Mataku terbuka, aku terlelap tanpa sadar, "Gawat, aku ketiduran, jam berapa ini!!??" Ucapku kalang kabut. Kulihat jam di hpku, ternyata masih jam 17:30, "Huft.... Masih aman ternyata." Aku mulai bersiap - siap dan bergegas menjemput Adel, tapi tunggu dulu, "Aku kan gatau rumahnya Adel dimana, aku tanya dulu deh." Ucapku sambil mengabil hp, aku cari nomor hp Adel dan langsung saja ku telfon, *Beep... Beep... Beep..., "Halo." Suara halus nan lembut menjawab telfonku, "Halo, bisa berbicara dengan Delina?" Tanyaku, "Oh, iya sebentar ya." Jawabnya, "Siap, akan saya tunggu." Sahutku.
Tak lama kemudian, aku mendengar dengungan yang gak asing, "Hm?", "Halo, ini Adel?" Tanyaku, "Y." Sahutnya, "Del, mau tanya, alamatmu dimana?, Aku mau jemput nih." Lanjutku, "Udah ku sharelock." Jawabnya, "Oke aku otw taserr." (*Taser=Cepat) Jawabku sambil mematikan telfon.
Aku berangkat menggunakan motor 500cc yang sudah kupilih, lalu aku tancap gas menuju rumah Adel. Sampai di dekat lokasi yang telah dibagikan kepadaku ternyata rumahnya masuk gang, "Wah, motorku gabisa masuk nih, jalan aja deh." Batinku sambil mematikan mesin motor. Aku berjalan kedalam gang tersebut dan menemui bahwa diujungnya terdapat perumahan disebelah jalan raya, "Wah, ini kan perumahan, sampingnya jalan raya pula, masa aku diarahin lewat gang sempit, emang maps sesatt." Batinku sedikit kesal.
Setelah sampai di gerbang perumahan tersebut aku chat Adel, "Del, rumahmu nomor berapa?" Tanyaku, "Nomor 03." Jawabya, "Okee..." Sahutku sambil menuju rumah yang dimaksud. Sesampainya didepan rumah Adel, aku menuju gerbang dan menekan bel yang ada disana, "Y, bentar." Jawab adel. Gerbang terbuka perlahan, "Berat nih bantuin plis." Ucap adel, "Iyaa, maaf." Jawabku sambil membantu menarik gerbang rumahnya, "Apaan, orang enteng gini." Ucapku agak meremahkan. Setelah kubantu membuka gerbangnya aku menoleh kearah adel, "Siapa ini woy, si kulkas kok jadi idol jepun gini." Batinku kekaguman.
Setelah kupandangi beberapa saat, "Lu sehat?" Tanya adel dengan dingin, saking dinginnya tubuhku sampe beku... "Sehat banget nih betewe." Ucapku sambil mencoba menenangkan pikiranku, "Kayaknya aku keliatan aneh, coba stay cool aja deh." Batinku ingin mencoba. "Yodah mau kemana?" Tanya Delina, "Kamu ada pengen kemana gitu?" Tanyaku balik, "Gaada, gw ngikut aj." Jawabnya, "Siap Bu wakil." Sahutku.
Adel menengok ke kanan dan ke kiri, "Lu jemput gw pake?" Tanyanya, "Pake motor, tadi di nyasar liat map, motorku ada di ujung gang sana." Jelasku, "Oh." Jawabnya, "Ya deh maaf, ayo jalan." Ajak ku, "Yo." Balasnya. Kita berjalan menuju motorku di ujung gang, gak gandengan tangan btw.
Sesampainya di dekat motorku, "Aku pake motor yang itu." Ucapku sambil menunjuk kearah motor, "Ok." Balasnya sambil mengacungkan simbol tangan *oke. Aku membawa 2 helm, aku mengenakan helm dan memberikan satunya ke Adel. "Ayo buruan naik." Mintaku kepadanya sambil menengok ke belakang, ternyata Adel kesusahan pake helm. "Kamu gabisa pake helm?, Lain kali minta tolong ya..." Ucapku sambil turun dari motor dan mengenakan helm untuknya. Sambil kukenakan helmnya dia hanya diam dan melihat mataku, "Yaudah, ayo naik. Aku akan bawa ke suatu tempat." Ajakku sambil memalingkan pandangan. Kami berdua pun naik motor dan berkendara menuju tempat yang aku inginkan.
