Chereads / This Free / Chapter 2 - CAMELIA

Chapter 2 - CAMELIA

Ya, mungkin kisahnya hampir sama seperti kisahku dan Suara klakson mobil adalah pertanda bahwa aku harus buru-buru menyantap roti kesukaanku ini dan harus segera berlari untuk menghampiri sumber suara.

Mommy terus menatapku dengan tatapan, Habiskan roti itu. Harus !, membuatku tidak konsen antara makan dan memikirkan apalagi perlengkapan-perlengkapan yang harus kubawa. Apakah sudah semuanya masuk ke koper?

Akhirnya aku berhasil menghabiskan roti lezat ini yang ntah kenapa tiba-tiba terasa hambar. Aku langsung meraih tas tanganku dan menyeret koper disampingku, tak lupa aku memeluk dan mencium Moomy. Pelukan dari seorang anak yang telah dirawat dengan baik olehnya, dan sekarang waktu untukku membalas kebaikannya.

Yah, meskipun di negara sendiri profesiku dicecar habis-habisan, tetapi di negara dengan budaya bebas seperti Amerika, keindahan adalah seni. Dan apapun jenis keindaahan itu sendir, termasuk tubuh wanita. Aku tidak memerlukan pujian orang-orang sekitarku, tapi dukungan dari Mommy adalah yang terpenting. Dan dunia mengapresiasi profesi ku sebagai hal yang sangat professional.

Oke, back to now. Aku menghampiri mobil Alphard putih yang terparkir dengan baik dan benar didepan pagar rumah.

Ada tiga orang didalam , Tyson yang mengemudi, warga keturunan Australia yang bekerja di produksi house ini Pelaksana Creative dan karena hobby-nya yang suka menyetir, kemanapun timnya pergi maka ia adalah juru kemudinya. Disampingnya ada Joey, pria keturunan indo-tionghoa, manajerku. Orang yang pertamakali mengajakku kedalam dunia hiburan yang sangat bebas ini. Dan tepat dibelakang pengemudi ada Mike, pria bule Amerika. Seorang Cameraman yang baru bergabung dengan Produksi House ini. Dan selalu mengambil kesempatan untuk dekat dan menyentuh tubuhku. Ya, aku tau pola pikirnya, jika belum bisa diajak ke ranjang tentu ia akan terus mengejar. Dan aku selalu mengacuhkannya, tidak tertarik dengannya.

^^^

"Hy…Our Beautifull Melia" sapa Bryan, seorang keturunan Indo-Australi, owner dari PH yang menjadi lahan pekerjaanku.

"Wellcome to the Office my girl" lanjutnya.

Office ?

Ya, bagi kami office bukan hanya ruangan yang nyaman dengan deretaan meja dan kursi untuk saling memantau tugas. Tapi seperti ini, ruangan yang penuh sesak dengan perlengkapan kamera dan segala aksesorisnya untuk kebutuhan foto shoot dan shooting.

"Melia ….. " Pelukan hangat ku terima dari seorang gadis eksotis nan manis ini. Dia Nadine, partner kerjaku di PH ini. Ia juga adalah satu-satunya adik dari owner kami, Bryan.

Adik ?

kedua adikku. Anak telantar dan dipungut. Beruntungnya ia di pungut oleh seorang Bryan, Miliarder di bidang entertainment kelas dunia.

" Kita akan satu frame?" tanyaku pada Nadine.

" hmmm… I hope so darling. But you know… hmmm " ia melirik Bryan yang sedang memeriksa camera di setiap sudut ruangan.

Yahhh… I know. Bryan yang menemukan Naadine di usia remajanya benar-benar protektif menjaganya layaknya adik kandung. Meskipun ia memberikan izin kepada Nadine untuk Bekerja di dunia hiburan ini, tetapi ia sangat selektif untuk memasukkan Nadine pada setiap Project.

Aku mengerti apa yang Bryan pikirkan. Karena aku juga memiliki adik yang harus ku jaga agar tidak terjerumus ke hal-hal yang tidak bisa ia kendalikan.

" Over Protective" gerutu Nadine.

"karena dia saying " sahutku menghibur.

