🔞 PERINGATAN! 🔞
NSFW [Not Safe For Work/Tidak aman dibaca sambil kerja] || [NC Not Child/Tidak untuk anak-anak ] || AKAN BANYAK UMPATAN DAN ADEGAN KEKERASAN DI BAB INI! MOHON BIJAK MEMILIH BACAAN!
.
.
.
Btw, aku gemes dengan pembaca satu ini. Apa kalian punya kisah juga?

.
.
.
.
.
[Satu lagi. Inget perbedaan waktunya, guys. Adegan sebenarnya masih di time-lap yang sama, beda negara aja]
.
.
.
Cagliari, Sardinia, Italia.

BEGITU Kim lenyap dengan pasukannya, Kinn pun refleks berdiri dari sofa. "KIM! HEI! KIM!!"
Namun, Vegas menahan saudaranya di tempat. "Tunggu, Kinn. Bisa kau tenang sedikit?"
Plaaakkhhhh!!
"Tidak, Vegas. Mana bisa aku begitu?" kata Kinn sembari menghempas tangan sang sepupu. "Lihat! Adikku bertindak sendiri lagi! Dan Jirayu! Dia belum bilang akan melakukan apa, malah pergi sebelum dia!"
Laura pun ikut beranjak dari kursi. "Oke? Aku bisa lacak GPS mobil Kim jika kalian ingin menyusul sekarang juga," katanya, lalu memandang Porche yang menahan kalut sambil menyuapi Jasmine. "Dan kau, berikan ponselmu padaku. Jika Ken memang sendirian di sana, kita pun bisa menjemputnya secepat mungkin sebelum ditemukan sembunyi."

Tanpa memedulikan tatapan mata siapapun, Kinn pun berteriak tegas. "OKE! LAKUKAN! PERSETAN DENGAN RENCANANYA!"
Seketika, mereka pun bubar dengan kendaraan yang masih tersisa di garasi Kim: satu mobil, satu motor, dan satu truck besar.
Kinn pun memimpin pergerakan mereka di urutan paling depan. Sang mafia menampung Porche dan Jasmine di jok belakang, sementara Vegas dan Pete yang menyetir truck berisi pasukan di dalamnya.


"AKU AKAN KABARI KALAU SUDAH SAMPAI DI DI MILAN!" teriak Laura yang menggunakan motor secara solo. Wanita itu membuka helm-nya dengan laju semakin kencang, sementara Kinn membalas dengan anggukan tegas.
"YA!"
BRRRMMMMMMMMM!!
Meski benci, Laura tetap memelankan motor untuk mengecek Vegas dan Pete yang berada di belakang. "HEI KAU! KALAU TIDAK BISA MENANGANI ORANG SANA NANTI HUBUNGI SAJA! KUBANTU!" teriaknya. "JANGAN MEMAKSAKAN DIRI KALAU KESULITAN BAHASANYA! ANAK BUAHKU BISA MENYUSUL KALAU KAU MAU!"
Vegas pun ikut memelankan truck agar bisa bicara dengan wanita itu. "AKU BISA, TENANG SAJA! KAU SENDIRI YAKIN TIDAK PERLU DITEMANI?! PETE BISA IKUT KALAU KAU BERUBAH PIKIRAN!"

Laura malah menutup kaca helm dan langsung menyalip Vegas serta Kinn sekaligus. "TIDAK PERLUUU! KUSERAHKAN KEN DAN JANGAN BUAT AKU TERTAWA KALAU ADA YANG GAGAL TERLALU CEPAT! HA HA HA HA!" teriak wanita itu. Dia tampak siap melewati jembatan Ponte Morandi yang ada di depan mata. Bahkan tidak takut sedikit pun meski akan berpisah jalur dengan kelompok itu.
Mereka memang harus dipecah jadi 3 untuk fokus pada misi masing-masing: Ada yang menyusul Kim untuk mengetahui siapa pelaku perampokan, ada yang menyusul Ken untuk penyelamatan, sementara Laura harus ke Milan untuk mengawali projek pemindahan sistem Jirayu.
Setidaknya rencana awal begitu. Namun, susunan mereka langsung pecah saat baru sampai separuh jalan. Sebab dari belokan, mendadak ada mobil-mobil polisi setempat yang mengejar cepat.
WIIIIIIIIUUUUUWWWWW!

Sirine mereka menjerit nyaring, susunan kendaraannya cepat berpencar, dan tentu yang diincar adalah Kinn yang membawa Jasmine.
"KAMI MENEMUKANNYAAAAA!" teriak salah satu polisi di balik kemudinya. "NONA JASMINE! ITU BENAR-BENAR LELAKI YANG MEMBAWA NONA JASMINE! CEPAT LAPORKAN SOAL INI KE PUSAT!"
"BAIK!"
BRAKHH!
"OH, SHIT!" maki Kinn sambil memukul setirnya. Dia pun refleks menginjak gas lebih kencang agar cepat kabur sementara Porche memeluk Jasmine dari teriakan dan tembakan di luar sana.
DORR!! DORRR!! DORR!!
"BERHENTI KALIAN! HEIII!!"

