Chereads / Peace Hunter / Chapter 168 - Chapter 168 : Tebakan Yang Salah

Chapter 168 - Chapter 168 : Tebakan Yang Salah

Para penonton pun terkejut melihat putri Amelia menghantam dinding lagi. Mereka bertanya-tanya kembali apakah kali ini pertandingan antara mereka telah selesai. Lalu beberapa saat kemudian, asap yang mengepul di tempat putri Amelia menghantam dinding pun perlahan mulai menghilang. Terlihat putri Amelia dalam kondisi tidak sadarkan diri sambil bersandar di dinding yang baru saja dia hantam. Di tubuhnya terdapat lumayan banyak luka dan juga ada sedikit darah mengalir yang keluar dari mulutnya. Di tubuhnya juga terdapat bongkahan es yang menempel akibat teknik ~Freezing Air Slash~ yang Irene pakai sebelumnya.

Nona Nora yang melihat keadaan putri Amelia yang seperti itu langsung mengumumkan hasil pertandingannya.

"Pertandingan turnamen akademi khusus murid perempuan antara Amelia Laterza San Quentine melawan Irene Emerald San Lucia, dimenangkan oleh Irene Emerald San Lucia," ucap nona Nora.

Mendengar pengumuman itu, sebagian besar penonton pun mulai bersorak.

Lalu beberapa saat kemudian beberapa staff pun mulai datang. Mereka datang untuk membawa putri Amelia menuju ruang perawatan. Tapi mereka harus melepaskan putri Amelia dulu dari es yang menempel di dinding karena ternyata bongkahan es yang terbentuk akibat teknik ~Freezing Air Slash~ juga tercipta di dinding yang dihantam putri Amelia. Bongkahan es itu seolah menahan putri Amelia agar terus melekat di dinding tersebut. Tak berselang lama, putri Amelia berhasil dilepaskan dari bongkahan es yang ada di dinding lalu ditandu dan dibawa ke ruang perawatan. Irene yang mengalami beberapa luka juga dibawa ke ruang perawatan sambil diantar berjalan oleh seorang staff.

-

Di bangku penonton khusus tempat Yang Mulia Ratu berada.

"Sayang sekali, tuan Duke. Putri anda mengalami kekalahan melawan Irene dan tidak lolos ke semifinal. Sepertinya prediksi anda tentang Amelia yang akan menang mudah melawan Irene itu salah," ucap Ratu Kayana.

"Sepertinya saya terlalu yakin kalau putri saya dapat memenangkan pertandingan tadi dengan mudah. Saya mengira kalau putri saya memiliki kekuatan jauh di atas putri Irene, tapi ternyata putri Irene yang memiliki kekuatan di atas Amelia. Saya merasa malu karena terlalu menyombongkan putri saya," ucap Duke Remy.

Lalu Duke Remy teringat dengan sebuah percakapannya dengan putri Amelia. Percakapan ini terjadi ketika waktu istirahat sebelum pertandingan Rid melawan Enzo dimulai.

"Lawanmu kali ini adalah putri Irene, Amelia. Dia mungkin bisa menyulitkanmu. Jika memang dia bisa menyulitkanmu, jangan sampai kamu berlebihan dalam memakai sihir. Ingat kalau saat ini ada Yang Mulia Ratu yang menonton, jangan sampai dia tahu kalau kamu adalah 'subjek' karena mengeluarkan sihir secara berlebihan," ucap Duke Remy.

"Tenang saja, ayahanda. Aku tidak akan berlebihan dalam melawannya. Bahkan aku bisa mengalahkannya dengan mudah tanpa mengeluarkan kekuatan sihir yang berlebihan, sama seperti saat aku mengalahkannya di pertandingan harian," ucap putri Amelia.

"Baguslah kalau memang kamu yakin bisa mengalahkannya tanpa mengeluarkan sihir secara berlebihan," ucap Duke Remy.

Lalu flashback pun berakhir.

"Dia dengan sombongnya berkata kalau bisa mengalahkan putri Irene dengan mudah tapi akhirnya malah berakhir kalah. Tapi aku bersyukur setidaknya dia masih mematuhiku dengan tidak menggunakan kekuatan sihir secara berlebihan," pikir Duke Remy.

