"ARRRGH! RARRRGHHH!" Raung Satan hitam yang mengamuk itu. Lehernya dicambuk ikat seorang malaikat berwajah giok. Lalu dilemparkan lagi ke udara.
BLARRRRRR!!!
Menimbulkan petir serta kilat yang menyambar-nyambar. Gelegar pecutnya mengundang guntur, dan suaranya seperti hendak membelah bumi.
"SATAAAN! SATAAANN!" teriak pengunjung restoran yang menunjuk-nunjuk ke udara. Mereka buyar dari meja masing-masing. Ada yang bertabrakan, lupa tas-nya, terinjak gaun dan jatuh ke lantai, sementara wanita kasir mengeluarkan kalung salib sambil terus komat-kamit doa.
Sebenarnya bukan Satan yang ditakutkan mereka. Toh sejak dulu eksistensi Satan juga diakui dalam buku kehidupan. Namun, kodrat mereka sebagai pemakan roh suci, bisa dikiaskan harimau di tengah kawanan rusa. Bagaimana pun rusa bukan pihak yang bersalah, maka pelindung alam harus mengayomi. Tapi harus apa jika harimau juga butuh makan? Mereka hanya ingin bertahan hidup.
"Sial! Sepertinya ada salah paham! Aku ini tidak sedang berburu!" batin Mile yang meraung dengan segenap tenaga. Dari langit, cakarnya terjun paling depan untuk menyerang walau kekuatan sudah nyaris di ambang batasnya. "Bantu aku! Bantu! Siapa pun atau aku disembelih konyol di tempat seperti ini!" Kedua matanya berkedip buram karena dikejar sejak masih rebahan di gunung.
Untung para Satan di restoran merasakan kerisauan batinnya. Beberapa yang terdekat pun langsung melesat, tentu dalam wujud yang sama hitamnya. Mereka bertanduk dengan mata merah yang menyala. Semua ikut memblokade Mile seperti benteng, lalu meraung dan menerjang demi menghadapi cambuk-cambuk yang melecut.
BLARRRRRRR!!!
"ARRRGGGGHH!! ARRGHHH! ARRRGH!" teriak mereka frustasi.
Mile pun ikut bertarung, meski sudah kepalang lelah. Dia tak ingin meninggalkan setelah ditolong, walau lengah karena rasa waspadanya menurun.
"HEI ANAK MUDA! AWAS ARAH BELAKANGMU!" teriak seorang Satan yang lebih senior. Reaksi Mile terlambat hingga dicambuk dalam jarak dekat. Dia berteriak kesakitan. Lalu terhempas balik ke bumi.
BRAKKKKHHHHH!!!
SRAAAAAAKKKKKKKHHH!!
"ARRRRGHH!"
Sakit, Bajingan!
Dekat dari restoran yang tadi, Mile pun berbalik karena nyaris kena atap gedung ambrol. Salahnya sendiri sempat menabrak ke sana, sehingga terbatuk menggelepar di tepi trotoar.
"UHUK! Uhuk! Uhuk!"
Setelah jarak cukup jauh, semua Satan yang membantu pun menebar perisai. Mereka melingkari Mile dengan simbol pentagram diabolis. Sampai-sampai darah mengucur dari jari masing-masing karena diserang beberapa kali lagi.
"BERBALIK! BUBAR!" teriak seorang malaikat tiba-tiba. Dia mengomando pasukan dengan ayunan tangan elegan, lalu terbang jauh dan menghilang begitu saja.
"Oh, shit. Uhuk! Uhuk! Uhuk!" maki Mile karena baru muntah darah. Dia dibantu duduk oleh dua orang Satan. Tapi ngotot juga untuk tidak bersandar.
"Apa kau tak apa-apa? Hei, Anak Muda? Hei!" kata seorang Satan tua panik. Dia prihatin karena Mile sesak napas. Apalagi debu ambrolan di sekitarnya banyak sekali.
"DIA PASTI HANYA HALF-BLOOD!" teriak Satan wanita yang baru terjun mendekat. "Lihat? Lambang Satan di lehernya kadang hilang kadang ada. BERI PERTOLONGAN MEDIS DULU DARI SEKITAR! CEPAT! HENTIKAN PERISAI DAN BIARKAN SISI MANUSIANYA BERTAHAN!"
