"Apa ?!?! Desa Aston telah diserang dan seluruh orang di desa tersebut telah tewas ?!?!," ucapku yang terkejut.
Nona Karina mengangguk ke arahku tanpa berkata apa-apa, sementara nona Violetta hanya terdiam.
"Nona Karina tidak sedang bercanda kan ?," tanyaku yang tidak percaya dengan perkataan nona Karina.
"Mana mungkin aku bercanda dalam hal ini, Rid. Aku diberitahu sendiri oleh Yang Mulia Ratu, jika kamu tidak percaya, kamu bisa menanyakan sendiri kepada beliau. Alasan kenapa beliau tahu kalau desa Aston telah diserang adalah karena para prajurit yang ditugaskan oleh Yang Mulia Ratu untuk mengirimkan hadiah ke desa Aston tidak menghubungi atau memberi kabar ke Yang Mulia Ratu kalau mereka telah selesai mengirimkan hadiah itu. Karena hal itu, Yang Mulia Ratu merasa curiga dan mengutus komandan Keira serta beberapa prajurit Silver Peacock untuk memeriksa langsung ke desa Aston. Saat mereka tiba di desa Aston, bangunan-bangunan di desa tersebut telah terbakar dan orang-orang di desa tersebut termasuk para prajurit yang ditugaskan oleh Yang Mulia Ratu pun telah tewas," ucap nona Karina.
Aku pun terdiam setelah mendengar perkataan nona Karina. Aku masih tidak percaya kalau desa Aston telah diserang dan seluruh orang di desa tersebut telah tewas.
"Rasa kangen dengan desa Aston dan perasaan tidak enak yang aku rasakan saat pergantian tahun tadi, sepertinya itu merupakan pertanda kalau ada sesuatu yang terjadi dengan desa Aston. Dan ternyata benar, sesuatu memang terjadi di desa Aston. Desa itu telah diserang dan seluruh orang di desa itu pun telah tewas. Aku masih tidak percaya akan hal ini," pikirku.
Meski begitu, aku secara perlahan mulai berusaha untuk mempercayainya meskipun terasa sulit. Aku juga berusaha tegar dan tidak menunjukkan ekspresi sedih agar nona Karina dan nona Violetta tidak khawatir kepadaku. Aku berusaha untuk bersikap seperti biasa.
"Siapa yang menyerang desa tersebut, nona ? Apa pelaku yang menyerang desa tersebut sudah diketahui ?," tanyaku.
"Belum, pelakunya belum diketahui. Tetapi, menurut Yang Mulia Ratu, kemungkinan pelaku yang menyerang desa Aston adalah pelaku yang sama dengan yang merencanakan pembunuhan terhadap Yang Mulia Ratu dan seluruh keluarga San Lucia. Yang Mulia Ratu menyimpulkan begitu karena sebelumnya kamu berkontribusi besar dalam menguak rencana pembunuhan terhadap Yang Mulia Ratu dan seluruh keluarga San Lucia, karena itu kemungkinan pelaku yang merencanakan pembunuhan itu dendam terhadapmu dan berniat untuk membalas dendam dengan menyerang kampung halamanmu dan membunuh orang-orang disana," ucap nona Karina.
"Begitu ya. Meskipun itu baru kemungkinan, tetapi penjelasan Yang Mulia Ratu yang disampaikan oleh nona sangat masuk akal. Jadi pelaku yang merencanakan pembunuhan itu ingin membalas dendam ya," ucapku sambil melihat ke arah langit yang masih gelap.
"Rid....," ucap nona Violetta.
Setelah itu, tiba-tiba nona Violetta dan nona Karina terlihat terkejut tanpa sebab. Mereka berdua terkejut seperti sedang merasakan sesuatu yang janggal.
"Perasaan menyesakkan ini, ini adalah hawa membunuh. Dan lagi hawa membunuh ini terasa sangat besar," pikir nona Violetta.
"Hawa membunuh ini, jangan bilang kalau....," pikir nona Karina.
Nona Karina dan nona Violetta lalu melihat ke arah Rid.
Sementara itu, setelah beberapa saat melihat ke arah langit, aku pun kembali melihat ke arah nona Karina.
"Bagaimana dengan orang-orang di desa Aston yang telah tewas, nona Karina ? Apa mereka semua sudah dikuburkan ?," tanyaku.
Nona Karina terdiam beberapa saat setelah aku menanyakan itu. Tidak lama kemudian, beliau pun mulai berbicara kembali.
"Saat Yang Mulia Ratu memberitahuku tentang keadaan desa Aston, beliau bilang kalau orang-orang yang tewas di desa Aston belum dikuburkan. Namun beliau bilang kalau mereka semua akan dikuburkan di pemakaman yang berada di dekat desa Aston," ucap nona Karina.
"Begitu ya. Ngomong-ngomong, nona, apa aku boleh meminta sesuatu kepada anda ?," tanyaku.
"Apa yang ini kamu minta, Rid ?," tanya nona Karina.
"Tolong izinkan aku untuk pergi ke desa Aston. Aku ingin pergi kesana," ucapku.
Nona Karina terlihat tidak terkejut setelah mendengar permintaanku.
"Baiklah. Karena hari ini merupakan hari libur, maka aku mengizinkanmu untuk pergi ke desa Aston. Aku juga akan menyiapkan kereta kuda untuk mengantarmu ke desa tersebut," ucap nona Karina.