-

Di ruang tunggu murid tahun keempat.

"Aku tidak menyangka kalau Amelia akan kalah melawan Irene. Bukankah itu berarti tebakan kita salah semua ?," tanya senior Gretta.

"Aku juga tidak menyangkanya," ucap senior Alisha.

"Sepertinya Irene bertambah kuat sejak kekalahannya melawan Amelia waktu itu," ucap senior Vyn.

"Karena Amelia kalah berarti lawanku di semifinal adalah Irene, ya. Aku sungguh tidak sabar untuk melawannya," ucap senior Gretta.

"Jangan terlalu keras ketika melawannya nanti, Gretta," ucap senior Alisha.

-

Kembali ke arena.

Terlihat tuan Alan sedang berada di arena yang masih membeku karena sihir es milik Irene. Karena pertandingan Irene melawan putri Amelia tadi merupakan pertandingan terakhir di 8 besar ini, sepertinya mereka memilih untuk mengembalikan arenanya seperti semula setelah melakukan penutupan hari ini.

"Pertandingan 8 besar di turnamen akademi hari ini telah selesai. Untuk pertandingan Semifinal akan dilanjutkan kembali esok hari jam 10.00 pagi. Para penonton sudah boleh untuk meninggalkan arena turnamen ini. Terima kasih atas kehadirannya hari ini dan sampai jumpa besok," ucap tuan Alan.

Lalu tuan Alan meninggalkan arena turnamen. Para penonton yang hadir pun juga mulai meninggalkan area turnamen ini. Aku yang berada di ruang tunggu peserta tahun pertama juga memutuskan untuk pergi dari ruangan itu dan menuju ruang perawatan untuk menjenguk teman-temanku yang lain.

-

Di ruang perawatan.

"Selamat karena telah berhasil lolos ke semifinal, Rid," ucap Chloe.

"Selamat, Rid," ucap Charles.

Mereka sudah sadar setelah sebelumnya tidak sadarkan diri dan luka mereka juga sudah pulih sepenuhnya.

"Terima kasih kalian berdua. Apa kalian sudah tidak apa-apa ?," tanyaku.

"Iya, perawatan dan pemulihan di ruangan ini sangat cepat. Bahkan kelihatannya sekarang aku sudah bisa bertarung lagi, yah meskipun aku tidak lolos ke babak selanjutnya sih," ucap Chloe.

"Jangan terlalu memikirkannya, Chloe. Lagipula kamu masih tahun pertama, justru sudah merupakan pencapaian bagus kamu bisa sampai ke babak 8 besar ini padahal kamu masih tahun pertama. Kalau kamu memang ingin menjuarai turnamen ini, kamu bisa mencobanya lagi tahun depan ketika kamu sudah kelas dua dan tentu saja kamu harus berlatih terus agar semakin kuat," ucapku.

"Iya, kamu benar juga. Meskipun aku sedih karena telah kalah tapi aku tidak boleh bersedih terus," ucap Chloe.

"Walaupun nasihat kamu tadi adalah untuk Chloe tapi aku juga akan mengikuti nasihatmu itu, Rid. Aku akan berlatih lebih kuat lagi agar bisa memenangkan turnamen ini di tahun selanjutnya," ucap Charles.

"Berjuanglah, kalian berdua," ucapku.

Tiba-tiba Irene keluar dari sebuah pintu yang berada di ujung ruang perawatan ini. Irene pun lalu menuju kemari.

"Hmm kamu datang kesini juga, Rid ?," tanya Irene.

Tidak terlihat satu lukapun di tubuh Irene saat ini, sepertinya dia baru saja dipulihkan.

"Iya, aku kesini untuk menjenguk Charles dan Chloe, dan tentu saja untuk menjengukmu juga," ucapku.

".....Begitu," ucap Irene.

"Ngomong-ngomong, aku tidak melihat Enzo. Bukankah seharusnya dia dirawat disini juga ? Ini ruang perawatan khusus tahun pertama kan ?," tanyaku.

"Iya, tapi tadi saat dia baru saja pulih, dia pergi entah kemana," ucap Charles.

"Begitu ya," ucapku.