Beberapa Satan pun langsung memanggil ambulans. Mereka inginnya menolong Mile, tapi ternyata sang Satan muda terlampau keras kepala.
"Tidak, tidak. Aku baik-baik saja," kata Mile yang muntah sekali lagi. Dia berguling ke samping agar darahnya ke tanah. Lalu berlutut sejenak sebelum berdiri perlahan.
"Hei, Nak? Kau yakin?" tanya seorang Satan bapak-bapak yang ikut bergabung. "Jalanmu saja masih begitu. Sebaiknya masuk ke RS sebentar--"
"Maaf aku harus segera pergi," kata Mile. Sial, bisa kemana-mana urusannya kalau sampai masuk rumah sakit. "Iya, tak masalah. Tenang sudah kuingat wajah kalian."
"Apa?"
"Kapan-kapan pasti kubalas! Sampai jumpa!" kata Mile sebelum melesat terbang. "Terima kasih atas bantuannya!"
BRAKHHHHH!!!!!
"Oke, oke. Pulang. Aku paham, Apo. Tapi jangan begini juga," kata Xiao Zhan. Omega manis dengan tahi lalat mungil di bibirnya itu berjalan terseok-seok. Dari restoran yang kacau, dia ditarik Apo ke mobil. Padahal Zhan bisa saja cari jalan sendiri, tapi Apo sepertinya lebih protektif dalam situasi krusial. Dia tak ingin Zhan tertabrak orang yang menjerit-jerit. Untung pertarungan heboh itu cepat menjauh lagi.
Para Satan dan malaikat melesat ke langit. Mereka adu kekuatan dengan pertaruhan nyawa. Tapi kepanikan masih di sekitar. Serius. Apo tidak mau tahu. Dia datang ke China untuk cari ketenangan, maka jangan sampai peristiwa tidak perlu mengganggu hari liburnya.
BRRRRRMMMM!!
Mereka pun menyetir mobil masing-masing untuk pulang. Depan belakang, Apo didahulukan Zhan karena dia lebih ahli saat berkendara darat. Sisi protektifnya berbalik membalas Apo, dan makin gencar karena di belakang mulai ada macet parah.
Tiiin! Tiiin! Tiiinnn!
"Kenapa sih ramai sekali? Bukannya sudah lampu hijau, ya? Perasaan kita pergi dari TKP yang tadi," keluh Apo kesal. Dia ikut mengklakson mobil-mobil yang ada di depan, padahal takkan membuat mereka pergi.
Mungkin karena pertarungan Satan terbuka itu sangat jarang. Manusia dan werewolf pun jadi tak tenang. Padahal para malaikat mustahil menyakiti selain pada targetnya. Sayang, gempuran tersebut bisa saja mengganggu penduduk bumi. Jadi kepanikan tetap datang secara alami.
"Ya ampun, panjangnya ...." kata Apo frustasi. Omega itu keluar mobil untuk melihat sekitar, tapi makin pening karena macetnya menjadi-jadi.
Xiao Zhan ikut keluar untuk mengambil udara segar. "Hahh, mungkin ada yang kecelakaan? Di depan sana sepertinya sangat ribut. Makanya kita tidak bisa bergerak," katanya. Terdengar sirine polisi juga yang dari kejauhan. Mereka mungkin mengamankan warga sipil. Sayang takkan bisa mengenali Satan-Satan yang terlibat. Yah ... kecuali ada yang melaporkannya pada dewan.
Baru saja Apo akan berkomentar, tapi orang-orang di sekitar ikutan keluar. Mereka bergosip karena sama kesalnya. Maka terdengarlah obrolan dimana-mana.
"Untungnya cepat dipasangi perisai, Bu. Kalau tidak pasti kerusakan kota makin parah. Ya ampun aku tidak habis pikir."
"Iya. Aku lihat website terbaru juga agak ngeri. Restoran bagus itu dengar-dengar langsung rugi? Bayangkan orang-orang tidak jadi makan. Belum biaya renovasinya."
"Astaga ... semoga masalah ini cepat selesai."
TIIINN! TIIIN! TIIIIN!