"Terima kasih banyak, nona," ucapku sambil sedikit membungkuk.
"Sama-sama, Rid. Namun, aku tidak bisa menyiapkan kereta kuda secepatnya, mungkin kereta kuda itu baru tersedia saat jam 8 pagi. Saat itu, mungkin semua orang di desamu yang telah tewas itu sudah dikuburkan," ucap nona Karina.
"Tidak apa-apa, nona. Jika mereka semua sudah dikuburkan, aku harus tetap datang untuk mengunjungi mereka," ucapku.
"Baiklah. Nanti saat jam 8 pagi, kamu pergi saja ke gerbang akademi, aku akan menunggumu disana," ucap nona Karina.
"Apa nona akan ikut juga untuk pergi ke desa Aston ?," tanyaku.
"Iya, aku akan ikut pergi menemanimu. Alasan aku ikut pergi menemanimu karena aku khawatir kalau kamu bisa saja diserang kembali saat di perjalanan, sama seperti yang terjadi di hutan Hevea. Meskipun aku yakin kalau kamu bisa mengatasinya sendiri jikalau ada yang menyerangmu lagi," ucap nona Karina.
"Begitu ya. Aku berterima kasih karena nona Karina ikut untuk menemaniku pergi ke desa Aston. Dengan adanya nona Karina, aku akan merasa aman," ucapku.
"Sudah, sudah, tidak perlu berterima kasih. Lagipula ini kemauanku sendiri," ucap nona Karina.
"Baiklah, nona. Ngomong-ngomong, apa ada sesuatu yang ingin nona Karina bicarakan lagi ?," tanyaku.
"Tidak ada, hanya itu saja yang ingin aku bicarakan," ucap nona Karina.
"Kalau begitu apa aku boleh pergi meninggalkan tempat ini ? Aku harus latihan bersama dengan teman-temanku," ucapku.
"Silahkan jika kamu ingin pergi, Rid," ucap nona Karina.
"Baik, nona. Kalau begitu aku permisi dulu, nona Karina, nona Violetta," ucapku.
"Iya," ucap nona Karina.
"Iya, sampai nanti, Rid," ucap nona Violetta.
Lalu aku pun pergi meninggalkan nona Karina dan nona Violetta untuk menuju tempat latihan tahun kedua.
Sementara itu, nona Karina dan nona Violetta terus melihat ke arah Rid yang perlahan pergi menjauh dari mereka.
"Alasan nona pergi menemani Rid bukan hanya untuk menjaganya agar tidak diserang lagi seperti saat di hutan Hevea kan ?," tanya nona Violetta.
"Iya, alasanku menemaninya memang bukan hanya itu. Sepertinya kamu telah menyadarinya ya, Violetta," ucap nona Karina.
"Iya. Setelah nona memberitahu kalau pelaku yang menyerang desa tempat asal Rid dan membunuh orang-orang di desa tersebut kemungkinan adalah pelaku yang sama dengan yang merencanakan pembunuhan terhadap Yang Mulia Ratu dan seluruh keluarga San Lucia, aku merasakan hawa membunuh yang sangat besar dari Rid. Bahkan aku merasa merinding saat merasakan hawa membunuhnya itu.
Padahal dia hanya seorang murid, tapi aku tidak menyangka kalau dia bisa mengeluarkan hawa membunuh seperti itu," ucap nona Violetta.
"Iya, aku juga merasakannya dan aku pun juga merasa merinding sama sepertimu,"
"Dilihat dari luar, Rid memang nampak biasa saja. Meskipun dia mendapat kabar kalau orang-orang yang ada di kampung halamannya itu sudah terbunuh, tetapi dia masih bersikap seperti biasanya. Namun di dalam dirinya itu, pasti Rid merasa sedih atas tewasnya orang-orang di kampung halamannya itu. Dia juga merasa sangat marah karena orang-orang itu kemungkinan tewas karena balas dendam yang dilakukan oleh pelaku yang merencanakan pembunuhan terhadap Yang Mulia Ratu dan seluruh keluarga San Lucia. Pelaku itu kemungkinan membalas dendam karena Rid berhasil menguak dan menggagalkan rencananya. Rid pasti merasa marah karena bukan dirinya lah yang menjadi 'objek' balas dendam yang dilakukan oleh pelaku tersebut, melainkan orang-orang yang ada di kampung halamannya. Maka dari itu dia mengeluarkan hawa membunuh saat aku menjelaskan kalau kemungkinan pelaku yang membunuh orang-orang di kampung halamannya adalah pelaku yang sama dengan yang merencanakan pembunuhan terhadap Yang Mulia Ratu dan seluruh keluarga San Lucia,"
"Dengan hawa membunuh yang dia keluarkan itu, aku khawatir kalau dia tidak hanya ingin pergi ke desa Aston untuk mengunjungi makam orang-orang di kampung halamannya itu. Namun, kemungkinan dia juga ingin memburu pelaku yang menyerang desanya dan membunuh orang-orang di kampung halamannya.,"
"Maka dari itu aku memutuskan untuk ikut menemaninya. Jika aku tidak menemaninya, aku khawatir kalau setelah dia mengunjungi makam orang-orang di desanya itu, dia akan fokus untuk memburu pelaku tersebut dan tidak kembali lagi ke akademi. Aku juga khawatir akan kemungkinan kalau dia mungkin akan lepas kendali," ucap nona Karina.
-Bersambung