"yahhhh…. " ia memutar bola matanya tak setuju dengan kata-kataku.

^^^^

Di ruangan ini hanya ada aku dan Mike si Cameraman.

Hari ini hanyalah pengambilan gambar untuk majalah dewasa.

Bryan yang tidak suka banyaknya orang dalam satu ruangan karena katanya akan mengganggu, maka ia membuat konsep hanya sang cameraman dengan para artistnya saja yang boleh berada dalam satu ruangan.

Aku tidak pernah keberatan dengan aturan tersebut, hanya saja kali ini karena Mike yang harus menjadi cameramannya sedikit membuatku terganngu.

Lihat saja, ia tidak henti-hentinya melihatku dengan pandangan aneh itu.

Oh… ayolah, cepat selesaikan dan cepat kembali ke Hotel. Inginku.

Aku masih berbaring di sofa dengan tubuh bagian atas yang tertutupi lengan. Bagian bawahku mengenakan hot pant yang terbuka resletingnya. Siapapun yang melihatnya tentu tidak tahan untuk memasukkan jemarinya kedalam resleting yang terbuka ini. Tentu saja demikian dengan Mike. Yang sedari tadi mencoba mencari alasan agar bisa menyentuh bagian terlarang tersebut.

Oh, aku ingin dia professional kali ini saja. Tapi sepertinya tidak bisa.

"Melia… " desahnya, dengan Kamera yang membidik setiap lekuk tubuhku yang masih berbaring di sofa.

Jari-jari tangan kirinya menyentuh bagian dadaku yang masih ku tutupi dengan lenganku.

"Stop it ! Mike !" protesku. Tapi tidak ia hiraukan. Ia meremasnya. Bangsat !

Ia tertawa karena aksinya itu. Berkali-kali.

Sepertinya setelah sesi ini berakhir aku akan meminta Bryan untuk mengganti kameramannya.

^^^^

"ya, aku setuju pada Melia." Sahut Nadine saat aku mengajukan protes pada Bryan tentang pergantian kameraman.

"kau pasti sadar Bryan, kalau tatapannya itu cabul" sambung Nadine dan langsung ku iyakan.

"apakah kau juga di rayunya?" tanya Bryan pada Nadine.

"oh, ku pikir dia masih waras jika ingin merayuku. Tentu tidak ." jawab Nadine.

Bryan menghela napas lega.

Bagaimanapun kemampuan Mike dalam pengambilan gambar adalah yang terbaik. Tapi tentu sikapnya yang aneh itu tidak bisa didiamkan.

"oke, aku tidak akan memasukkannya ke dalam tim mu lagi Melia. Aku akan segera mencari yang baru. Tapi sampai Project ini selesai, tolong lah bersabar terhadapnya."

Aku memutar bola mataku, setidaknya sampai akhir minggu ini aku harus sabar menghadapi kecabulan Caameraman itu.

^^^^

Aku ingin sedikit Flashback tentang diriku yang bisa mendapatkan peran dalam dunia hiburan yang dibangun oleh Bryan.

Mungkin itu terjadi 8 tahun yang lalu saat usiaku baru memasuki 17 tahun.

Pertama kali aku bertemu dengannya di pantai saat liburan sekolah.

Namanya Dean. Seorang keturunan Indo – Amrik .

Saat itu ia berstatus sebagai mahasiswa di universitas yang berada di kotaku.

Aku tau dia seperti layaknya pria blasteran lainnya di Indo, bebas.

Sampai suatu ketika aku mencoba memantaskan diri agar masuk ke dunia bebasnya itu.

Aku yang saat itu telah memasuki usia 17, dengan sedikit rengekan kepada Mommy agar diberi izin untuk memasuki dunia malam.

Dan disinilah aku berada, Havana Club, salah satu Club malam terkenal di kota ini dan club malam ini milik Mommy. Tentu untuk mendekatkan diri ke Dean aku harus kucing-kucingan dari Mommy yang saat itu harus bertemu klien diruang Meetingnya di lantai atas.

"huuuu…. Look !" seru Joey. Saat itu Joey dan Dean adalah teman satu kampus, satu apartement dan satu permainan.