Teriakan itu langsung disahuti oleh Porche. "KINN! HATI-HATI! AWAS DI DEPAN BANYAK KENDARAAN!" katanya dengan raut berkerut-kerut.
Namun, sang suami tidak peduli. Kerumunan mobil yang berjejer-jejer tidak menghentikannya untuk mencari jalur sekecil apapun agar bisa lewat meski harus menyerempet beberapa yang menghadang jalan.
Braaaaakh! Sraaaaaakhh! Srakh! Brakh! BRAKHH!
"HEI, BUNG! PERHATIKAN JALANMU!"
"FUCK! MOBILKU! KAU MENGGORES MOBILKU BAJINGAN!"
"HEEEEEIII!!!"
Tiiiinnn! Tiiiinnn! Tiiiin!
Kekacauan yang mereka buat langsung pecah karena Vegas segera memisahkan diri. Truck-nya menuju ke persimpangan lain jalan, sementara mobil Kinn diburu beramai-ramai.
"BRENGSEK!! WAJAH KITA PASTI SUDAH DITANDAI SELURUH NEGARA INI!" maki Kinn yang sepintas melihat berita di layar gedung-gedung. Jika bukan iklan produk, pasti menyinggung pergerakan para mafia yang sedang hangat di Italia.

Wajah Mossimo juga terpampang di sana, tetapi lelaki itu tampak digiring bersama utusan pemerintah dengan alibi urusan bisnis saja. Pasti Mossimo punya backing yang sangat kuat dalam pemerintahan sampai-sampai seluruh negeri ditipu olehnya. Gila!
Kinn pun melirik ke spion depan untuk mengecek Porche. Sang lelaki tercinta memeluk Jasmine yang tampak ketakutan dengan laju mobil mereka, tetapi bertahan di sana.
"Kinn, apa tidak sebaiknya kita kembalikan dia saja? Soal sistem kan sudah selesai, astaga!"
"JANGAN! INI BELUM WAKTUNYA, PORCHE!" bentak Kinn tanpa sadar. Sebab selain menyetir, lelaki itu berevolver diantara lorong kecil gedung demi menyembunyikan mobil mereka. "KAU MAU KITA DIBAWA KE PENJARA SETELAH BOCAH ITU DIBERIKAN TANPA JAMINAN? TIDAK!"

Porche pun tidak mau jembatan lagi. Dia hanya komat-kamit dalam hati, lalu mengecup pucuk kepala Jasmine. "Kau aman, Bocah. Sangat. Takkan kubiarkan siapa pun melukaimu."
DORR!! PRAKH!
DORR!! PRAKH!
Namun, seketika kata-kata Porche jadi sampah karena tembakan beruntun yang melewati kaca mobilnya. Dari belakang, mereka diberondong peluru. Dan semua butiran itu semakin dekat karena beberapa laju mobil polisi nyaris menyaingi Kinn.
"KINN!" teriak Porche, sehingga Kinn refleks menginjak gas semakin cepat.
"AKU TAHU! AKU TAHU!"
BRRRRRRRRRRMMMM!!
"BERIKAN NONA JASMINE KEPADA KAMI! KAU BANGSAT!"
Sialnya, salah satu dari mereka ternyata membawa penembak jitu laras panjang. Dan dia mengincar Porche lewat jendela depan yang terbuka.
"KINN--!"
"INI SUDAH YANG TERCEPAT, PORCHE! MESINNYA TUA TIDAK BISA DIPAKSA LAGI!"
"MATI KAU!!"
DORRRR!! DORRR!! DORRR!!
"ARRRRRRGHH!!" teriak Porche sangking paniknya. Padahal, dia tidak kena sedikit pun kecuali percikan serpihan kaca. Sebab Laura sudah menghabisi penembak jitu itu lebih dulu hingga darahnya bermuncratan di udara.
BRRRRRRMMMMMMM!!

