Seseorang pria pernah mengatakan ini pada seorang anak dengan hoodie merah yang sedang memegang bola.
"Lamun sira sekti aja mateni,
lamun sira banter aja ndisiki,
lamun sira pinter aja minteri."
Anak yang masih berusia sekitar 6 tahun itu tak mengerti ucapan pria yang memegangi bahunya.
"Apakah kamu ayah ku?"
Pria itu hanya tersenyum tak menjawab, di elusnya puncak rambut bocah itu. Bocah lelaki yang hanya tau bermain bola itu hanya memandanginya dengan bingung, satu ingatan yaitu jam tangan bagus dengan tanda elemental alam.
Suara ledakan dari sisi kanan kapal membuat semua hancur berantakan, seorang pria dengan baju zirah tengah berlari menghindari kejaran alien luar angkasa yang ingin merebut robot penyu di dekapan tangannya.
Akhirnya pria itu berhenti di sebuah ruangan lalu masuk dan mengunci ruangan tersebut, pria itu mengeluarkan mustika dari sebuah robot berbentuk penyu. Selesai mengeluarkannya dia pun mencari robot rubah di antara banyaknya robot hewan.
Mustika berwarna hijau di tangannya di tukar kan dengan mustika orange milik robot rubah itu, pria tersebut kemudian memprogramnya agar mustika penyu bisa masukkan ke robot rubah dan bisa sesuai. Tak memerlukan waktu beberapa lama robot orange itu bangun, tak hanya robot rubah semua robot hewan yang di dalamnya terdapat mustika juga bangun tanpa terkecuali.
"kau ke-bumi temui dia."
Robot rubah itu mengangguk paham ketika dia di perlihatkan foto anak lelaki berusia sekitar 14 tahun, robot rubah itu kemudian pergi menggunakan pesawat seukuran yang juga telah di program oleh pria di depannya. Pintu pun di dobrak menampakkan sosok lelaki berbadan besar dengan jenggot tebal dan pasukan di belakangnya.
"Kemana mustika itu!!?"
"Nih!"
pria berzirah itu menendang perut bagian bawah lelaki berjenggot, sungguh di sayangkan masa depannya. Lelaki itu langsung tengkurap menahan sakit, entah kenapa tendangan dari pria tersebut sangat sakit padahal tubuh pria berzirah itu dengan lelaki berjenggot sangat berbeda.
"KEJAR MUSTIKA ITU SAMPAI DAPAT DAN JANGAN AMPUNI DIA!!!"
☬☬☬
Sosok pemuda dengan Hoodie merah yang baru saja pulang dari sekolah, pemuda berusia 14 tahun itu tengah cemberut karena teman-temannya tidak percaya akan cerita alien dari dirinya. Dia adalah Angkasa pemuda yang lumayan berparas tampan, namun terhalangi dengan sifat bar-barnya.
Wuuuuissss....
Suara dari atas membuat pemuda itu mendongak, alangkah terkejutnya dia melihat sebuah ufo yang mau jatuh entah kemana. Angkasa langsung mengikuti ufo tersebut, barangkali bisa membuktikan bahwa itu adalah alien lalu menceritakan ke teman-temannya.
Tak jauh, ufo itu mendarat dan memperlihatkan asap lumayan banyak. Angkasa mengendap-endap sambil fokus terhadap pesawat aneh tersebut, tampak pintu yang terbuka namun sebelum itu nampaknya ada yang menabrak kaki Angkasa.
"Hey bocah!"
"ASTAGHFIRULLAH ADA BOLA ORANGE BISA BICARA!"
"AKU ROBOT!!!!"
Angkasa kaget akan penampakan robot liar di hadapannya, robot itu menyuruh Angkasa untuk memelankan suaranya karena jika tidak alien dalam pesawat itu akan menangkapnya.
"Ups, maaf?"
Robot binatang itu hanya bisa menghembuskan nafasnya, lalu tiba-tiba muncul sosok lelaki dengan tinggi sepundak Angkasa.
"HEY SERAHKAN ROBOT ITU!"
Angkasa kemudian mengambil bola berkuping rubah itu, lalu tersenyum ke arah lelaki itu. Robot itu memberitahu bahwa yang di hadapannya adalah alien jahat, sontak membuat Angkasa kaget karena wajahnya mirip manusia.
"Serahkan padaku atau kau akan ku habisi di sini!"
"KABUR!!!"
Teriak robot itu yang langsung membuat Angkasa lari terbirit-birit. Alien itu mengejarnya menggunakan tembakan laser yang mampu menumbangkan pohon-pohon di hutan tersebut.
"Woy robot, ini gimana di tembak terus nih!"
"Bentar, aku akan memberimu sebuah kekuatan!"
"TAPI GW BUKAN PEMERAN UTAMA!!"
Baru ketemu ingin rasanya robot itu menampar pipi bocah yang membawanya, namun dia terpaksa harus sabar agar selamat dari alien itu. Angkasa kemudian berhenti karena angin kencang berputar di sekitar dirinya. Dia bingung, bahkan lebih bingung lagi karena robot yang di pegangnya mengeluarkan cahaya ilahi eh maksudnya cahaya biru.
Angkasa kemudian menutup matanya karena cahaya dan angin yang berputar kencang di sekitarnya, dia pikir ini adalah angin topan atau badai hutan yang datang entah dari mana.