Saat berkendara dibawah lampu perkotaan yang gemerlap, "Del, pegengan, mau ngebut nih." Peritahku, "Lah, ngebut?" Tanyanya, "Iya, keburu malem nanti." Jelasku, "Pegangan?, Gini?" Tanyanya sambil melingkarkan tangan ke perutku, "Iya, udah gitu aja." Jawabku. Secara gak langsung ini bisa disebut pelukan sih, tapi cara pegangan pas dibonceng kan emang gini... Kan ya??.
Sesampainya di tempat tujuan, "Udah sampek ni Del, yok turun." Ucapku memberitahu, "Disini?" Tanyanya, "Iya, kamu gasuka pasar malem ginian ya?" Tanyaku, "Gak kok, gw belum pernah pergi ke pasar malem." Jelasnya, "Ngomong aja, mau main apa?, Atau mau beli apa gitu. Aku traktir deh." Ucapku padanya.
Delina memegang tanganku dan berkata, "Ikutin gw." Sambil menarikku menuju ke suatu stand yang ada disana. Hatiku udah berdebar - debar, aku mencoba tetap tenang dan berkata, "Oke."
Saat sedang berjalan, "Del, tunggu dulu. Kamu daritadi emang gak capek pegangin pergelangan tanganku?" Tanyaku, "Gak tuh." Jawab Delina sambil berhenti, "Yang bener tuh gini, biar kamu gak capek. Sama jalannya pelan pelan aja, aku bakal ikutin kamu kok." Ucapku sambil memegang telapak tangan Delina, "Y." Jawab Delina Si Irit Kata.
Kita menuju ke suatu stand makanan, disana terdapat banyak makanan manis seperti donat, piscok, dan berbagai macam roti. "Beliin donat dong 2." Minta Delina, "Bang, Beli donatnya 2 ya." Ucapku pada penjual yang ada di stand tersebut, "Siap, tunggu sebentar." Jawab penujual tersebut.
"Nih dek, totalnya jadi 50k ya." Ucap penjual sambil menyodorkan satu kotak berisi 2 donat, "Nih bang. Makasih ya." Ucapku sambil menerima kotak donat dan menyodorkan uang pas, "Iya dek, sama sama." Jawab penjual tersebut. "Nih Del, sekarang mau kemana?" Ucapku sambil memberikan kotak donat padanya. "Ikut gw lagi." Ucapnya setelah menerima kotak donat sambil memegang telapak tanganku.
Aku mengikuti Adel, kita menuju ke tempat duduk tak jauh dari stand tadi. "Duduk." Ucap Delina sambil duduk, "Okee..." Jawabku lalu duduk. Adel melepaskan genggamannya dan membuka kotak donat, "Nih buat lu." Ucap delina sambil menyodorkan satu donat kepadaku, "Ini buatku?, wahh makasih Del." Jawabku dengan penuh bahagia dan senyuman, "Kan emang lu yang beli." Sahutnya, "Tapi kan udah jadi milikmu." Jawabku, "Y, terserah." Balasnya sambil memakan donat ditangannya.
Aku memakan donatku sambil melirik - lirik Delina, "Dia cuma makan ga ngapa - ngapain, kok aku salting sih?." Batinku bertanya pada diriku sendiri. "Del, masa kita cuma makan donat, ga mau main?." Tanyaku, "Main apaan?" Tanyanya balik, "Yaa, kamu maunya main apa? Katanya ini baru pertama kali kamu ke pasar malem kaya gini, tadi kan udah liat - liat stand yang ada disini." Tanyaku. Delina hanya diam, mungkin cuma peduli ama donat kali ye... .
Suasana hening, kami saling diam hanya memakan donat dan memandangi suasana pasar malam yang ramai. Banyak orang yang datang ke pasar malam hari ini, sekelompok anak sekolah, pasangan muda yang sedang dimabuk asmara, sepasang suami - istri yang menemani anak mereka bermain - main, hingga kakek - nenek yang menikmati masa tua mereka bersama.