"Camelia !!!!" seru Joey yang diiringi tepuk riuh teman-temannya yang lain kecuali Dean.

" see ! kamu nggak kelihatan kayak bocah sekolahan ." puji Joey.

"Thanks." Jawabku malu-malu sambil melirik Dean yang perlahan meneguk minuman kerasnya.

Aku memakai Blouse tanpa lengan dan rok mini yang super ketat untuk menarik perhatian Dean. Namun tampaknya Dean tidak terpengaruh. Melirik pun tidak. Ia hanya menatap beberapa wanita yang bergoyang dengan panasnya dilantai dansa.

"you want it, bro ?" tanya Joey. Dean tersenyum kecil.

"kurang menarik." Ucapnya sambil melihat para wanita yang semakin pansa menari.

"yahh, kalau dibandingkan Melia malam ini, semuanya biasa ." Joey mengerlingkan matanya kepadaku. Tetapi Dean tidakk. Aku hanya tersenyum hambar melihat reaksinya.

Waktu berlalu tanpa ada rekasi apapun dari Dean terhadapku. Sampai aku melihat Moomy turun dari lantai atas, bersama para kliennya bersiap akan pulang.

Aku segera mengenakan outer yang sedari tadi ku pegang. Dan pamit kepada Joey dan Dean.

" cepat amat tuh anak pulang." Sahut Joey.

"namanya juga bocah " sahut Dean.

^^^

Beberapa kali pertemuan yang ku sengaja untuk bertemu dengan Dean semakin sering, dan semakin sering juga ia tidak merespon kehadiranku.

"haaaa… harus gimana lagi sih gueeeee " rengekku pada teman-teman saat di café.

"masih soal Dean?" tanya Bella.

"yahhh "

"coba deh tampil dengan penampilan dewasa."

"sering. Sering dicuekin juga. Puas lo "

Bella terkekeh.

"yaaa, lu tau dia lah. Dia tuh over freedom . jadi kayaknya kalau di tempelin sama bocah kayak kita-kita gini, beban sih untuk dia."

"dia Cuma nggak kasih gue kesempatan gimana dewasanya gue ini."

"ya PR sih buat lu Mel, tunjukin sikap dewasa lu. Bukan gaya pakaian lu."

Aku tertegun mendengar kata-kata Bella. But How?

^^^^

"Mel, kayaknya hari ini kamu nggak Mommy izinkan ke Club."

"what???? Kenapa Mom? Aku gak pernah macem-macem kok disana."

" yes, I know Mel ." sahut Mommy tanpa merubah tatapannya dari depan layar laptop.

"trus kenapa Mom?"

"Sore ini ada Klien Mommy mau datang, perwakilan sih kayaknya soalnya klien Mommy lagi diluar kota nggak bisa kesini. Jadi dealnya kita tuh meeting sore aja di rumah ini . dank arena udah meeting dirumah ngapain lagi Mommy harus ke club. Ya nggak ?"

Aku melengos mendengar ocehan Mommy.

"atau gini aja deh Mom. Mom Percaya kan sama Melia? Melia ke Club Sendiri aja. Bareng Bella. Jam malam Mommy deh yang tentuin."

"No,Darling. Kamu bahkan nggak punya SIM dan KTP. Kamu masuk club juga karena Mommy. Gimana caranya kamu mau bawa-bawa Bella?"

"Oh. Mom… Please " rengekku.

"No, Darling. No. kamu lebih baik perhatikan meeting Mommy nanti deh. Udah saatnya kan kamu terusin bisnis Mommy. Adik-adik kamu masih jauh usianya sayang."

"No. Boring !" decakku kesal sambil berlalu dari hadapan Mommy.

Aku hanya duduk di teras rumah sambil membaca novel dan mendengarkan musik. Ini seperti tugas jadi satpam sekaliagus menunggu tamu penting Mommy datang.

Aku hanya memakai pakaian santai seperti hot pant dan kaos tanpa lengan. Tanpa memakai bra karena cuaca di kotaku yang sedang gerah-gerahnya.

