SALAH /sa·lah/
1 keliru; khilaf:
"B̶a̶j̶i̶n̶g̶a̶n̶ i̶t̶u̶ k̶e̶l̶i̶r̶u̶ m̶e̶n̶a̶f̶s̶i̶r̶k̶a̶n̶ p̶e̶r̶i̶n̶t̶a̶h̶ T̶u̶h̶a̶n̶n̶y̶a̶"
2 menyimpang dari yang seharusnya:
"M̶e̶n̶y̶i̶m̶p̶a̶n̶g̶ d̶a̶r̶i̶ s̶i̶s̶i̶ T̶u̶h̶a̶n̶, m̶e̶n̶d̶e̶k̶a̶t̶ d̶e̶n̶g̶a̶n̶ p̶a̶r̶a̶ s̶e̶t̶a̶n̶"
PENGAMPUNAN /peng·am·pun·an/
1 pembebasan dari hukuman atau tuntutan; ampunan;
"B̶e̶r̶i̶k̶a̶n̶ p̶e̶n̶g̶a̶m̶p̶u̶n̶a̶n̶-̶M̶u̶ p̶a̶d̶a̶ h̶a̶m̶b̶a̶ y̶a̶n̶g̶ h̶i̶n̶a̶ i̶n̶i̶, W̶a̶h̶a̶i̶ T̶u̶h̶a̶n̶k̶u̶ Y̶a̶n̶g̶ M̶a̶h̶a̶ A̶g̶u̶n̶g̶"
✦•································•✦•································•✦
Agustus, 560 Masehi
Cahaya rembulan yang menyelimuti bumi, samar-samar menjangkau tanah tanpa peradaban. Jauh sampai pedalaman, sorot sinar mentari malam itu terpijar oleh refleksi air danau nan besar. Di pinggir tepi kolam karya Tuhan tersebut, tergeletak remaja laki-laki berusia 15 tahun yang sedang tak sadarkan diri.
Sepucuk daun kemerahan terlihat terbang terhembus oleh angin malam. Bulan Agustus memang masih dapat terbilang dalam Kalendar masehi, namun nampaknya alam hendak memulai musim gugur tahun ini lebih dini. Perlahan-lahan potongan tumbuhan itu terbawa angin dan menjatuhi remaja yang tengah tertidur itu.
"Ughh...!" gumam anak itu sembari mengusir daun yang menjatuhi dahinya.
Anak itu terbaring tepat di bawah sinar rembulan tanpa terhalang satupun pohon yang rindang di hutan itu. Sedikit demi sedikit kelopak matanya terbuka, kemudian menutup. Lalu Ia membukanya lagi dengan sedikit menghalangi cahaya bulan yang menusuk halus mata baru tersadar itu dengan tangannya.
Tak lama kemudian Ia terduduk dan melihat sekitarnya lalu bergumam kembali, "Hahh...? Ini... Bumi?" tanya anak itu pada dirinya sendiri selagi tercekam dan terheran.
Belum juga rasa herannya terjawab, Ia mulai meraba bagian tubuhnya sendiri dan melihat kedua tangannya lalu bertanya kembali, "...Rambut? Kulit? Dua lengan...? Hah... haha... Aku... Jadi seorang manusia?"
Seperti sudah puas ia termenung mengamati tubuhnya, lantas dilanjutkan dengan mengadahkan kepala pada gemerlapnya langit malam yang penuh bintang menemani rembulan.
"Apa yang sebenarnya sedang terjadi...? Wahai Tuhanku?" ujarnya dalam hati yang masih penuh rasa heran.
"A̶p̶a̶ l̶a̶g̶i̶?̶ T̶e̶n̶t̶u̶ s̶a̶j̶a̶ d̶i̶a̶ m̶e̶m̶b̶u̶a̶n̶g̶m̶u̶, d̶a̶s̶a̶r̶ b̶o̶d̶o̶h̶!̶" Suara misterius terdengar entah dari mana seolah menjawab pertanyaan dalam hati miliknya.
Terperanjat dirinya dan sontak berteriak, "SIAPA? SIAPA ITU TADI?!"
"A̶p̶a̶?̶ K̶a̶u̶ s̶u̶d̶a̶h̶ l̶u̶p̶a̶ d̶e̶n̶g̶a̶n̶k̶u̶?̶ K̶e̶k̶e̶k̶e̶, j̶a̶n̶g̶a̶n̶ c̶e̶m̶a̶s̶ k̶a̶r̶e̶n̶a̶ a̶k̶u̶ t̶e̶m̶a̶n̶m̶u̶. K̶i̶t̶a̶ b̶e̶r̶d̶u̶a̶ a̶d̶a̶l̶a̶h̶ s̶a̶h̶a̶b̶a̶t̶ y̶a̶n̶g̶ d̶i̶b̶u̶a̶n̶g̶ o̶l̶e̶h̶ d̶i̶a̶ s̶i̶ b̶a̶n̶g̶s̶a̶t̶!" jawabnya kembali dengan tawa halus dan nada sombongnya pada umpatan sosok itu.