Setelah donat habis, "Gua mau main itu." Ucap delina sambil menunjuk ke arah satu stand yang berisi permainan membidik target. "Mau main itu?, Yaudah ayo kesana." Ajakku. Setelah sampai ke stand tersebut kulihat ada banyak hadiah yang ada disana, mulai dari boneka, jajanan, sampai barang elektronik. "Bang, main sekali berapa?" Tanyaku pada penjaga stand, "25k dek dapat 3 peluru, nanti kalo ketiga pelurunya terkena tepat di tengah nanti dapat hadiah utama atau bebas pilih hadiah, dan kalau tidak nanti kita hitung score yang didapatkan pada sasaran." Jelasnya, "Oke deh bang pesen satu ya." Ucapku, "Ini dek untuk senapannya, dan ini pelurunya, hati hati saat menembak sasaran, pegang yang erat senapannya." Jelasnya lagi, "Siap bang, laksanakan." Jawabku dengan senyuman.
"Del... Ini pegang, pelurunya kutaruh sini ya." Ucapku sambil menyerahkan senapan kepada Delina, "Y." Jawabnya sambil menerima senapan yang aku serahkan, "Gila berat banget." Ucapnya sambil memegang senapan, "Ya emang segitu sih bobot senapan." Jawabku, "Emang lu pernah pegang senapan?" Tanyanya, "Lah.... Kan aku punya dirumah, oiya kan kamu belum tau ya hehe." Jelasku sambil cengar cengir, "Sikopat." Sahutnya penuh kedinginan, "Enggak Del serius, cuma pengen punya aja, buat pajangan gitu." Jelasku, "Y dah, terserah." Jawabnya.
Delina mencoba membidik dengan kesusahan, "Del salah itu, gini nih tangan kanan disini terus yang kiri pegangnya gini, sama kepalanya miring pipinya tempelin deket laras sambil bidik tengah *visirnya."
*visir adalah bidikan besi pada senapan
Ucapku pada Delina sambil membenarkan posisinya dari belakang, dia hanya menurut dan diam saat aku membenarkan posisinya. "Kamu gapapa del?" Tanyaku khawatir, "gpp, cuma berat ae." Jawabnya tetap dengan nada dingin.
"Coba tembak del nanti kalau kena tengah tiga tiganya kukasih hadiah tambahan deh." Ucapku. Delina menembakkan peluru pertama, kedua dan ketiga, dan yaa..... Semuanya meleset wkwkw. "Kok gaada yang kena sih." Ujarnya kesal, "Ya gapapa dong, baru pertama kali nembak kan." Jawabku mencoba menyemangati Delina, "Gantian dong, aku juga mau coba." Ucapku padanya, "Y." Jawab Delina, "Bang main sekali lagi ya." Ucapku pada penjaga stand, "Oke, ini pelurunya dek." Ucapnya dengan memberikan tiga peluru.
"Udah lama gak main nih, aku masih bisa gak ya?" Tanyaku dalam hati. Aku memasukkan peluru pertama, aku bidik tepat ditengah sasaran, aku mencoba fokus pada target yang tersedia dengan penuh ketenangan aku tembakkan peluru tersebut dan terkena tepat ditengah sasaran begitupun dengan peluru kedua dan ketiga. "Senapannya emang agak sulit dikendalikan sih, pantes aja delina meleset hahaha." Batinku lagi.
"Lahh... Kok elu bisa kena tengah semuanya sih." Ucap Delina dengan heran, "Hoki mungkin, yang penting bisa dapet hadiah aja sih wkwk." Jawabku cengar cengir, "Kamu yang pilih hadiahnya Del, anggep aja hadiah dariku." Tambahku, "Y. Gw mau buku yang itu." Ucap Delina sambil menunjuk satu buku novel romance anak sekolah yang ada di rak hadiah, "Yakin mau itu?" Tanyaku heran, "Y. Mang knapa?" Jawabnya, "Ya gapapa sih kalau kamu maunya itu." Jelasku pada Delina.
Oh iya, Delina kan suka baca buku, apa aku beliin buku sekalian ya?
Bersambung.....