"KINNNN!" Mendadak, Kinn pun menoleh ketika Laura muncul begitu saja. Wanita itu meninggalkan misi ke Milan untuk mendekati mobil mereka. Bahkan menyalip beberapa mobil polisi tanpa takut ditembak mati. "BRENGSEK, KAU TIDAK HATI-HATI! SAMPAI PORCHE MATI, BERIKUTNYA AKU YANG MEMBUNUHMU!" ancamnya.
Laura tampak murka di balik kaca helm beningnya. Wanita itu melirik Kinn sebelum membiarkan motor yang disetir melaju di tengah jalan raya begitu saja. Mungkin, karena kekencangannya stabil, dia bahkan bisa berdiri akrobatik di atas tank bensin hanya untuk berbalik dan menembaki mobil mobil polisi di belakang sana.
"HEI, TEMBAK WANITA ITU! DIA MUSUH!"
DORRR!! DORR!! DORRR!!
"MULUT BAJINGAN! KALIAN SEMUA YANG AKAN AKAN MATI!"
DORRR!! DORRR!! DORRR!!
"LAURA AWASSSSSSSSSS!!" teriak Porche karena motor Laura semakin mendekati truck gandeng tanpa kendali. Apalagi ada kabel jembatan yang terulir rendah dan berpotensi menyabet kepala wanita itu.
"MERUNDUK!" teriak Kinn ikutan panik.
"OH, FUCK!"

DORRR!! DORRR!! DORRR!!
BRAAAAKHHHHHHHH!!!
Sraaaaaakhhhhhh!!
Laura pun melompat di atas bemper mobil Kinn sebelum motornya terseret di bawah ban truck. Bagusnya, meski motor itu tertelan ban, Laura tetap selamat hingga bisa memeluk atap mobil sambil menembaki 3 mobil polisi yang masih tersisa.
DORRR!! DORR!! DORR!!
DORRR!! DORRR!! DORRR!!
Praaakhh!
"KINN BERIKAN AKU SENJATA! CEPAT! BIAR KUURUS MEREKA SEMUA!" kata Laura sembari membuang salah satu senjatanya yang kehabisan amunisi.
"KAU BERCANDA?! MASUK! JANGAN MATI DI ATAS SANA!" teriak Kinn. Dia bahkan sudah bersiap membuka pintu mobil, tapi Laura malah memaki-makinya. (*)
(*) Posisi Laura kayak ini guys. Cuman abis nulis, gak ketemu foto model yang cocok mewakili adegannya.

"SIALAN! KENAPA KAU TIDAK BERGABUNG DENGANKU DAN SURUH PORCHE MENYETIR?!" teriaknya sambil menembak terus menerus dengan senjata lain yang masih tersisa.
DORRR! DORRR!! DORRR!
Kacrak! Dorr!! Kacrak! Dorr!!
"Aku bisa! Aku bisa! Tapi jangan protes cara menyetirku seperti apa!" kata Porche.
"ARRRGGGHHHHHHHHHH!! OKE! KEMARI KAU PORCHE! " teriak Kinn sebelum menuruti strategi Laura. Pria itu membiarkan Porche melesak ke kursi depan untuk menggantikannya, dan Jasmine terpaksa dihempas sementara waktu, meski gadis kecil itu menangis.
"MAAFKAN AKU, JASMINE!"
BRAAAKHHH!
Kinn pun ikut Laura menembaki dari sisi jendela sebelum bergabung naik. Dia tak mau diserempet badan kendaraan lain, apalagi pintu mobil mereka yang engselnya terbuka baru dihantam keras oleh pick up asing.
BRAKHHHHHH!

"BERI TEMPAT! CEPAT!" kata Kinn sebelum tengkurap di sebelah Laura. Dua mafia itu bertahan di puncak sambil menghabisi para polisi yang tadinya cepat berkelit ke kanan dan kiri.
BRRRRRRMMM!!
"Arrrggghhh! PORCHE! KAU INI HARUS KUAJARI MENYETIR SUATU HARI NANTI!" teriak Laura setelah menembak sopir terakhir.
"MAAF!! MAAF!! MAAF! AKU MEMANG BELUM PUNYA SIM DAN BERLATIH DENGAN MOBIL TEMANKU!"
"LAURA, PEGANG TANGANKU SEKARANG!" kata Kinn. Mereka berdua tidak sempat tersenyum untuk merayakan para polisi yang sudah mati. Sebab di depan ada mobil muatan yang berisi mesin pemutar semen.
Kinn tidak mau Laura tergelincir di atas sana karena Porche menyopir ugal-ugalan, lalu memeluknya sebelum membawa tubuh itu merunduk tengkurap bersama-sama.
Brakhhh!
"Arrrggghhh! Kinn!"
"PEGANG SAJA BADANKU! JANGAN PROTES!" kata Kinn marah. Dia dan Laura pun meremas pinggiran jendela mobil agar tetap menempel di atas, sementara rengkuhan lelaki itu di punggung Laura semakin erat ketika mereka menyalip kendaraan yang diwaspadai.
Porche hanya memendam perasaan campur aduk melihat hal itu, tetapi dia lega setelah mereka berhasil melewatinya.
"SEMUA BAIK?!" tanya Porche memastikan.
"YA!! BAIK!" teriak Kinn. Lelaki itu lantas menggeberak atap sekali. "DAN JANGAN LUPA PERSIAPKAN DIRIMU! BIAR LAURA MASUK DULU!"
"APA?! KAU SAJA--!"
"POKOKNYA WANITA DULUAN! CEPAT!" bentak Kinn tepat di depan wajah Laura yang sangat dekat. Wanita itu pun memakinya sebelum melepaskan diri. Dia berusaha masuk kembali lewat sisi mobil yang sudah tidak ada pintunya. Sementara Kim memegangi salah satu tangan Laura agar tidak jatuh ke jalan raya.
DORRRR!! DORRRR!! DORR!!
Namun, baru saja ketiganya akan bernapas lega, mendadak perut Laura bocor oleh tembakan solo Jasmine dari jok belakang. Kinn sendiri sampai menahan napas di atas sana, apalagi Laura dan Porche yang menatap bocah itu lewat spion depan.
DEMI TUHAN DIA BARU SAJA MENARIK PELATUK! SIAL!DAPAT PISTOL DARIMANA BOCAH YANG SATU INI!
"Argh! Bitch!" kata Laura sambil menekan perut kanannya.

