Chapter 2 - Anak Nakal

Pagi telah tiba, tampak matahari sudah menampakkan cahaya dengan begitu malu malu. Masuk perlahan menyinari disela sela jendela kamar gadis cantik itu. Ia begitu tertidur nyenyak di kasur empuknya, yang berukuran king size. Kamar yang begitu luas dihiasi desain bunga bunga berwarna merah agak gelap.

Tampak jendela kamarnya belum juga terbuka karena pemilik nya masih saja tertidur memeluk guling empuknya dari balik selimut itu.

Ia tidur menggunakan baju tidur yang begitu terlihat seksi di tubuhnya dengan motif tembus pandang berwarna hitam yang memperlihatkan tubuh-nya. Ia memang terbiasa tidur menggunakan pakaian seksi seperti itu.

Suara langkah kaki terdengar memasuki kamarnya, Adam berdiri tepat di depan pintu kamar sambil menatap Hana dengan tersenyum menggelengkan kepalanya.

Ia lalu beranjak, melangkah perlahan kearah kasur itu. mendudukkan bokongnya di sisi samping kasur milik wanita itu. Ia memandangi Hana sambil mengukirkan senyuman penuh cinta pada anak angkat sekaligus cintanya itu.

Kedua tangan Adam bergerak di-atas pipi milik Hana, mengelusnya pelan dengan gerakan lembut penuh cinta. Hana yang masih memejamkan matanya, akhirnya menggeliat pelan saat merasakan, elusan lembut di pipinya.

"Eungh!." lenguhan pelan terdengar dari mulut Hana, ia perlahan membuka kedua matanya.

Dan hal pertama yang ia lihat di depan matanya adalah pria yang begitu ia cintai. Ia melebarkan senyuman itu saat mengetahui elusan itu, berasal dari tangan Adam.

"Dady." Hana tersenyum, lalu satu tangannya meraih tangan Adam yang masih berada di pipinya. Mengecup tangan kekar itu penuh sayang. Ia kemudian memberikan satu gigitan pelan di jari Adam dengan senyuman nakal.

"Kamu ingin menggoda ku, baby?" tanya Adam dengan menatap nakal kearah Hana.

"Hahaha, bukankah Dady yang ajarin aku" ucap Hana sambil mengigit bibirnya.

"Dasar anak nakal, umaach ... umaach ." seru Adam sambil memberikan dua serangan ciuman di pipi Hana dengan gemas.

"Daddy, aku belum mandi, jangan di cium." jerit Hana pelan dengan suara terdengar manja.

"Sudah mandi ataupun belum, kamu tetap aja wangi sayang, umaach." sahut Adam yang masih sibuk menciumi pipi Hana, Hinga ciuman itu turun perlahan di ceruk leher milik Hana.

Adam mencium leher Hana dengan kuat menggunakan kedua bibirnya hingga meninggalkan bekas merah di leher putih Hana.

"Eungh ... Dady jangan tinggalin jejak! Aku mau ke kampus pagi ini, nanti teman Hana bisa lihat, Dady." Hana mencoba menyingkirkan kepala Adam dari ceruk lehernya.

Takut jika Daddy-nya akan meninggalkan banyak jejak di-sana. Tapi Adam tidak juga mengangkat kepalanya dari leher itu. Ia masih saja asik mencium leher jenjang itu dengan begitu g**r*h.

"Daddy ..." mata Hana sudah terlihat sayu.

Adam menyeringai dibalik ceruk leher itu, saat mendengar des*han Hana. Ia lalu mengangkat kepalanya sebentar, lalu menyingkirkan selimut yang masih menutupi tubuh Hana. Membuangnya asal hingga tergeletak di atas lantai kamar.

Saat selimut itu sudah berhasil disingkirkan, Syaf menatap lapar melihat baju transparan yang dipakai Hana. Terlihat sangat menggoda imannya. Membuat ia menatap lapar tubuh itu.

"Kamu benar benar, menggoda sayang." ujar Adam dengan tatapan mendamba, ia lalu naik keatas kasur.

"Dady mau apa?" Hana sudah waspada dengan gerakan Daddy-nya. Ia sudah tebak jika Daddy nya sudah menaiki kasur seperti ini, akan berlanjut dengan adegan yang sudah sudah.

"Kita akan melakukan pemanasan dulu, sebelum kamu akan ke kampus." sahut Adam yang sudah menurunkan satu tali baju tidur Hana dengan tersenyum nakal.

"Jangan sekarang Dady, nanti aku terlambat ke kampus." ucap Hana mencoba menolak.

