atlet memberi salam. Kata hosh merupakan salam yang digunakan dalam karate.
Pertandingan pun dimulai dengan gerakan tangan dari wasit. Kedua atlet itu pun mulai bergerak dan saling menatap dengan aura permusuhan. Keduanya saling berusaha mencari celah untuk menyerang sampai mereka tidak sadar jika sudah melewati satu menit pertama. Pertandingan pun dihentikan.
Lalu pada satu menit berikutnya, terlihat Sharon berulangkali berusaha menendang Almira namun naas kakinya tidak mengenai Almira sedikitpun. Ketika Sharon kembali berusaha menendang, Almira memanfaatkan kesempatan itu dengan melayangkan pukulan serta tendangan secara beruntun hingga ia berhasil mendapat 3 point sekaligus.
|0 : Sharon vs Almira : 3|
Sharon yang merasa tertinggal pun terus mencoba menendang lagi, namun tendangan nya dapat di tampik Almira dengan baik.
Lalu di menit berikutnya kedua atlet itu saling menendang dan melayangkan tinjunya dengan sengit, keduanya saling tak memberi celah untuk berhenti dengan rasa sakit yang mereka rasakan. Dengan tatapan permusuhan dan aura dingin yang dikeluarkan kedua atlet itu berhasil membuat pertandingan menjadi semakin menegangkan. Namun berkat strategi cerdik yang dibuat Almira, ia berhasil mendapat 3 point lagi dan disambut meriah oleh para suporter.
|0 : Sharon vs Almira : 6|
Sharon yang merasa semakin tertinggal melayangkan tinjunya dan tendangannya dengan agresif. Ia semakin kasar dan tidak tanggung mengincar wajah dan tubuh Almira secara beruntun. Namun sayangnya semua itu bisa ditahan oleh Almira.
Pada menit-menit terakhir Almira kembali mencetak point berkat tendangan belakang yang ia lakukan. Dan point pun menjadi,
|0 : Sharon vs Almira : 7|
Dengan begitu, pertandingan pun berakhir.
"Pemenang sekaligus yang akan menjadi perwakilan Indonesia pada World Karate Championship di Australia bulan depan aadaalaahhh...
Almira Anggraini!!!" Teriak sang MC dengan mikrofon nya.
Ketiga atlet yang menang pun naik keatas podium. Dari arah kanan terlihat juri yang sedang berjalan sembari membawa nampan yang diatasnya terdapat medali, juri itu pun mengalungkan medali kepada para pemenang. Almira yang memenangkan juara pertama berhasil membawa pulang mendali emas, sedangkan Sharon yang mendapat juara dua membawa pulang medali perak, dan Milla yang mendapat juara tiga membawa pulang medali perunggu. Kemudian ketiganya berfoto bersama dengan para juri dan juga wasit.
Setelah berfoto bersama para atlet itu pergi ke belakang untuk sesi wawancara ditemani dengan pelatih mereka masing-masing.
Cekrek, cekrek.
"Almira Anggraini, lihat kesini sebentar!!!"
"Dik Almira!!! Dik Almira!!!"
Blitz, blitz.
"Bagaimana perasaan anda setelah memenangkan pertandingan yang sengit itu, Dik Almira?" Tanya salah satu reporter yang berseragam stasiun elangTv, salah satu stasiun televisi lokal di Indonesia.
"Haha, sejujurnya saya sendiri masih tidak menyangka. Maksud saya, tentu saja saya berlatih dengan keras untuk bisa sampai ke tahap ini. Meskipun begitu, saya masih tidak percaya jika saya akan melangkah sejauh ini. Tentu saja saya sangat senang dan saya berterima kasih pada para pelatih beserta keluarga dan teman-teman saya yang selalu menemani saya di jalan yang panjang ini." Ujar seorang gadis muda berusia 17 tahun yang diketahui bernama Almira.
"Lalu apa yang akan anda sampaikan kepada lawan anda, yaitu Nona Chole Sydney Moana pada semifinal World Karate Championship yang akan diadakan di Australia nanti?" Kali ini pertanyaan datang dari reporter yang berbeda dari sebelumnya.
"Hahaha jika boleh, alih-alih menjadi musuh, saya memiliki keinginan untuk berteman baik dengan Nona Chole. Tentu saja jika ia tidak keberatan dengan hal itu." Jawab Almira dengan sedikit malu-malu.