Bocah itu terdiam sesaat sembari menggumam, "Sahabat...? ...Si bangsat? Siapa kau? Beraninya menyebut Yang Maha Kuasa dengan umpatan seperti itu...?"
Karena sosok itu tidak langsung menjawab, Ia pun melihat keadaan sekitar sembari berusaha mengingat siapa kiranya pemilik suara itu. Berjalan perlahan, mendekat ke tepian, lalu melihat pada air yang dalam. Berkat sorot sinar rembulan, tampak pada air tersebut wujud dirinya berupa cermin pantulan. Sedikit demi sedikit, cerminan pada air itupun berubah. Tumbuh sepasang tanduk layaknya milik kambing, terperangah Ia melihat hal itu terjadi dan tiba-tiba..
.
"H̶a̶i̶ s̶a̶h̶a̶b̶a̶t̶ m̶a̶l̶a̶i̶k̶a̶t̶k̶u̶!̶ G̶i̶m̶a̶n̶a̶?̶ S̶u̶d̶a̶h̶ i̶n̶g̶a̶t̶?̶ H̶e̶h̶e̶h̶e̶ " ucap cerminan dirinya yang sudah berubah itu sembari menyapa melambaikan tangannya.
"AAHHH!!" teriak bocah itu langsung dengan mata terbelalak masih tak percaya.
"A̶p̶a̶ s̶i̶h̶?̶ G̶a̶k̶ u̶s̶a̶h̶ l̶e̶b̶a̶y̶ b̶e̶g̶i̶t̶u̶l̶a̶h̶, a̶p̶a̶ d̶i̶b̶e̶r̶i̶k̶a̶n̶ t̶u̶b̶u̶h̶ m̶a̶n̶u̶s̶i̶a̶ m̶e̶m̶b̶u̶a̶t̶m̶u̶ j̶a̶d̶i̶ p̶e̶n̶a̶k̶u̶t̶ s̶e̶p̶e̶r̶t̶i̶ m̶a̶n̶u̶s̶i̶a̶ j̶u̶g̶a̶, h̶a̶h̶?̶ H̶a̶h̶a̶h̶a̶ d̶a̶s̶a̶r̶ d̶u̶n̶g̶u̶!̶" ujar sosok cerminan itu dengan sikapnya yang masih menyebalkan.
"Aneh. Pantulan wujudku berubah dan bergerak dengan sendirinya. Tapi suara misterius itu tak berasal dari air tersebut." batin bocah itu dalam hati, seakan mengabaikan sikap cerminan dirinya dan hanya berusaha menelaah apa yang sedang terjadi.
Tak lama kemudian, setelah perhatiannya tertuju pada sepasang tanduk kambing dari pantulan wujudnya itu. Bocah itu ingat betul bahwa tanduk itu pernah dilihatnya sewaktu masih di alam atas.
"KAUU!! SETAN BAJINGAN YANG MENYESATKANKU!! IYA KAN?! MAU APALAGI KAU? BELUM PUAS MEMBUATKU DIJATUHKAN DARI SURGA? PERGI SANA BEDEBAH!" teriak murka bocah itu yang tak tertahan setelah mengingat semuanya.
Tanpa membalas makian dari bocah yang kini berang tersebut, sosok misterius itu perlahan menghilang dari cerminan air dengan senyuman halus pada wajahnya. Kemudian wujud cerminan anak itupun kembali seperti sedia kala. Berusaha menenangkan dirinya kembali, anak itu melihat wajah manusia barunya yang sudah kembali itu. Dengan warna kulit kuning langsat dan terlihat paras ras asia pada wajahnya. Potongan rambut anak itu terlihat dengan gaya wolfcut yang berwarna hitam legam sebagai warna naturalnya. Setelah memperhatikan wajahnya rupanya Ia masih belum bisa tenang dari emosinya.
Sembari menggigit bibir bawahnya dengan ekspresi kesal Ia lalu menggerutu, "Setan sialan, pasti akan kubalas penyesatanmu setelah kuperoleh pengampunan dari Tuhan-ku... Aku bersumpah untuk kembali ke atas surga, dan akan menghapus keberadaanmu selama-lamanya. Dasar bajingan...!"
"PASTI...!!"
✦•································•✦•································•✦