Terserah deh nanti para om-om tamu Mommy bakalan berpikiran ngeres atau nggak melihat penampilanku yang seperti ini.

Sebuah Mobil berhenti di depan gerbang rumah dan membunyikan klaksonnya. Aku berjalan untuk membukakan gerbang dan mempersilahkan mobil memasuki halaman rumah.

Alangkah terkejutnya saat si empunya mobil keluar dari dalam mobilnya. Dean . itu Dean dengan tampilan formalnya yang membuat penampilannya serratus kali lebih keren dari biasanya. Dean pun sedikit terkejut saat melihatku. Sampai suara Mommy memecahkan kekagetan kami masing-masing.

"Dean Sadewo?" tanya Mommy memecahkan keheningan diantara kami.

Kenapa Mommy nggak kasih tau sih kalau kliennya ini Dean.

"yes. Hmm… Madam Grace?" tanya Dean balik.

"panggil saja Grace." Jawab Mommy.

"oh, perkenalkan ini anak saya Melia." Sambung Mommy. Dan Dean hanya mengangguk saja.

Meeting mereka berada diruang kerja Mommy. Aku tidak bisa melihatnya karena sudah terlanjur menolak ajakan Mommy tadi. Coba aja tadi Mommy sebutin nama kliennya ini duluan mungkin aku nggak bakalan nolak, gerutuku.

^^^

"saya nggak nyangka kalau Paak Sadewo punya anak yang brilian seperti kamu Dean. " suara Mommy yang sedang berbicara dengan Dean. Mereka sudah keluar dari ruang kerja Mommy. Aku sedikit mengintip dari balik sofa.

"it's great. Mungkin Bali bisa jadi tempat penjualan terlaris di Indonesia. Dan saya welcome sih kalau club saya dijadikan lokasi pemasaran dan iklannya. Suatu kehormatan untuk club saya sepertinya." Sambung Mommy.

" saya juga berterimakasih karena madam mau memberikan izin pendirian cabang Havana Club di Ibukota. Saya harap ini jadi kerja sama yang saling menguntungkan." Ucap Dean.

Mereka bahas apaan sih?

^^^

"Melia…. Hurry sayang." Panggil Mommy yang sedang sibuk menyiapkan perlengkapan piknik sambil menggendong Lily yang masih bayi.

"Mom. I'm tired. Aku di rumah aja deh ya." Pintaku.

"Mommy udah susah payah ambil waktu untuk kita quality time bareng, tapi kamu malah jadi ulet aja di rumah? Kasian Dessy. Look… dia terlalu over di studynya karena Mommy jarang punya waktu untuk kalian sayang."

Yaa, adikku Dessy yang rajin dan selalu jadi juara di sekolahnya ini memang jarang banget untuk refreshing. Apalagi untuk quality time bareng Mommy.

"oke, Mommy silahkan quality time bareng adik-adik. Aku jaga rumah aja deh. Bibi kan juga lagi cuti jadi ya anggap aja aku yang jagain rumah. Don't worry Mom."

"oke lah, tapi ingat… jangan bawa teman-teman kamu apalagi laki-laki ke rumah, oke darling?"

"yes Mom. I do ."

^^^

Suasana yang hening dirumah.

Selama ini memang hening sih, sedikit bersuara ketika Lily baru diadopsi dan tinggal dirumah ini bersama seorang Baby siter. Jika hanya ada aku dan Dessy, rumah ini seperti kuburan tanpa suara. Dessy yang super serius, dan aku yang nggak tau harus ngobrolin apa sama adikku itu.

Seketika suara klakson mobil terdengar dari depan gerbang, aku memeriksa dari layar yang terhubung dengan kamera didepan, mobil Dean.

Mau apa?

Aku membuka gerbang dan mempersilahkan mobil itu memasuki halaman rumah.

Ia turun dari dalam mobilnya dengan penampilan biasanya yang sering kutemui.

"oh, kebetulan hari ini Mommy sedang keluar. Mungkin ada pesan biar nanti aku sampaikan?"

"hmm… Cuma mau kasih ini sih untuk contoh barang yang mau dipakai untuk iklan nanti. Madam udah tau kok." Ia menyerahkan kotak coklat yang terbungkus rapih .