"Itu bukan salahku ...." kata Jasmine setelah menekan-nekan pistolnya sekali lagi. Kedua mata bocah itu dingin, padahal pipinya basah saat menatap darah mengucur di kursi Laura. "Pokoknya itu bukan salahku ...." katanya. Lalu menjatuhkan pistol yang ternyata sudah habis amunisi.
PRAKHHHH!!
"Astaga, Jasmine--"
"PORCHE! BILANG PADAKU APA YANG SEBENARNYA TERJADI!" teriak Kinn dari atas. Lelaki itu tidak bisa cepat masuk karena mobil bawaan Porche semakin ugal-ugalan, apalagi Porche tidak fokus ke jalan karena Laura meringis dengan mata berkilau-kilau. "PORCHE!! PERHATIKAN JALANMU! OIII!"
BRAKHHH!
Mereka pun menyerempet bus sekolah sebentar, tapi Porche tetap mengurusi pendarahan Laura dengan melepaskan kemeja luarnya untuk wanita itu. "Laura, are you okay? Cepat pakai ini, dulu sebentar. Laura! Bertahan!"
Kinn pun masuk setelah ada kesempatan. Dia memelototi Jasmine sebelum membalutkan kemeja itu ke pinggang Laura dari belakang. Kinn juga merobek-robek bagian lengannya untuk tali yang lebih kecil.
Greeek! Greeeeek!! Greeeeek!
"Arrg--asshhhh. Sakit, Kinn brengsek!" desis Laura yang mengalirkan air mata. Wanita itu pasrah diurus Kinn, sementara Porche ikut berkaca-kaca melihat semua itu.
"Apa kena tempat vitalnya?! Kinn!" tanya Porche.

Jemari Kinn pun gemetar karena tangannya penuh oleh darah. Dia mengatur kursi Laura agar lebih condong ke belakang sehingga wanita itu bisa leluasa. "Laura, bernapas, oke? Bernapas ...." katanya sambil menggenggam jemari wanita itu.
"ARRRRGHHHH!" jerit Laura karena merasakan sesuatu yang terbakar di perut kirinya. Namun, karena Kinn merasakan luka itu cukup strategis, dia perlu merabanya sebentar untuk memastikan.
Porche pun menoleh ke wanita itu dengan dada berdebar kencang. Ah, kenapa bukan dirinya saja yang ditembak? Apakah karena Jasmine benci Laura yang sudah menghabisi banyak penjemputnya? Tapi, Tuhan ... wanita itu sudah sejauh ini untuk menyelamatkan dia!
"PORCHE! CEPAT CARI TEMPAT BERHENTI YANG AMAN! DI MANA PUN! TERSERAH! KITA HARUS HENTIKAN PENDARAHANNYA!" kata Kinn, sebab meski peluru-peluru itu bersarang, Laura bertahan napas lebih lama daripada perkiraan korban luka tembak.
"OKE! AKU SEDANG BERUSAHA!" teriak Porche balik. Dia pun menginjak gas semakin kasar. Mereka benar-benar harus menyalip banyak kendaraan dengan celah-celah sempit yang sulit.
"Laura! Bertahanlah, Laura!" kata Kinn. Dia benar-benar cemas. Dan itu adalah pertama kalinya Kinn berharap sang ratu mafia dapat selamat dalam petaka.
Bersambung ....
Oh, iya! Jangan lupa mampir di FF baruku ya! "DEVIL BRIDE" [Pengantin Sang Iblis] Ini udah tamat di laptopku [Sekitar 30-40 bab lupa aku berapa tepatnya] Tinggal edit + update. Silahkan cek! Hari ini udah kulempar 4 bab sekaligus.