Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

DOES HE KNOW?

Urrosse
--
chs / week
--
NOT RATINGS
2.1k
Views
Synopsis
Ada sebuah pendapat yang menyebutkan bahwa tidak ada persahabatan di antara perempuan dan laki-laki, salah satunya pasti ada yang berharap lebih dari sekedar sahabat. Aurora setuju dengan pendapat itu. 7 tahun menjalin persahabatan dengan Devan membuat Aurora tidak ingin kehilangannya. Hingga dia sadar, dia mencintai Devan. Kalian tau lagu Kasih Tak Sampai-nya Padi Reborn, mungkin seperti itulah kisah cinta Aurora. Copyright© Urrose, 2022 | Does He Know?

Table of contents

Latest Update2
Kedua1 years ago
VIEW MORE

Chapter 1 - Pertama

-o0o-

H A P P Y

R E A D I N G

-o0o-

Cuaca sedang bagus hari ini, semilir angin berhembus tenang dari luar jendela kamar yang sedikit terbuka, menggerakkan helaian-helaian rambut halus yang semula rapih menjadi sedikit berantakan. Pukul delapan di hari minggu pagi, Aurora masih bersantai di kasur hangatnya. Menurutnya hari minggu merupakan hari dimana dirinya harus bersantai dirumah tanpa melakukan kegiatan apapun yang mengeluarkan tenaga ekstra, menikmati waktu berharganya dengan sekedar scroll tiktok atau menonton film kesukaannya.

Terkadang dia berfikir, kenapa orang-orang memilih liburan ke luar kota ke tempat wisata yang jelas-jelas dipenuhi ratusan atau bahkan ribuan manusia disatu waktu. Ya... walaupun tidak dipungkiri kalau liburan terasa menyenangkan--tapi HEY!! Sasori mode-on alias leyeh-leyeh alias rebahan itu lebih mengasyikan daripada apapun. Menikmati waktu mercumbu mesra dengan kasur dan antek-anteknya seharian sambil menyantap keripik ubi buatan mama ditambah segelas jus jeruk adalah definisi nikmat Tuhan mana lagi yang engkau dustakan!

Aurora Agustine punya alasan tersendiri mengapa dia lebih memilih menghabiskan hari liburnya dengan bersantai di rumah. Bukannya dia tidak suka liburan walaupun hanya sekedar nongkrong di café depan gang rumahnya, hanya saja dia tidak terlalu suka dengan keramaian. Aurora bukan tipe manusia introvert yang tidak suka bergaul tapi juga tidak se-ekstrovet itu, ia hanya sedikit tidak nyaman dengan keramaian, paling tidak ia hanya bisa menghabiskan waktu satu sampai dua jam diantara hiruk pikuk manusia. Melelahkan.

Aurora lahir dikeluarga sederhana. Dia anak kedua dari tiga bersaudara. Awalnya mama dan papanya sudah cukup mempunyai dua anak dikeluarganya. Tapi karena suatu hari mamanya sadar sudah telat datang bulan hingga lewat 3 bulan lamanya, penasaran-mamanya membeli beberapa Test Pack yang kemudian dipakainya, dan benar saja hasilnya menunjukkan dua garis merah. Mamanya kebobolan. Hingga lahirlah bocil ingusan yang kadang lucu tapi lebih banyak ngeselinnya. Tapi tidak apa-apa, kalau kata orang zaman dulu banyak anak banyak rezeki. Mari kita aamiinkan bersama-sama.