"oh, oke. Nanti aku sampaikan." Aku mengambilnya dan beranjak untuk memasuki rumah saat Dean memanggilku. Dean memanggilku ?

"ya?" tanyaku hampir-hampir tidak percaya.

"hmm… begini, aku nggak tau apa Madam sudah menceritakan soal product yang akan kami iklankan ini atau belum. Tapi bisakah aku mencobanya kepadamu?" tanya Dean.

"sebuah product?" tanyaku memperjelas. Mommy nggak pernah cerita soal pekerjaan dia ataupun kerjasama-kerjasama apapun dari klien-kliennya sih. Itu karena aku memang kurang tertarik. Tapi untuk yang satu ini, demi Dean, aku ingin terlibat di dalamnya.

"ya, sebuah product dan akuu ingin mencobanya denganmu." Ucap Dean. Suaranya terdengar intens dan seksi, seperti seorang pria yang ingin mengajak kekasihnya untuk saling mencumbu.

"ok, why not?"

^^^

Dean mempersilahkan aku untuk memasuki bagian belakang mobilnya. Ia mempersiapkan Handycam dan beberapa peralatan dari dalam kotak. Aku penasaran denga nisi dalam kotak itu.

"kau ingin lihat?" tanya Dean, yang melihatku penasaran.

Dean memperlihatkannya kepadaku. Aku nggak tau apa namanya tapi aku tau itu sejenis sex toy.

"Dean, itu… " Dean menempelkan jarinya dibibirku pertanda aku harus diam. Ia merebahkanku dikursi belakang mobilnya, membuarkan pintu samping mobilnya terbuka agar kaki-kaki terjulur keluar.

"kau selau nggak pakai bra ya?" tanya Dean sambil mengusap-usap dadaku dari luar tanktop yang ku gunakan. Dan menjepitkan alat kecil dari dalam kotak tadi ke putting dadaku. Penjepit kecil itu terhubung dengan kabel dan remote control yang berada ditangan Dean.

"aku nggak tau sesering apa laki-laki brengsek berfantasi dengan melihat tubuh kamu, dan aku salah satunya." Dean meremas payudaraku dan merekam kegiatannya dengan handycam yang berada ditangannya. Aku hanya bisa mendesah, aku ingin.

"gimana kalau kita coba yang satunya lagi?" Dean mengeluarkan satu alat kecil tanpa kabel sari dalam kotak yang tadi. Ia mulai meraba-raba bagian pahaku dan terus sampai ke selangkangan. Oh , Dean… kamu tau? Ini yang sering aku impikan.

Selanjutnya iya membuka releting hotpant yang ku gunakan, meraba vaginaku dari luar celana dalamku dan menggosok perlahan kearah klitoris. Aku menggigit bibirku, pinggulku bergerak mengikuti irama permainan jari-jari Dean. Dean tersenyum, ntahlah apa arti senyumannya. Segera iya memelorotkan hotpant bersama celana dalam yang kukenakan. Jari-jarinya secara langsung menyentuh klitorisku, ahhh… rasanya ada yang mendesak keluar dari dalam sini.

Dean menempatkan alat kecil tadi di vaginaku.

Penjepit yang telah menjept putingku dan sekarang ada benda kecil yang terhimpit di vaginaku. Ahhh, apa yang kamu lakukan Dean?

"Meliaku. Perawanku." Bisiknya lembut sambil mengecup leherku. Dan tiba-tiba saja alat-alat yang dipasangkan Dean pada payudara dan vaginaku mulai bergetar. Aku memekik kaget. Dean tertawa. Ia mulai memposisikan handycam nya kembali, menyoroti dadaku dan gerakan pahaku yang menahan keenakan dari rangsangan alat-alat ini.

"Mel… Meliaku ." desahnya sambil jari jemarinya mengusap bibirku. Oh, Dean.

Ia berhenti menyorotiku dengan handycam. Membuka kaosnya yang memperlihatkan otot-otot tubuhnya yang ku sukai. Ia menindihku dan mulai menciumku. Ciuman pertamaku yang erotis. Penjepit putingku mulai bekerja cepat dan remasan dari tangan Dean membuatku hampir melayang. Dean aku tidak ingin berhenti.