"Nona Chole akan menjadi musuh anda sekaligus kandidat pemenang di kejuaraan semifinal nanti, tapi kenapa anda malah ingin berteman dengannya?" Tanya sang reporter seolah tidak mengerti.
"Saya mencintai karate, dan saya pikir saya ingin menjaga hal yang saya cintai ini dengan baik. Saya tidak ingin memiliki kebencian sedikitpun pada bidang yang saya tekuni ini." Balas Almira dengan nada percaya diri.
"Seperti biasa anda selalu rendah hati, Dik Almira. Lalu ada banyak penggemar anda yang selalu mendukung anda di luar sana. Apa yang ingin anda sampaikan pada mereka?" Tanya sang reporter dengan raut wajah penasaran.
"Pertama-tama terimakasih banyak karena sudah mendukung saya. Saya berjanji akan berlatih dengan keras untuk pertandingan selanjutnya agar kalian semua tidak kecewa karena sudah menjadi penggemar saya." Ucapannya sontak disambut meriah dengan tepuk tangan dari para penggemar yang menyaksikan wawancara tersebut.
Suasana semakin riuh dan ramai karena ada banyak sekali penggemar yang saling dorong dengan tujuan agar mereka dapat melihat sang atlet lebih dekat.
"Kak!! Kak Almira saya ingin foto sebentar saja!!!"
"Saya, saya mau minta tanda tangan!!!"
"Hey, jangan dorong-dorong itu ada yang jatuh!!!"
"Aduhh, sakit tau!"
Almira yang melihat kerusuhan itu ingin membantu orang yang terjatuh namun dilarang oleh sang pelatih.
"Jangan sombong hanya karena kamu masuk semifinal. Kamu masih harus banyak berlatih, jadi kita harus kembali sekarang dan membuat kelas pelatihan baru untukmu." Bisik sang pelatih di telinga Almira.
"Baik." Turut Almira dengan ekspresi tidak senang.
***
"Saya dengar sekolah kamu memiliki peraturan baru terkait absensi." Ucap sang pelatih yang kini tengah berada dalam mobil.
"Iya, mereka bilang kedepannya saya tidak bisa izin lebih dari tujuh kali walau dengan alasan pelatihan sekalipun." Jawab Almira sembari memainkan ponselnya.
"Ha! Merepotkan!! Lalu pada wawancara tadi kenapa kamu bilang begitu?! Saya tidak ingat saya pernah menyuruh mu mengatakan hal semacam itu!!" Tanya lagi sang pelatih kini dengan nada yang sarkas dan penuh penekanan.
Almira tau ke arah mana tujuan pembicaraan sang pelatih, yaitu kalimat nya yang mengatakan ingin berteman dengan musuh nya, yaitu Chole Sydney Moana sang atlet karate yang sudah menjadi perwakilan negara Australia selama tiga tahun sekaligus sang pemenang pada dua kejuaraan terkahir.
"Mereka mewawancarai saya, bukan anda! Saya bebas mengutarakan apapun pendapat saya!!" Ujar Almira acuh tak acuh.
"Kau!!!" Teriak sang pelatih sembari berbalik karena ia berada di kursi depan sedangkan gadis yang berbicara dengannya berada di kursi belakang.
"Saya akan mengadukan sikap sombong mu ini pada pihak penyelenggara sehingga mereka akan berpikir ulang untuk menjadikan kamu sebagai perwakilan dari Indonesia." Lanjut sang pelatih dengan nada penuh amarah.
"Saya hanya mengatakan fakta nya, kenapa anda menyebut saya sombong? Saya benar-benar tidak mengerti." Ujar Almira dengan nada tenang dan percaya diri.
Bagi Almira yang sudah berlatih selama hampir lebih dari separuh usianya, celotehan pelatih nya bukan lah hal yang akan membuat Almira ketakutan. Ia percaya dengan kerja keras yang ia lakukan selama sepuluh tahun dan ia percaya dengan kemampuan nya.
Sejak dulu sang pelatih memang tidak pernah menyukai Almira. Hal ini dikarenakan dia memiliki keponakan yang juga turut menjadi atlet karate Indonesia, bernama Sharon. Namun, keponakan nya ini selalu menjadi nomor dua di setiap kelas pelatihan, di kelas kekuatan, kelas kegesitan, kelas startegi maupun di kelas lainnya.
