Singkat cerita, akhirnya telah sampai ke rumah Bu Nisa. Rumahnya lumayan jauh, tapi bisa dibilang deket juga dari rumah Gw. Kira-kira 15 menit waktu tempuhnya. Rumahnya berukuran sedang, terlihat rapih tapi agak berantakan. Ulah suaminya katanya. Selama perjalanan, dia cerita kalau suaminya itu dulu pengusaha penjual pakaian di Tanah Abang. Tetapi setelah ada penggusuran waktu jaman gubernur Ahok, dia jadi bangkrut dan jadi sering berjudi dan mabuk-mabukan. Segala cara udah Bu Nisa lakukan agar suaminya kembali ke jalan yang benar, tetapi nihil hasilnya.
"Yaudah, ibu yang sabar ya. Ibu harus tetep semangat membawa suami ibu ke jalan yang benar lagi." ucap gw menenangkan Bu Nisa.
"Iya, Jaka. Makasih banyak ya. Udah dianterin, jadi tempat curhat juga.
"Ahh, gapapa bu. Kan biar tambah kenal biar kerjanya enak. Hahaha."
"Ini, Jak. Buat jajan." Bu Nisa memberi uang 50 ribu untuk Gw.
"Ehh, jangan begini Bu. Nanti saya jadi sering nganterin. Hahaha." kata Gw untuk membercandainya.
"Ya bagus dong, saya jadi sering curhat. Hahahaha." timpalnya.
"Tapi beneran, Bu. Enggak usah."
"Ehh, jangan gitu. Anggap aja perkenalan."
"Ihh, udah enggak usah. Saya langsung pulang ya, Bu. Assalamualaikum." kata Gw langsung menyalakan motor dan siap untuk pergi
"Ihh, nih anak ya." tiba-tiba Bu Nisa langsung memasukkan uang itu ke dalam kantung celana Gw. Tapi mungkin karena Gw sedang berdiri untuk memundurkan motor, jadi tangan Bu Nisa menyentuh lontong Gw..
"Ehh, kena itu. Maaf ya, Jak." kata Bu Nisa.
"Tuh kan, ibu. Dibilang enggak usah, malah jadi dapet rejeki tambahan."
"Abis kamunya dikasih malah nolak terus."
"Yaudah deh saya terima. Terimakasih banyak ya, Bu. Nanti kalo gini sayanya jadi ketagihan tau."
"Kegihan dikasih uang atau dipegang nih?? Hahahaha."
"Anjirr, dia malah mikir kesitu. Malu Gw jadinya kan." pikir Gw dalam hati.
"Ehh, ibu. Saya langsung pulang ya. Terimakasih banyak, assalamualaikum."
"Waalaikum salam. Hati-hati, Jak."
Esoknya…
Di sekolah…
Bu Nisa menawarkan aku untuk mengajar di kelas, soalnya dia ingin memasukkan nilai-nilai anak kelas 6 ke aplikasi yang kemarin kami kerjakan. Tetapi, Gw masih malu buat ngajar, jadi Gw menawarkan diri ke Bu Nisa untuk memasukkan nilai saja. Sedangkan Bu Nisa tetap mengajar di kelas.
Pukul 12.30 siang, anak-anak berbondong-bondong meninggalkan sekolah setelah selesai sholat dzuhur berjama'ah.
"Gimana, Jak? Udah selesai? Duh, ibu jadi ngerepotin lagi." kata Bu Nisa.
"Kan emang saya ditugasin Pak Sulai untuk direpotin Bu Nisa. Hahahaha."
"Udah selesai berapa, Jak?"
"24 dari 31 nih, Bu."
"Hahh, kok cepet banget, Jak?"
"Emang yah??" tanya Gw heran karena bingung dengan respon Bu Nisa. Padahal input ini gampang-gampang aja bagi Gw.
"Hebat kamu, Jak. Nanti saya traktir deh."