Mom, jangan pulang dulu aku hanya ingin lebih lama bersama Dean.

Tangan Dean kembali mengusap-usap vaginaku tangannya meraih alat diantara lipatannya dan mengeluarkannya. Ini sedikit mengurangi rangsangan.

Dean mulai membuka resleting celananya dan mengeluarkan sesuatu yang kutunggu-tunggu, kontolnya. Ah, aku ingin itu Dean.

Ia menggosok-gosokkan kepala kontolnya ke klitorisku, sedikit disodokkannya pada lubang memek yang memang telah basah karena rangsangan tadi.

Bibirnya tak henti mengulum bibirku, sesekali mengecup payudaraku yang masih bergetar karena alat itu. Membuat cupangan demi cupangan pada gundukan payudaraku. Kontolnya masih digesek-gesek dan di sodok perlahan.

Melepas keperawanan di mobil, not bad Dean.

Kami masih dalam kondisi yang panas sampai tiba-tiba ponsel Dean bordering.

"shit ! Madam !" ucapnya.

Mommy?

Dean mengangkat ponselnya dan sedikit menjauh dariku.

Ia kembali lagi dan membenahi pakaianku yang telah dilucutinya tadi. Sudah selesai ? pikirku.

"Dean…" ucapanku terhenti karena kecupannya dibibirku.

"Madam sebentar lagi pulang, aku harus pergi." Katanya.

Perasaanku kacau akibat nafsu yang terhenti mendadak ini. Mom, kenapa harus pulang secepat ini sih?

Aku keluar dari dalam mobil Dean. Dean memelukku dari belakang dan memberikanku kotak yang dititipkan untuk Mommy tadi.

"Don't Worry Meliaku." Ucapnya sambil mengecup pundakku yang terbuka.

Ia bergegas menaiki mobil dan keluar dari halaman rumah.

^^^^

"Mel… mel …" panggil Bella bersemangat.

"apaan sih?" tanyaku. Mood ku lagi kurang baik sejak kejadian dengan Dean tempo hari. Rasanya harus ada yang dituntaskan tapi nggak bisa sendiri.

"Dean. Mel, Oh My Goshhhhh" teriak Bella.

"apaan sih lu?" tanyaku sambil memperhatikan arah pandangan Bella.

What?? OMG demi apa?? Itu beneran Dean? Dean datang ke sekolah.

"Bel, Look at me !" aku memutar badan Bella agar menghadapku.

"gue kayak bocah nggak?" ringisku.

"lu bawa baju ganti?" tanya Bella.

"No"

"It's oke Mel. Mudah-mudahan hari ini Dean lagi sakit mata jadi dia ngelihat elu jadi wanita dewasa."

Aku meringis. Ucapan itu nggak membantu Bel.

"Dean" panggilku saat langkah Dean dekat dihadapanku.

"Mel, ada yang mau aku bicarain. Bisa ikut?" ajak Dean.

Bella menyikutku untuk mengikuti Dean.

Kami berada didalam mobil Dean. Kalau tempo hari aku berada di kursi belakang mobilnya. Sekarang aku sedang berada disampingnya.

Dean membawa mobilnya memasuki kawasan apartement mewah. Aku tau ini apartement tempat ia tinggal. Apa ia akan melakukan hal yang kemarin lagi? Sampai selesai? Oh my goshhh, memekku bergetar ketika membayangkannya.

Dean memarkirkan mobilnya. Mematikan lampu kendaraannya dan mengunci pintu mobil secara otomatis. Ia mulai menyalakan tv kecil yang terpasang di daskboardnya. Sebuah video terputar menampilkan wajahku yang sange ketika ia merekamku tempo hari.

"Dean ini…" Dean terus memperhatikan video tersebut. Apa dia ingin memerasku? Karena ia klien ibuku? Masalah bisnis?

"aku terus terbayang ekspresi kamu mel ." ucap Dean mematahkan seluruh kecurigaanku.

