"Aria!. Ririn!. Tiara!."
Beberapa murid perempuan itu saling berpelukan. Kemudian Aria mendatangi Theo
"Lo gapapa kak?." Tanyanya
Theo tersenyum lalu mengulurkan tangannya
"Gak mau peluk gw gitu." Ujarnya dengan cemberut
"Ehehe malu diliat-."
Percuma. Theo sudah menenggelamkan gadis itu ke dadanya. Yang lain hanya tersenyum maklum, tidak dengan Arjuna yang menatap tajam
"Lo cemburu?."
Arjuna menengok dan mengambil minuman pemberian Joan
"Kesal aja gitu. Kok bisa mereka deket?." Tanya Arjuna sambil minum
"Hee lo gak tau?. Mereka pacaran!."
BYURR
"What's?!.'
"Arun kenapa?."
Arjuna bangkit
"Lo berdua pacaran?!." Pekiknya
Hening…
Seketika suara tawa memenuhi kantin itu. Wajah Aria memerah, namun ia tersenyum simpul
"Emang boleh?." Ujarnya asal
"Gak!. Jangan macam-macam lo!." Arjuna segera merengkuh Aria dan menatap Theo tajam
Theo hanya tersenyum maklum lalu kembali duduk dan makan. Aria yang merasakan hangat malah jadi mengantuk
"Kak, lo gak betulan pacaran kan?." Aria terkekeh
Ternyata itu alasan adiknya tampak kesal saat dirinya bersama Theo
"Coba tebak." Aria menyentil hidung Arjuna lalu bergabung dengan para gadis
Arjuna masih menatap tajam Theo yang pasrah. Sementara di belakang Joan Freza Billy dan yang lain tampak masih tertawa tanpa bersuara, menurut mereka itu hal terlangka dan sangat lucu
Mereka masih betah untuk di kantin. Ada yang masih makan, mengghibah, mengumpul makanan dan senjata untuk nanti, dan ada juga yang dipojok sambil menyendiri. Siapa lagi kalau bukan Charine. Melihat itu Aria berasumsi untuk memberikan roti dan susu
"Nah."
Charine mendongak dan menatap wajah datar Aria
"Masih mau berakting ha?."
"G-gw gak berakting!."
"Terus?. Kenapa lo sok-sokan menjauh?. Sena dan Mia sudah berbaur dengan yang lain. Lo mau tau alasannya?, karena lo gak merasa bersalah sama sekali." Charine tersentak
Aria menaruh susu dan roti itu dan berbisik
"Lo suka sama adek gw kan?. Kalau begitu jaga sikap lo, karena diri lo yang sekarang. Itu bukan tipe keluarga gw banget, apalagi Arjuna." Bisiknya. Charine masih diam
Aria menyeringai lalu kembali ke meja
"Okey guys it's enough for today!." Pekik Aria sambil menggebrak meja pelan
Semuanya mengalihkan perhatian ke gadis itu
"We need a plan, you know?. Anak IPA berpikir anak IPS bertindak, setuju?."
Semuanya saling tatap dan mengangguk setuju
"Anak IPA dipimpin kak Theo." Lanjut Aria
Mendengar itu Theo langsung berpikir keras, membuat Aria menahan tawanya karena merasa raut wajah laki-laki itu lucu. Ririn Daisy dan Stella yang menyadari itu langsung menyoraki pelan Aria
"Apa sih kalian?. Tu singanya ngamuk." Tutur Aria melihat raut wajah tajam dari Arjuna
Aria menggeleng lalu menghitung para murid. Dahinya mengernyit merasa hitungannya lebih, ia kembali menghitung dan memang lebih dari yang ia hitung saat pertama kali di lab dan juga saat di UKS
"Day tadi orang baru ikut kalian?." Tanyanya
"Ha?. Gak kok, kenapa memang?."
"Kok lebih ya. Awal tadi anak IPA ada 15 anak IPS ada 11, pas kejadian pak Eric gak ada yang terluka. Kok gw hitung malah 27 ya." Tutur Aria. Daisy pun ikut menghitung dan memang benar
"Eh tapi ada yang aneh."