"Wahh, okedehh. Jadi semangat nih."
"Hahahaha. Ayo sini saya bantu."
Hingga pukul 2 sore, Gw melakukan input nilai bersama Bu Nisa. Selesai juga pekerjaan itu dalam satu hari. Padahal, Bu Nisa bilang kalau guru kelas 6 sebelumnya kasih tau input ini bisa-bisa selesai dalam 4 hari. Tapi karena Gw yang kerjain, bisa cuma sehari saja selesainya.
"Ya ampun, Jak. Ini mah saya harus traktir kamu yang mahal-mahal nih."
"Ya enggak gitu juga dong, Bu. Santai aja."
"Kamu mau pulang, Jak?" tanya Bu Nisa.
"Kalo udah selesai, ayo aja deh, Bu."
"Udah sih ini mah. Orang gara-gara kamu kerjaannya jadi cepet banget selesai."
"Yaudah deh, ibu mau pulang juga? Ayo bareng."
"Ayo deh. Sebentar ya, saya beresin dulu."
Setelah selesai berberes, Bu Nisa berpamitan pada guru-guru yang masih berada di Ruang Guru.
"Pak Rizki, Bu Farhah, Bu Muti, Bu Putri. Saya pulang duluan, ya."
"Ibu udah dijemput?" tanya Bu Putri. Guru Agama kedua setelah Pa Basyir yang juga adalah ayahnya.
"Ini bareng Jaka. Ojek baru saya."
"Wihh, ojeknya berondong. Hihihii." ucap Muti.
"Ehh, jangan digituin. Nanti Bu Putri cemburu." jawab Bu Nisa.
"Enggak dong. Bu Putri kan hatinya udah buat saya, Bu." timpal Pak Rizki. Memang, rumor berkata bahwa Pak Rizki akan menjalin hubungan dengan Bu Putri, bahkan akan melamarnya tahun ini.
"Wuss, emangnya hati aku sate di bubur apa bisa kamu milikin." ucap Bu Putri.
"Aku enggak ikut-ikut yaa. Lagi fokus." saut Bu Farhah.
"Iyaa, kamu mah mana pernah mau dideketin sama cowok. Nanti jadi perawan tua loh. Hahaha." kata Muti membalas perkataan Farhah.
"Aku sih mau-mau aja kalo cowoknya datengnya bukan ke aku, tapi ke ibu aku. Hahahaha." jawab Farhah.
"Udah udah, jangan ribut gara-gara ngerebutin Jaka. Saya pulang dulu yah, assalamualaikum."
"Iya, semuanya. Assalamualaikum."
"Waalaikum salam." jawab mereka serempak.
Lagi, Gw mengantarkan Bu Nisa lagi untuk yang kedua kalinya. Kali ini dia bercerita kalau ternyata kemarin suaminya itu diajak untuk bertanding judi dengan agen judi yang lumayan besar hadiahnya. Makanya suaminya tidak jadi menjemputnya. Kemarin suaminya menang berjudi, dapat uang 10 juta. Tapi Bu Nisa tidak sudi untuk menggunakan uang itu.
Setelah sampai di rumah Bu Nisa, datang berita tidak mengenakkan. Suami Bu Nisa tertangkap sedang berjudi lagi oleh Ketua RT di kecamatan sebelah. Dan sekarang dia sedang ditahan di polsek. Kamipun segera datang ke polsek untuk menemui suaminya. Tapi Bu Nisa menyuruh aku untuk segera pulang saja, biar dia yang mengurus suaminya, dia tidak mau Gw direpotkan nantinya, katanya.
Esok harinya Bu Nisa tidak masuk kerja, Gw menggantikannya mengajar di kelas 6. Dari pagi hingga siang Gw mengisi kegiatan pembelajaran di kelas. Lelah, itu yang Gw rasakan. Karena Ruang Guru pasti ramai, dan Ruang Kepsek tidak mungkin Gw bersantai di sana. Jadi, kayaknya Gw bersantai di Ruang TU saja. Sekalian mau ngucapin terima kasih ke Bu Sinta karena udah ngasih info tentang lowongan di sekolah ini.