"gimana kelanjutan ekspresi kamu kalau waktu itu aku masukin kontol aku ke dalam memek kamu?" bisik Dean ditelingaku.

Aku menggigit bibirku . nggak tau apa yang harus dilakukan. Tapi bibir Dean lebih dulu memulai permainan ini. Menghapus ketidaktahuanku tentang hal apa yang selanjutnya aku lakukan.

Dean mulai menurunkan kursi yang kududuki, ia memposisikan dirinya diatassku dan terus mencumbuku. Tangannya meraba-raba pahaku dan sampai ke selangkanganku. Melepaskan celana dalam yang ku kenakan. Dan meletakkan celana dalam tersebut diatas daskboard mobil. Lalu tangannya mulai meraba payudaraku membuka kancing seragam yang ku kenakan dan membuka bra dari dalam. Ia meletakkan bra yang telah dilepasnya tadi diatas dakboardnya. Dan mengancingkan kembali baju seragamku.

"aku lebih suka kalau kamu nggak memakai dalaman sayang." Bisiknya.

Ia meraba-raba bayudaraku dari luar seragamku, menjepit-jepit putingku dari luar seragamku juga.

Dan kali ini ia telah mengeluarkan kontolnya dan digesek=gesekkan ke memekku yang telah basah. Menekannya sedikit demi sedikit.

Dean tiba-tiba mengecup bibirku dan merapiihkan pakaiannya kembali. Udahan?

"kita lanjut di dalam aja " ucapnya sambil terus mengecup bibirku.

Aku hendak memakai pakain dalamku tapi Dean menahannya.

"aku lebih suka kalau kamu nggak pakai dalaman." Ucapnya.

Dean keluar dari dalam mobil dan membuka pintu sampingku dari luar, mempersilahkanku keluar. Kami menaiki lift yang memang selalu sepi ini.

Hanya ada kami berdua di dalam lift, sehingga tangan Dean kembali aktif merengkuh tubuhku dan meremas payudaraku. Memilin-milin putingku dari balik seragam yang ku kenakan. Ah, tidak sabar menunggu kelanjutanmu Dean.

Setelah didalam Dean segera menuntunku ke kamarnya, melemparku ke atas kasurnya dan langsung menindihku. Ia menciumiku bertubi-tubi dengan kasar meremas payudaraku dan mencubit putingnya.

Ia mengikat kedua tanganku dengan dasi yang berada didekatnya dan menaikkan tanganku keatas.

Mulai mengarahkan handycamnya kearahku dan masih dengan kasar mempermainkan tubuhku.

Ia menyingkap rok sekolahku keatas sehingga Nampak memekku dan bulu-bulu yang menghiasinya, ia juga membuka 2 kancing baju seragamku sehingga gumpalan payudaraku dapat dengan bebas ia remas.

"Melia… Camelia… Bitch !!!" ucapnya

Kini kontolnya telah ia arahkan ke memekku, mulai menggosok-gosokkannya diklitoris.

Ia semakin kuat menyodok-nyodok kontolnya kedalam lubang memek yang masih sempit.

"Dean, sakitttt …." Rintihku

"Oh, Mel. Melia…. " desahnya sambil tidak berhenti untuk memasukkan kepa kontolnya ke dalam memek.

"sudah berapa laki-laki yang kau buat berfantassi seperti ini? Fuck Girl ! Bitch ! LONTE !!!!" Makinya dan dengan kuat kontolnya menembus memekku.

"Ahhhhhh…. Dean, stop it !!!! sakitttt Dean ." aku menjerit kesakitan, tapi Dean seolah tidak memperdulikan kesakitanku.

"Bitch !!! " Dean terus mengoceh kasar sambil terus memompa kontolnya keluar masuk sarang memekku.

"Dean , stop !!!!" rengekku.

"I won"t Mel. Fuck me so hard, Bitch !!!" gerakannya makin kasar, dan perlahan kesakitanku tergantikan oleh rasa nikmat yang tidak ingin ku akhiri.

Dean masih dengan kasar menggoyang tubuhku yang makin dilanda gairah. Sampai pada titik gairah ini tidak bisa ditahan lagi.