Bahkan di kejuaraan nasional barusan pun, Sharon hanya berhasil menempati juara dua sedangkan Almira menempati juara satu dan berhasil membawa pulang medali emas.
Selama ada Almira maka Sharon hanya akan berada di kursi cadangan yang bertugas berjaga-jaga jika ada hal buruk terjadi pada Almira.
Singkatnya sebagai paman dari Sharon, tentu sang pelatih berharap agar keponakan nya lah yang bertanding di semifinal sebagai perwakilan dari Indonesia. Sang pelatih beranggapan bahwa Almira lah yang menghambat kesuksesan keponakan nya. Almira adalah tembok besar untuk keponakan nya yang berharga.
Bagaimanapun yang memutuskan siapa yang akan maju ke semifinal sebagai perwakilan dari Indonesia bukan lah sang pelatih. Dan selama Almira baik-baik saja maka Almira lah yang berhak maju ke semifinal.
Setelah percakapan yang suram dan singkat itu, suasana di mobil menjadi lebih gelap dan menegangkan. Namun tidak dengan gadis yang duduk dikursi belakang.
Gadis itu hanya berkutat dengan ponselnya sembari sibuk mengetik sesuatu. Terlihat bahwa ia sedang asyik berkirim pesan dengan seseorang yang mungkin adalah temannya.
Bestai Laknat🐷
Mir, lo keren banget anjir, gue udah liat siaran pertandingan lo tadi di channel elangTv...
Haha, biasa aja lah gausah lebay gitu...
Eh, tapi biasanya berita tentang lo pasti bakal trending nomor satu. Tapi sekarang cuman trending di nomor dua doang masa...
Eyy, gue kan atlet yang punya banyak pens yakali cuman nangkring di nomor dua doang...
Apalagi lagi kan gue baru aja menang pertandingan...
Seriusan coba deh liat di Twittur, yang nomor satu itu tuh, ituloh novel yang akhir-akhir ini viral...
Ah, masa sih... Bentar gue cek...
Read
Almira pun langsung membuka aplikasi yang bernama Twittur, aplikasi yang memiliki logo burung biru.
Dan benar saja berita tentang kemenangan nya hanya berada di trending nomor dua. Almira sedikit keheranan karena biasanya berita yang menyangkut tentang dirinya biasanya selalu menjadi trending nomor satu.
'Gila, ada apa nih? Berani nya nih novel gaje nyerebet posisi penting gue' batin Almira yang sedikit kesal karena namanya berada dibawah nama novel yang tidak dikenalnya.
-Antagonis palsu-
'Apa-apaan judul alay gitu? Semenarik apa sih novelnya ampe bisa nyerebet nama gue?' batin Almira sembari membaca review dari beberapa orang.
'Wahh gabisa dibiarin nih, gue harus cari tahu ntuh novel sebagus apa'
***
Esoknya pun mengikuti peraturan baru sekolah nya yang tidak memperbolehkan siswa manapun untuk memiliki izin absen lebih dari tujuh kali membuat Almira terpaksa pergi ke sekolah di pagi harinya dan pergi ke kelas pelatihan di sore harinya.
Ketika Almira memasuki gerbang sekolah, seperti biasa ia selalu disambut dengan tatapan kagum dan berbinar dari teman sekaligus beberapa murid di sekolahnya. Bahkan Pak Bejo selaku satpam sekolah selalu tersenyum lebar setiap ia melihat kedatangan Almira.
"Eh Eneng Almira, Bapak kira Eneng bakal istirahat karena pertandingan kemarin, emang ga capek Neng udah masuk sekolah aja?" Ujar Pak Bejo tak lupa dengan senyum lebarnya.
"Eh Pak Bejo, iya nih Alhamdulillah kemarin Mira udah banyak istirahat makanya hari ini bisa masuk sekolah." Jawab Almira tak lupa membalas senyum Pak Bejo.
"Seneng dengernya kalau gitu, ngomong-ngomong, Bapak boleh minta tanda tangan nya ga? Soalnya anak Bapak ngepens banget ama Eneng." Ucap Pak Bejo malu-malu.
"Boleh dong Pak, kayak sama siapa aja. Mana sini kertasnya saya kasih yang spesial buat anak bapak." Jawab Almira sembari menyodorkan tangannya untuk meminta kertas dan pulpen.