Ridwan, begitu orang-orang memanggil nama papanya. Laki-laki yang usianya sudah menuju kepala lima itu bekerja sebagai seorang pegawai PNS disuatu instansi. Sedangkan Sarah--mamanya punya usaha butik kecil-kecilan yang baru dirintis sekitar 3 tahun yang lalu. Mamanya memiliki struktur muka yang cantik, mungkin kecantikan itulah yang diturunkan pada wajah rapi Aurora. Kalau kata papanya "Mama mu ini dulu bisa dibilang kembang desa saking cantiknya, tapi sayangnya mamamu susaaaahh banget buat diluluhin hatinya. Jangankan buat pacaran, buat jalan di samping mama mu aja diusirin terus.". Kemudian yang dibicarakan menyaut "Asal kamu tau ya, papa kamu ini dulu orangnya playboy banget, pacarnya ada dimana-mana. Mungkin di setiap gang itu ada pacar dan mantan-mantannya. Sampe akhirnya mama denger katanya papamu baru putus dari pacarnya terus mulai deketin mama. Dari situ mama mulai waswas kalo mama bakal jadi mangsa keplayboy-an papamu.". Hingga kisah remaja tahun 90-an itu berakhir setelah papanya lulus S1 dan jadi PNS kemudian dengan gagah berani datang ke rumah untuk melamar mamanya. Benar-benar menantu indaman emak-emak Indonesia.

Anak pertama mama papa namanya Jeffan Setio Nugroho. Tidak! Cowok itu tidak sesetia namanya, dia sebelas dua belas sama papa, playboy kelas kakap yang ceweknya gonta-ganti tiap sebulan. Pernah sekali, dalam sehari abangnya itu sudah mengirim dua foto dirinya dengan cewek yang berbeda-beda hanya dalam jarak waktu tiga jam. Lalu dengan entengnya dia berkata "Cakep-cakep kan cewe gue?". Jahat sekali. Bang Jeff, begitu Aurora sering memanggilnya. Mukanya sih ganteng tapi kelakuannya enggak banget. Kalian tau, jersey biru bernomor punggung 10 yang katanya milik pesepak bola ternama-Messi, sudah menggantung di badannya hampir seminggu tidak dicuci! Menjijikan. Iya Aurora tau, abangnya ini fans berat Lionel Messi. Tapi plis deh. Kalian bayangin aja gimana kucelnya tu baju udah hampir seminggu ga dicuci, ditambah kolor motif bendera Amerika yang cuci kering pake semakin memperlihatkan sosok pengangguran tak berguna dari penampilannya. Tapi tenang saja, dia gak sepengangguran itu. Bang Jeff membuka studio foto kecil-kecilan yang dia sewa dari hasil nabung sisa uang jajannya. Untuk ukuran cowok umur 23 tahun, Aurora akui abangnya ini cowok yang mandiri. Dari uang hasilnya memotret atau sekedar menyewakan kameranya, dia sudah bisa membeli mobil impiannya.

Anak yang kedua itu Aurora. Anak perempuan satu-satunya dikeluarganya.

Gadis berumur 20 tahun yang sekarang tengah disibukkan dengan tugas kuliahnya yang hampir membuat rambut lembutnya terbakar saking pusingnya. Aurora kuliah di Universitas yang tidak terlalu jauh dari rumahnya dengan mengambil program studi Sastra Indonesia. Aurora awalnya sangat senang karena bisa diterima dijurusan yang dia mau, tapi seiring berjalan waktu menginjak semester 7 tugasnya tidak main-main. Dia bahkan pernah nangis karena tugasnya belum selesai sementara deadline nya adalah besok pagi. Tapi tidak apa-apa dia akan menjalaninya dengan legowo dan ikhlas-sambil sedikit ngeluh.