"Anehnya apa?."
Daisy menunjuk seorang laki-laki yang duduk membelakangi mereka. Sepertinya tak ada yang sadar dengan kehadirannya. Alhasil Aria mendekati laki-laki itu
"Hey lo siapa?." Aria menepuk pundak laki-laki
Betapa terkejutnya ia ternyata itu bukanlah manusia
"Grahh!!."
"Kak menunduk!!."
BRAKK
Arjuna menghajar wajah laki-laki itu dengan tongkat hingga ambruk
"Tolong…"
"Ha?!."
"Tolong selamatkan aku…. Grr… tolong…"
Martin yang muak segera mengambil tongkat tadi lalu membunuh laki-laki itu, semua gadis menutup matanya takut kecuali Aria
"Kak lo gapapa?." Aria tersadar dan mengangguk kaku
"Hey apa yang lo pikirkan?!." Sentak Joan
"Dia, kalian gak sadar?. Dia berbeda. Bagaimana bisa zombie lalu kembali ke wujud manusia lagi?!." Pekik Aria
Semuanya terdiam
"S-sebaiknya kita pergi gak sih." Tutur Ryan
"Em ayo!."
"Ini rencana gw. Kita bagi dua kelompok. Kelompok pertama pergi ke depan, cari tau keadaan diluar. Kelompok kedua ke belakang, barangkali pintu depan tidak bisa dibuka tapi juga bisa liat keadaan diluar. Handphone yang banyak baterainya dinyalakan terus." Ujar Theo
Aria terpana dengan sifat gentleman Theo. Melihat itu Arjuna segera menutup matanya Aria
"Oke kelompok pertama ikut gw." Ajak Ryan
Aria segera menggenggam tangan Arjuna
"Lo ikut gw." Arjuna mengangguk kecil
Di kelompok pertama ada 7 gadis, Aria dkk ditambah Aul dan Vira. Lalu laki-lakinya, Arjuna Joan Freza Ryan Theo Martin dan Billy
"Kami pergi duluan." Pamit Martin. Semuanya mengangguk
K1 (kelompok pertama) langsung keluar dengan berbaris. Para anak kelas tiga, Martin Ryan Theo dan Billy, memimpin jalan. Para gadis di tengah. Dan sisanya di belakang
"Gw rasa jantung gw mau lepas." Tutur Freza
"Gw juga njing!." Hentak Joan
Mereka menguatkan pegangan pada senjata masing-masing dan berjalan keluar secara perlahan
"Heran, kok sepi amat." Sungut Billy
"Jebakan sih ini." Lanjut Stella
Semuanya menuruni tangga dengan perasaan berkecamuk. Terlebih yang paling depan karena takut berpapasan dengan para zombie dan tak siap untuk menyerang balik
Tanpa disangka-sangka ternyata sekolah itu sepi, lantas mereka dengan cepat sampai di gerbang depan
"Waduh, mataharinya mau berenang lagi tuh." Tunjuk Vira ke langit yang menjingga
"Kurasa mereka akan keluar saat hari menggelap." Tutur Daisy membuat semuanya terbelalak
"Ayo kita ke-."
KRINGG
"Sh*t."
"Apa itu tadi?!." Sentak Aul
"Bel kebakaran." Gumam Arjuna
BOOM
Mereka terkejut. Ledakan dan kebakaran itu … terjadi di kantin lantai dua
"Tidak!." Arjuna menahan Aria yang hendak masuk
"Kak berhenti!."
Semuanya diam menatap para zombie itu yang mulai bangkit
"Aria sadar dek!. Kita harus selamat!." Seru Ryan
"Tapi…"
"Ayo cepat!."
Mereka akhirnya berlari keluar dari sekolah. Namun Aria tak akan pernah lupa dengan teman-temannya itu, sungguh perasaan kehilangan itu sangatlah menyakitkan