"Assalamualaikum." Gw masuk ke Ruang TU. Dan ternyata Pak Hendra baru saja keluar dari toilet dengan kemeja terbuka sambil mengenakan celananya kembali.
"Ehh, Jaka!!" Pak Hendra terperanjat kaget dengan kedatangan Gw. Dan juga terlihat Bu Sinta berada di dalam toilet tanpa mengenakan pakaian. Sontak, Gw langsung mengeluarkan hp untuk merekam kejadian itu, siapa tau bisa dijadikan alat bukti untuk dilaporkan ke Pak Sulaiman.
"Apa apaan kamu, Jak." kata Pak Hendra yang kembali masuk ke toilet. Jelas salah, karena makin membuat mereka terlihat seperti benar melakukan hal itu.
"Pak, Bu, keluar. Kalo enggak saya panggil guru-guru biar pada tau semua nih." ancam Gw. Entah kenapa semua mengalir begitu aja di pikiran Gw.
"Iya, Jak. Iya. Nih keluar." kata Pak Hendra.
Lalu mereka berdua keluar. Pak Hendra kembali mengenakan celananya dan Bu Sinta juga mengenakan seluruh pakaiannya. Sudah terekam jelas ketelanjangan mereka berdua, terutama Bu Sinta, tubuh bugilnya sudah terekam masuk kedalam rekaman kamera hp Gw.
"Jangan gitu dong, Jak." ucap Pak Hendra.
Pak Hendra terus-terusan meyakinkan Gw untuk tidak melaporkan kejadian ini, sedangkan Bu Sinta hanya tertunduk malu sambil menangis.
"Jak, kamu mau minta apaan juga Gw kasih. Tapi jangan laporin ya, Jak. Tuh Bu Sinta sampe nangis gitu." tiada hentinya Pak Hendra meyakinkan Gw.
"Iya udah, video ini tetap saya simpan untuk jaga-jaga tapi ya. Udah Bu Sinta, jangan nangis lagi. Malah nanti yang lain pada curiga."
"Iya, Jak. Saya mohon jangan ya." ucap Bu Sinta dengan air mata yang masih membasahi wajahnya.
"Iya Bu, Pak. Saya juga enggak berani macam-macam. Tapi kalo dibutuhkan, saya akan melaporkan hal ini ke Pak Sulai. Kalo begitu saya permisi dulu."
Setelah kemarin Gw memergoki Pak Hendra dan Bu Sinta yang bugil di toilet ruang TU, sikap mereka ke Gw menjadi berbeda. Pak Hendra yang biasanya tidak pernah negur, tadi dia menegur Gw saat berpapasan. Begitu juga Bu Sinta. Aneh memang, tapi lucu juga. Kira-kira, video ini Gw pakai mengancam untuk ngapain ya?? Bingung deh Gw.
Saat sedang melamun, tiba-tiba Gw dapet notif chat dari Bu Nisa.
Bu Nisa :
"Assalamualaikum, Jak."
Jaka :
"Waalaikum salam, Bu Nisa."
"Ibu kemana ajaa. Jadi kangen saya, wkwkwk."
Bu Nisa :
"Suami saya, Jak."
"Kena pasal KUHP perjudian."
"Dia dihukum 1 tahun penjara."
"Stres aku."
Jaka :
"Ya ampun, ibu. Yang sabar yah."
"Ibu pasti kuat."
Bu Nisa :
"Iya, Jak. Terimakasih."
"Besok saya udah masuk kok. Tenang aja. Kamu enggak perlu kangen."
"Besok kita bertemu lagi. Hahaha."
Jaka :
"Alhamdulillah, akhirnya."
__–__
Bersambung