Si bungsu namanya Rayyanza Caesar. Bocil kematian yang demen banget main Lato-Lato. Aurora menggidik ngeri setiap melihat bocah umur 10 tahun itu memainkan Lato-Latonya, takut kalau tiba-tiba mainannya itu terpental kemudian tanpa sengaja mendarat di kening mulusnya. Sudah dipastikan keningnya akan benjol selama tiga hari. Sebenarnya Aurora agak bingung bagaimana menceritakan adiknya ini. Sebab 98 dari 100 persen kehidupannya itu diisi dengan bermain. Aurora sih wajar, apa lagi yang bisa dilakukan bocah itu selain bermain toh kalau disuruh mencangkul juga tidak bisa. Tapi sumpah ya!! Ini bocah ngeselin bangettttttt. Pernah sekali waktu Aurora sedang menikmati santai sorenya sambil rebahan depan tv bareng ni bocah, tiba-tiba mama dateng sambil bawa sutil nyuruh Ray buat beli garem di warung. Pas tau dia bakal disuruh, tu bocah pura-pura tidur!. Mama yang ngeliat Ray tidur otomatis mngarahkan pandangannya pada Aurora. Tau akan disuruh, Aurora dengan cepat protes "Ray aja tuh ma" kemudian dengan lembut mama menjawab, "Ray tidur, udah cepet beliin mama garem", "Ish. Ray gak tidur maaaa, dia bohong. Tuh liat dia senyum-senyum" "Udah cepet beliin, atau nanti malam ga ada makanan di meja makan". Dengan wajah malas Aurora mengambil uang yang diberikan mama kemudian menatap adiknya yang kini tengah menjulurkan lidahnya, melet-melet sambil mengejek kakaknya. Menyebalkan.

"Woy Kak!!"

Panggilan mendadak itu mampu mengagetkan Aurora yang sedang khusyuk menonton filmnya. Adiknya ini memang tidak tau sopan santun. Sudah 1324 kali diingatkan, kalau mau masuk ruangan yang sekiranya ada orang didalamnya itu salam dulu atau ketok dulu pintunya, namun 1324 kali juga adiknya itu masuk ruangan tanpa salam.

"Ketok dulu kek Dek!" Balas Aurora yang terkejut bukan main, hingga tiba-tiba adiknya itu sudah ada di atas rajangnya. Dia ini tuyul apa gimana, tau-tau sudah ada di depannya saja.

Hingga tiba-tiba perasannya tidak enak.

"Anterin beli pewarna di toko buku yuk!"

Nah kan. Benar saja perasaannya tidak salah. Bocah itu benar-benar mengganggu kedamaiannya.

"Di warung mang Udin kana ada pewarna, kenapa musti jauh-jauh ke toko buku?"

Bukan apa, tapi jarak dari rumahnya menuju toko buku itu lumayan jauh, 15 menit menggunakan motor. Lagian pewarna di tempat fotokopi dekat rumahnya juga pasti ada.

"Iiihhh, yang di tempat mang udin warnanya nggak lengkap, terus cuma sisa dua, kalo di toko buku kan bisa milih." Katanya dengan cengiran yang menampakkan gigi ompongnya.

"Ama Bang Jeff aja sana atau nggak sama papa, aku lagi nonton. Kamu ganggu aja." Aurora memandang Rey sewot, bagaimana bisa dia menghentikan acara nonton nya hanya untuk menemani bocah sd untuk membeli pewarna.

"Bang Jeff lagi ke studio kata mama, terus papa juga lagi ngomong-ngomong sama Wak Idon. Lagian aku juga udah bilang sama mama, terus mam nyuruh aku ajak kakak."

Oke. Sekarang waktu bersantainya yang berharga benar-benar hilang.

"Yaudah ayo." Kemudian menatap malas ke arah adiknya. Dia tidak bisa menolak, karena kalau menolak sudah dipastikan dia akan mendengar omelan panjang mama.

"Yess!! Oke aku ganti baju dulu." Bocah itu kegirangan, kemudian berlari keluar sambil cengengesan. Aurora hanya tertawa geli melihatnya. Dasar Bocil.

-o0o-

Hai guys!!!

Selamat datang di cerita pertama ku. Ini pertama kalinya aku bikin cerita, jadi mohon dimaklumi kalau agak kurang nyambung atau kurang pas dalam penulisannya. Semoga kalian menikmati ceritaku, karena aku juga masih tahap bejalar hehe🤍.

Jangan lupa vote, komen, dan share ya guys. Karena itu salah satu bentuk penghargaan kepada penulis. See u next chapter!!