Tiba-tiba mobil yang terdepan bergerak kembali. Sepertinya penyebab macet sudah hilang dari jalan, jadi orang-orang cepat masuk kendaraan untuk menyetir kembali. Mereka merayap seperti serangga pada awalnya. Lambat laun simpul macet sudah buyar. Jadi Apo dan Zhan bisa jalan lebih leluasa.
"Fiuh ... akhirnya," desah Apo. Dari sisi kanan, Xiao Zhan berteriak agar dia bisa dengar.
"Langsung pulang?!"
Apo mengangguk, karena selera makannya hilang di jalan. "Ya! sementara hari ini pulang dulu," balasnya sama berteriak. "Aku mau pesan sesuatu lalu kembali hotel!"
"Oke!" kata Zhan. "Kabari aku kalau sudah sampai. See ya!"
"Hm."
BRMMMMMM!
Xiao Zhan pun menyetir semakin kencang. Dia melaju duluan karena sudah hampir belok. Sementara Apo berkeliling sebentar. Dia mencari sesuatu yang paling disuka. Karena makanan hotel kadang tidak cocok di lidahnya.
"Ho, mungkin dua croissant sudah cukup untuk malam ini," kata Apo. Dia tersenyum saat melihat toko beraroma khas tersebut. Lalu turun walau harus mengantri sebentar.
"Oh, dua croissant? Sama kopi, ya. Oke, silahkan duduk sebentar ...." kata seorang waiter setelah mencatat menu. Apo pun melirik ke sekitar sekilas. Tempat ini rasanya tenang. Beda dari beberapa saat lalu dia jalan Huang Huang. Dia sempat memotret close-up kafe untuk dijadikan insta-story, tapi memicingkan mata karena menyadari kejanggalan.
Tunggu dulu, apa itu darah yang mengalir? Batin Apo saat zoom in hasil foto postingannya. Memang tidak terlalu kentara, sih. Tapi jika sangat jeli, pasti merinding karena arahnya dari sebuah gang kecil.
DEG
[Apo, kau ini sebenarnya di mana? Ada darah dalam story-mu. Hei, pokoknya cepat balas pesanku]
Chat Xiao Zhan tiba-tiba juga muncul di bagian atas layar. Itu menguatkan keyakinan Apo bahwa dia tidak salah lihat, lalu segera keluar padahal pesanan datang.
Klinting!
"Eh, Tuan?! Kok pergi--"
"Sebentar! Nanti aku kembali lagi. Taruh saja tapi ada urusan di luar!" kata Apo urgen.
"Baik!"
Apo pun agak berlari karena dengar suara gonggongan anjing. Salahkan inderanya yang terlalu peka karena kebiasaan praktik lapangan. Pilot muda itu pun menyasar target. Dan tertegun karena ada Satan ambruk di sisi dua tong sampah.
BRUGH!!
"HEI!! KAU--"
BRAKHHH!!
KLONTANG! KLONTANG!
Tepat saat tutup sampah menggelinding, Apo pun menyasar tubuh separuh manusia di sana.
Tadinya, Xiao Zhan juga berniat langsung pulang. Tapi karena perutnya berbunyi, Zhan pun membelokkan mobil dulu seperti Apo. Bedanya, dia ke sebuah toko roti.
"Oh, mau pesan rasa matcha, Tuan? Boleh! Tapi itu baru saja masak. Saya angkat dulu dari oven," kata seorang koki yang baru lewat.
"Baik," kata Xiao Zhan dengan senyuman.
Xiao Zhan pun duduk manis untuk menunggu. Dia mengecek sosmed dengan perut lapar, penasaran kenapa Apo sudah update padahal masih di jalan.
DEG
"Kok ... fotonya ada darah juga?" gumam Xiao Zhan. Dia pun segera reply postingan tersebut, sementara Apo malah langsung tidak aktif. "Pasti ada yang tidak beres ...."
Beberapa saat kemudian, pastry memberitahu Xiao Zhan bahwa roti-rotinya siap dibawa. Kebetulan berita TV kafe menyiarkan kerusakan pada sebuah restoran, jadi Zhan terdiam lama untuk menyimak kabarnya.