Ia memang akan ke kampus pukul delapan nanti, karena ia mempunyai jadwal pada jam itu.

"Kamu tidak akan terlambat baby," ucap Adam lalu memberikan remasan pelan di satu buah melon itu.

"Ah ... Dady." Hana m*nd*sah lagi sambil mengigit pelan bibirnya.

"Sangat nikmat bukan?" Adam tersenyum puas melihat Hana yang menikmati hal itu.

Adam kemudian menurunkan kepalanya didepan satu melon itu, lalu melahapnya dengan rakus.

"Eungh!." suara laknat Hana terdengar lagi, ia menekan kepala Adam lebih dalam, dibuah melon itu.

"Ah ... aku tidak tahan lagi dady." Hana menahan kepala Adam.

Adam lalu mendongakkan kepalanya keatas melihat wajah Hana yang sudah berkabut gairah.

Ia lalu bangkit, memindahkan kepalanya keatas tepat di wajah Hana. Ia memberikan satu kecupan di kening Hana dengan sayang.

"Baiklah, ayo kita mulai baby." ucap Adam.

Hana menganggukkan kepalanya sambil tersenyum nakal, Adam lalu berbaring di samping Hana dengan satu lengannya ia letakkan dibelakang kepala Hana. dan satu tangan lainnya ia gunakan untuk pemanasan nanti.

Mereka lalu melakukan aktivitas itu dengan penuh gairah dan cinta.

"Hmm ... ini begitu nikmat Daddy" racau Hana sesekali memejamkan matanya.

Mereka saling menikmati satu sama lain tanpa adanya penyatuan langsung. Yap Adam dan Hana memang tidak ingin melakukan penyatuan secara langsung. Mereka ingin melakukannya, jika hubungan itu memang sudah ada titik terang ke arah pernikahan.

Semoga saja.

Waktu sudah menunjukkan pukul delapan tepat. Dan sudah pasti Hana akan terlambat beberapa menit ke kampus.

Tampak Hana menekuk wajahnya dengan kesal, saat memasuki ruang makan. Sementara Adam hanya senyum memandangi kedatangan Hana. Hana meruncingkan bibirnya ke-depan.

"Udah dong mukanya! Dari tadi loh kamu kayak gini." ucap Adam menatap Hana yang baru saja duduk di tempat duduk yang bersebelahan dengan Adam.

Hari ini, ia memang mengantarkan Hana untuk ke kampus setelah itu, barulah ia ke kantornya.

"Ish ... ini juga gara gara Dady, aku jadi nggak tepat waktu kan." ucap Hana sambil meraih satu gelas susu di depannya, kemudian meneguknya hingga tandas.

"Kamu juga keenakan sayang, kalau kamu lupa." Adam meledeknya.

Sontak pipi hana menimbulkan semburat merah di-sana. "Ih Daddy ..." ucapnya dengan wajah terlihat malu.

Sementara Adam hanya terkekeh melihat kelakuan anaknya. Lebih tepatnya kekasih hatinya.

"Sini, biar Daddy suap-in." Adam meraih sendok di atas piring, lalu menyuapkan Hana nasi goreng itu ke-mulutnya.

Hana tersenyum kecil menerima suapan itu, perlahan rasa kesalnya tadi hilang tergantikan dengan senyuman senang.

Ia lalu mengambil alih sendok yang dipegang Adam, lalu menyendok kan lagi ke mulut Adam. Mereka saling menikmati makanan itu satu piring berdua.

Pembantu yang sedari tadi berada tidak jauh dari mereka, menatap dengan berbagai macam reaksi. Ada yang menatap iri keduanya dan ada juga yang menatap curiga hubungan majikannya dengan anak angkatnya itu.

"Kamu curiga nggak sih? Sama hubungan mereka?" tanya salah satu pembantu di rumah itu, yang usianya 24 tahun.

"Diam! Kamu mau ketahuan sama Tuan Adam? Kalau kita lagi gosip-in mereka." ucap pembantu yang satunya lagi.

"Gosip aja terus. Biar bentar saya buat pengaduan ke-Tuan." Ancam bi Surti menatap tajam kedua pembantu itu.

Kedua pembantu itu pun tidak berani lagi mengeluarkan suara mereka.

BI Surti adalah pembantu yang begitu setia dan menjaga nama baiknya majikannya. Ia memang sudah mengetahui hubungan kedua majikannya dan menutup rapat rahasia itu. Menurutnya sah sah saja, hubungan Tuanya dan juga anak angkatnya itu, karena tidak ada ikatan darah dari keduanya.