"Dean, please…" aku meringis ingin segera mengeluarkannya.

Dean mengemut putingku dengan keras , meremasnya, dan kontolnya terus di pompanya sehingga aku tak lagi bisa menahannya.

"Deannnnnnnnn ....." pekikku diiringi gelombang yang dikeluarkan. Pinggulku bergoyang tak karuan membuat Dean kewalahan.

Beberapa detik kemudian segalanya terasa ringan bagiku. Dean tersenyum puas, mengeluarkan kontolnya dari dalam memekku dan mengocoknya diatas payudaraku. Spermanya keluar dan membasahi payudaraku. Ia mendesah. Keseksiannya bertambah berkali-kali lipat menurutku.

Lalu ia tergeletak di sampingku dengan napas terengah-engah.

Ia perlahan menciumku dan membuka ikatan tanganku.

^^^^

Sesi pemotretan bersama cameraman cabul, Mike , telah selesai. Joey segera masuk ruangan dan menghampiriku. Membuat si cabul tak ada kesempatan untuk menggodaku.

"what???" tanyaku sedikit shock.

"ya, I don't know lah. Gue juga baru dapat kabar." Sahut Joey.

"Ok, kayaknya gue udaah free… gue siap-siap. Lu yang kabari Bryan, Ok?"jawabku. aku bersiap-siap dengan panic, membuat Mike bahkan tak bisa berkata-kata.

^^^^

Aku baru selesai mandi dan akan mengirim pesan ke Joey ketika sepasang tangan merengkuh tubuhku dengan kuat dan melemparkanku ke atas ranjang.

"hyyy Bitch." Sapanya.

"Dean?" aku berusaha bersikap biasa. Ia mulai membuka dasinya dan mengikat tanganku seperti biasanya.

"aku jauh-jauh datang ke Bali, dan Madam memberitahu kalau kamu udah terbang ke Sidney. Kamu nggak kasih kabar? BITCH !" ia memasukkan kontolnya tanpa aba-aba, selalu, membuatku memekik.

"aku dengar dari Bryan ia akan mengganti cameramen untukmu, apa ada masalah honey?" tanyanya selembut mungkin tetapi tidak dengan goyangan tubuhnya didalamku.

"hmmm… hmmm… " aku hanya bisa mendesah untuk tidak menjawabnya.

"dia menggodamu hmmm ? atau tubuhmu yang menggodanya?" tanya Dean lagi.

Aku menggeleng. Menikmati setiap kemarahan Dean dari gerakannya. Dean yang tenang dan cool di depan orang dan selalu kasar saat bercinta denganku.

Ahhh… Dean ku.

^^^

Bryan dan Dean sedang berbicara serius, rasanya sulit dipercaya pria kalem yang sedang berbicara dengan atasanku itu satu jam yang lalu baru saja memuaskanku dengan kasar di ranjang.

"wuhuuu… look this ! Mr. Dean ! how are you?" sapa Nadine ramah seperti biasanya.

"good" jawab Dean dengan gaya coolnya. Gaya yang hany diperlihatkannya di depan orang-orang. Tidak begitu jika hanya kami berdua.

"aku harap kamu udah menyapa artis kami ini" Nadine menyenggol tubuhku genit.

"Guest what? Dia harus membunuh waktunya yang nggak bisa bersama kamu dengan berbagai project gak masuk akal dari Bryan." Nadine masih terus mengoceh. Dean menatapku dengan tatapan 'Benarkah?'. Ingin rasanya aku menyumpal mulut Nadine agar berhenti mengoceh.

Yaa, tidak ku sangkali juga apa yang Nadine katakan. Sejak Dean Lulus kuliah ia harus terbang dari satu negara ke negar lainnya untuk memantau perkembangan bisnis hotel dan bisnis dunia malamnya yang telah berjalan lancer sejak masa-masa kuliahnya. Kesibukannya membuatku juga ingin menyibukkan diri agar tidak merasa kesepian.

Tapi bagi Dean mungkin tidak begitu. Tatapannya kali ini seperti 'ingin menghukumku' dengan sangat keras.