"Intinya tak ada yang yakin itu siapa, huh?" pikir Xiao Zhan. Dia pun membayar dengan perasaan gamang, sampai Apo menelepon dari seberang sana.
Drrrt ... drrrt ... drrrrt ... drrrt ....
"Halo, Apo? Ada apa?"
Suara Apo kedengaran cukup kacau. "Hahh ... hahh ... hahh ... hahh ... Zhan? Bisa tolong ke kehotelku sebentar? Ambil baju ganti untuk dua orang. Terus bawa ke RS Shengsheng."
DEG
"Hah? Kau sakit?!"
"Tidak, tapi sementara begitu saja. Nanti kujelaskan kalau sudah sampai," kata Apo. "Oh, iya. Bayar juga pesananku di sebuah kafe. Bungkus dan ambil. Kalau perlu pesan lebih biar tidak sungkan. Kuserahkan padamu, ya. Tolong."
Tuuuutttssssss!
Urgen sekali rasanya. Xiao Zhan pun buru-buru bertindak, karena itu demi sahabatnya. Lupakan keinginan langsung pulang dan rebahan. Zhan pun mengegas mobil secepat mungkin. Dia cemas hingga nyaris menabrak ekor motor gede. Lalu mundur lagi demi antri di belakang lampu merah.
SRAAAAKKKHHH!
Ckiiitttt!!
"AH, MAAF!" teriak Xiao Zhan segera. Dia harap si pengendara motor bisa mendengarnya, tapi helm Tracer yang dipakai mungkin memblokade cicitan apapun.
Bukannya apa, tapi pengendara itu benar-benar tak menyahut!! Apa dia tuli atau memang sama-sama gugup juga? Xiao Zhan melihat kakinya mengetuk jalan berkali-kali.
BRRRRRMMMMMMM!!
Tepat setelah lampu berganti, motor itu juga melesat agresif. Dia membuat beberapa werewolf di sekitar mengumpat, tapi samasekali tak peduli.
"Ah, mungkin cuma bocah yang telat kuliah malam," batin Xiao Zhan. Namun, setelah melaksanakan pesan Apo, Zhan samasekali tak menyangka kalau berpapasan lagi dengan sosok itu.
"Astaga! Pakai jatuh segala!" teriak seorang lelaki muda yang baru melepas helm. Dia memungut kunci motor yang sempat terjatuh, lalu lari masuk rumah sakit. "Gege! Sial! Kau itu baru melakukan apa saja?!"
Apo tidak tahu kenapa dia mondar-mandir selama proses operasi. Padahal lelaki bernama Mile Phakpum tadi bukan keluarga, kenal pun tidak, tapi dia cukup prihatin. Mungkin karena baru kali ini Apo lihat Satan babak belur secara langsung. Dia pun tidak bisa meninggalkan kursi tunggu, sampai langkah kaki gaduh terdengar dari koridor.
"Gege! MILE GEGE!"
DEG
"Zhan--? Oh, bukan ...."
Apo pun kecewa untuk beberapa detik, tapi dia memicing karena baru menyadari siapa orang tersebut.
"Yibo? Kau di sini?"
"Iya--tunggu. Apa kau orang yang menolong kakakku? Barusan aku ditelepon pihak rumah sakit."
"Benar, itu aku. Tenang, dia sudah dalam penanganan sekarang. Tapi, rasanya aku seperti mendengar--"
"Apo!"
Gantian Xiao Zhan yang tergopoh-gopoh di belakang sana. Sahabat Apo itu menggendong tas besar di punggung. Lalu menabrak peluk karena kepalang takut.
"Zhan! Akhirnya kau sampai--"
Brugh!
"Oh, gosh. Apa semua baik-baik saja?" tanya Xiao Zhan dengan mata indah yang berkaca-kaca. "Kupikir kau yang masuk UGD ...."
"Tidak, kok. Tidak. Tapi memang ada seseorang yang berjuang di dalam sana," kata Apo. "Kau sendiri, terima kasih ya ...." Dah bla ... bla ... bla ... bla--intinya dua Omega itu mengungkapkan kegelisahan masing-masing. Tanpa menyadari Yibo tak berkedip menatap ke suatu arah.
"Apa dia benar-benar umur 31? Rasanya tidak terlihat seperti itu ...."