Pemuda itu kaget karena sebuah gelang jam dengan ukiran kuno muncul terpakai di tangannya, Angkasa merasakan aneh pada dirinya dia berteriak sangat kencang karena kesakitan di badannya bahkan sampai alien yang mengejarnya tadi berhenti dan terkejut.
"Ti...tidak mungkin!"
Angkasa kemudian menatap alien di depannya, dia tersenyum sudah banyak sekali pohon yang hancur karena di tembaknya sudah saatnya dia menghabisi kang buat onar itu. Alien itu memberanikan diri untuk menembak sekali lagi, namun meleset.
Pusaran angin!
Angin mulai terbentuk lalu berputar-putar di sekitar alien itu. Membuat tubuhnya terangkat, lalu mengikuti arusnya membuat alien itu terlempar jauh entah kemana.
Setelah bertarung dengan alien jahat itu, Angkasa langsung pulang dan merebahkan badannya ke kasur. Robot rubah keluar dari tas Angkasa lalu terbang menuju pemuda itu, robot itu kemudian membulat dan menjatuhkan dirinya ke perut Angkasa berulangkali.
"WAKTUNYA BERLATIH, WAKTUNYA BERLATIH!!!!"
"Biadap, gak tau apa kalau gw lagi capek banget!"
"Hehehe."
Robot itu kemudian menjatuhkan dirinya ke lantai merubah dirinya menjadi rubah Angkasa tidak tau kenapa robot berkedok rubah itu ikut dia pulang. Suara pintu terbuka sambil memanggil nama Angkasa, menampakkan sosok perempuan cantik yang ternyata adalah ibu Angkasa.
"Halo tante."
"ALLAHUAKBAR ADA TUYUL MASUK RUMAH!!!"
"Foxxin bukan tuyul, Tante bisa panggil Fox!"
robot itu kemudian membulatkan badannya. Suara dengkuran dari Angkasa membuat ibunya kembali marah lalu mengambil spatula di dapur, Angkasa yang merasa aura tidak enak itu langsung bangkit dari kasur.
"Eeee, bantu apa ma?"
"Mama mau kamu mengambil bungkusan tepung, yang mama pesan tadi pagi!"
"BAIK MA!!"
Angkasa langsung mengambil pose hormat lalu ngacir keluar kamar. Ibu Ari geleng-geleng melihat anaknya itu, setelah itu berganti memandangi Fox.
"Kamu ini bisa apa saja?"
"Saya bisa apa saja tante."
"Kalau begitu mari bantu mama jualan di depan rumah, oh iya jangan panggil tante ya panggilnya mulai sekarang mama saja."
Ibu Angkasa tersenyum manis kepada Fox, mereka berdua pun pergi dari kamar tersebut dan mulai menyiapkan warung agar pembeli cepat berdatangan.
✧✧✧
Angkasa berjalanlah santai sambil membawa tepung yang di pesan oleh mamanya. Tak di sangka sosok robot menyerupai kepiting datang menghampirinya, awalnya Angkasa panik hendak mengeluarkan kekuatan anginnya namun robot itu menghentikannya.
"Aku di sini hanya ingin mengambil gelang magismu!"
"Hah Wisnu?"
Dengan tatapan konyolnya Angkasa memperalat robot itu, kekuatan angin yang ada di tangannya perlahan mulai muncul lalu berdampak pada robot kepiting kuning di depannya.
Di warung bu Ari terlihat teman-teman Angkasa yang ingin nongkrong, mereka kaget karena ada robot canggih yang membantu bu Ari jualan.
"Bu seperti biasa."
seorang pemuda yang seumuran dengan Angkasa dia adalah Arief, ibu dan ayahnya tengah bekerja di luar negeri jadi dia tinggal bersama neneknya.
"Wah sepertinya pelanggan kali ini lebih ramai dari kemarin ya tante."
gadis berjilbab putih yang masih memakai seragam SMP berjalan melihat sekitar, dia adalah Mala teman Angkasa.
"Bukankah toko tante Ari selalu ramai?"
gadis dengan rambut terikat rapi dengan poni yang menutupi dahi berjalan dari belakang Mala, dia adalah Ratih yang juga sekelas dengan Angkasa.
"Apa kau tidak dengar apa yang aku bilang?"
"Udah, males gw dengernya."
Mala dan Ratih memang sering ribut sampai Arief sudah kecapekan untung sahabat, mereka memang selalu berdebat namun pada akhirnya selalu baikan. Selain suka berdebat mereka ini adalah duo cewek kang kepo di kelas, setiap ada info terbaru pasti mereka yang selalu mendapatkan pertama.
"Tante siapa nama robotnya?"
"Namanya Foxxin, tapi sering di panggil Fox katanya." Jawab bu Ari kepada Mala.
"Wah, bagus sekali namanya mirip dengan robotnya." Ucap Ratih dengan mata berbinar.
Arief yang dari tadi tak melihat keberadaan Angkasa langsung bertanya ke bu Ari.
"Ibu suruh dia ambil tepung di pak Somat."
Arief kemudian melanjutkan makannya, tak di sangka-sangka sebuah robot tempur yang di kendarai seseorang muncul. Robot itu menembakan sinar laser, dan pelanggan pun kocar-kacir ketakutan.
__________________________________