Setelah itu, Noa, Kotaro dan yang lainnya pun datang ke ruangan ini. Mereka berniat untuk menjenguk Charles dan Chloe.

Lalu kami semua mulai mengobrol di ruangan itu. Tapi tidak berselang lama, tiba-tiba seseorang yang tidak kami duga datang ke ruangan itu.

"Sepertinya disini banyak orang yang ikut menjenguk ya," ucap Ratu Kayana.

Seseorang yang tidak kami duga datang ke ruangan itu adalah Yang Mulia Ratu. Beliau ditemani oleh komandan Oliver dan para prajurit yang mengawalnya

"Yang Mulia Ratu ?!?!," ucap yang lainnya sambil terkejut.

Setelah terkejut, kami semua pun membungkuk pertanda memberi hormat

"Sudah-sudah tidak usah formal begitu. Daripada itu, bolehkah aku ikut menjenguk juga ?," tanya Ratu Kayana.

Ketika Yang Mulia Ratu bertanya seperti itu, tidak ada yang mau menjawab karena gugup. Jadi aku memutuskan untuk menjawab Yang Mulia Ratu.

"Silahkan, Yang Mulia Ratu," ucapku.

"Terima kasih, ah dan selamat karena telah berhasil lolos ke babak semifinal, Rid Archie. Irene juga, selamat," ucap Ratu Kayana.

"Terima kasih, Yang Mulia Ratu," ucapku.

Irene juga mengucapkan terima kasih atas ucapan selamat dari Yang Mulia Ratu.

"Kenapa Yang Mulia Ratu terlihat mengenalmu, Rid ?," tanya Noa sambil berbisik.

"Entahlah," ucapku.

Lalu Ratu Kayana mulai berbicara dengan Charles dan Chloe.

"Terima kasih karena telah menjenguk kami berdua, Ibunda, padahal aku dengar tadi saat aku masih tidak sadarkan diri, Ibunda juga datang kesini untuk menjenguk aku dan Chloe," ucap Charles.

"Memangnya tidak boleh kalau aku menjenguk kalian lagi ? lagipula kalian adalah anakku," ucap Ratu Kayana.

"Tidak, bukan begitu, Ibunda. Tapi yah, terima kasih karena telah menjenguk kami dan kami minta maaf karena telah kalah dan tidak berhasil lolos ke babak semifinal," ucap Charles.

"Tidak apa-apa, lagian kalian masih tahun pertama. Kalian bisa sampai di babak 8 besar ini saja sudah bagus dan syukurlah kalau kalian sekarang sudah baik-baik saja," ucap Ratu Kayana.

Ratu Kayana lalu mengelus kepala Charles dan Chloe.

"Ibunda..," ucap Charles.

Chloe sejak tadi hanya diam saja tapi terlihat di wajahnya kalau dia merasa malu saat kepalanya dielus oleh Ratu Kayana.

-

Beberapa saat kemudian.

"Kalau begitu aku pamit duluan ya. Oh iya, besok aku akan datang kesini lagi untuk melihat babak semifinal, untuk itu apa kalian berdua mau makan siang denganku saat jam istirahat ?," tanya Ratu Kayana ke Chloe dan Charles.

"Aku mau, Ibunda," ucap Charles.

"Aku juga mau," ucap Chloe yang nampak bersemangat.

"Baiklah kalau begitu, aku tunggu kalian berdua besok saat jam istirahat ya. Nanti aku akan suruh beberapa pengawalku untuk menjemput kalian. Aku pamit dulu," ucap Ratu Kayana.

Ratu Kayana lalu pamit ke Charles dan Chloe, beliau lalu melihat ke arah kami semua. Kami semua pun membungkuk sebagai rasa hormat. Saat Ratu Kayana melihat ke arahku, dia pun tersenyum. Lalu beliau pun pergi meninggalkan ruang perawatan.

"Ini hanya perasaanku saja atau memang tadi Yang Mulia Ratu tersenyum kepadamu, Rid," ucap Noa.

"Itu hanya perasaanmu saja, Noa," ucapku.

-

Keesokan harinya, di jam 10.00 pagi.

Babak semifinal turnamen akademi pun akan segera dimulai.

-Bersambung