Mendengar lampu hijau dari Almira, sontak Pak Bejo menyodorkan kertas dan pulpen yang sudah dia siapkan sebelumnya.
Dengan cepat Almira memberikan tanda tangannya sekaligus menuliskan nama dari anak Pak Bejo beserta beberapa kalimat motivasi dibawahnya.
"Makasih banyak ya Neng, emang Eneng Almira selalu baik hati dan tidak sombong. Bapak doain di pertandingan semifinal nanti Eneng bisa dapet medali emas." Ujar Pak Bejo dengan antusias sembari mengepalkan kedua tangan nya dengan semangat.
"Makasih banyak pak doa nya, kalau begitu Mira masuk dulu ya takut telat." Pamit Almira.
"Oh iya Neng. Hati-hati jalan nya."
Almira pun berjalan santai menuju kelasnya sembari menikmati tatapan mata yang tertuju padanya. Tidak hanya tatapan tapi beberapa diantara mereka juga kerap menggosipkan Almira.
"Ka Almira emang keren banget yaaa..."
"Iya ih, badan nya juga body goals gitu. Apa karna dia atlet kali ya makanya badannya bagus?"
"Ya iyalah, dia kan pasti ngegym sama latihan segala macem..."
"Diumur semuda itu udah jadi atlet nasional dan bahkan jadi perwakilan negara, yaampun iri banget..."
"Ka Almira pernah insinyur ga yah..."
"Insecure gila, ga sekalian insektisida gitu? Ada-ada aja lo..."
Begitulah kira-kira kalimat yang terdengar dari beberapa murid yang menggosipkan Almira.
'Emang ya, nasib orang pemes diliatin mulu jadi malu kan gue...' Batin Almira yang berusaha menyembunyikan senyum nya.
Sesampainya di kelas, Almira langsung pergi ke tempat duduknya yang berada tepat di samping Cika, sahabat sekaligus orang yang semalam berkirim pesan dengan nya.
Namun, seolah tidak menyadari kedatangan nya. Gadis yang bernama Cika itu hanya diam tanpa memberi reaksi apapun.
'Cih, padahal semalam dia heboh banget sama berita gue...' Batin Almira sembari menengok kearah sahabatnya yang sedang sibuk membaca sebuah buku.
"Dorrr."
"Eh ayam-ayam." Cika yang kaget sontak menyebut ayam karena Cika adalah orang yang latah.
"Bhahahahah, apaan tuh, ayam-ayam hahahah." Tawa Almira menggelegar di seluruh kelas yang hanya berisi beberapa orang saja karena memang masih pagi.
"Almira sialan!!! Awas lo ya!!!" Pelotot Cika yang merasa kesal karena sudah dikagetkan.
"Lagian lo sih, lagi baca apa sih ampe ga sadar kalau gue dateng?" Tanya Almira yang memang sejak tadi sudah penasaran, seingatnya sahabat nya bukanlah orang yang suka membaca buku.
"Ini loh yang gue bilang semalem, novel yang akhir-akhir ini viral." Jawab Cika yang masih belum mengalihkan fokusnya pada buku yang berada di tangannya itu.
"Eh, kok lo bisa punya novel nya si? Lo beli dimana?" Tanya Almira sembari mengambil paksa novel yang ada ditangan sahabat nya itu.
"Kok diambil si?! Gue belom selesai baca woey!!" Teriak Cika tak terima.
Cika pun berusaha mengambil kembali novel itu, namun sayangnya tinggi Almira dan Cika yang berbeda jauh membuat Cika dengan cepat menyerah.
"Lo bacanya nanti aja kalau gue udah selesai. Kan lo tau gue ga bakal punya waktu buat baca ginian kalau bukan sekarang."
"Ah iya deh, kalau udah selesai langsung kasih gue novelnya."
"Iya-iya. Jadi ini novel yang semalam berhasil nyerebet posisi trending satu gue?"
"Ya, itu novelnya."
Tanpa banyak pikir, Almira pun langsung membaca novel itu. Ia tidak memiliki banyak waktu untuk membaca nya. Jadi bahkan ketika guru sedang menjelaskan pelajaran, Almira diam-diam tetap membaca novel tersebut. Bahkan saat ia di kantin sekalipun ia tetap membaca novel itu seakan tidak bisa lepas dari novel tersebut.
Namun, beberapa saat kemudian-