Visio memasuki ruangan. Ia memakai kemeja berwarna putih yang dilipat dipadu dengan celana chinos berwarna sandy brow dan tas berwarna hitam yang dijinjing di bahu kirinya. Pakaian yang biasa namun menarik perhatian kaum hawa termasuk Tania dan aku.
"Maaf, saya terlambat," ucap Visio santai sambil tersenyum ke arah Pak Noel.
Pak Noel mulai berkacak pinggang. Ia menarik nafas, lalu menghembuskannya. "Visio, kamu sudah terlambat lebih dari 5 kali," ucapnya kesal. "Bagaimana nanti saya bilang ke papamu, hah?"
Bukannya dia semester 4, ya? Oh, mungkin dia gagal pelajaran fotografi, jadi mengulang lagi.
Visio memutar matanya malas. "Iya, pak, saya tidak akan mengulanginya lagi," jawabnya lalu berjalan menuju tempat duduknya yang berada di depan Tania.
Visio melihatku sejenak sebelum akhirnya ia menaruh tas di atas meja dan segera duduk.
"Ya, ampun, Visio keren sekali, ya," bisik Tania kepadaku.
Aku menempelkan jari telunjukku di mulut. "Ssst, jangan berisik, nanti orangnya dengar."
Visio hanya tersenyum tipis mendengarnya.
"Baik, kita mulai belajarnya," ucap Pak Noel sambil mengambilspidol di atas tumpukkan kertas lalu berjalan menuju papan tulis dan menulis kata Fotografi dengan tulisan ala dokternya.
--------
"Jadi, teknik pengambilan ini dilakukan dengan posisi kamera berada di bawah objek dengan sudut kemiringan tertentu," jelas Pak Noel.
Jam menunjukkan pukul 14.50. Itu artinya 5 menit lagi pelajaran selesai.
Aku melihat ke arah jendela, memandangi langit biru yang muncul sehabis hujan tadi.
Hm ... aku menarik nafas dalam-dalam lalu kuhembuskan. 5 menit serasa 5 jam.
"Kamu yang di ujung jendela."
Siswa-siswi yang bingung dengan yang dimaksud Pak Noel pun menoleh, termasuk aku.
Aku melihat ke arah Pak Noel bingung. "Saya, pak?"
"Sudut maksimal low angle?"
"Mmm ...," Aku menoleh ke arah Tania. Tania menggeleng tidak tahu.
"Ekhem."
Aku menoleh ke arah Visio. Tangannya memperlihatkanku sebuah kertas dengan tulisan, lalu ditaruhnya kembali.
"170 ...?" jawabku bingung sembari melihat ke arah Pak Noel.
Pak Nael mengangguk. "Siapa namamu?"
"Allyn Gionna Adrienne."
"La-" ucapan Pak Noel terputus, karena seseorang tiba-tiba menyambarnya.
Visio tertawa kecil. "Allyn?" ejeknya. "Mirip nama pretzel di restoran milik tetanggaku."
Pretzel? Masa aku disamakan dengan makanan berbentuk hati itu?
Aku melihat sekeliling. Tampak beberapa orang sedang menahan tawa, termasuk Tania dan pastinya Visio.
"Visio," bentak Pak Noel.
Visio yang sedang menahan tawa, menoleh ke arah panggilan dengan santai. "Iya, Pak?"
"Tolong jaga sikapmu itu," pinta Pak Noel.
Bahkan, Pak Noel saja sudah tidak tahan dengan sikapnya. Menyebalkan sekali.
"Tugas kalian mengambil foto dengan arah medium close up."
Medium close up? Setahuku hanya ada close up saja.
"Satu foto dan kumpulkan besok," jelas Pak Noel. "Foto yang paling bagus akan mendapatkan nilai A+ dan dipajang di mading sampai kelulsan nanti."
Kumpul besok? Ini pasti bercanda.
--------
"Tan, buatkan tugasku, dong," pintaku sambil memegang kamera pemberian Papa saat ulangtahunku yang ke- 17.
Tania yang sedang menyempurnakan objek dengan kamera terhenti lalu berjalan ke arahku.
Tania tertawa kecil. "Sejak kapan Lyn yang kukenal meminta dibuatkan tugas pada oranglain?" katanya. "Lyn yang kukenal itu selalu punya cara tersendiri untuk menyelesaikan tugas apapun."
Aku menghela nafas. "Tapi ini tuh beda, Tan."
Tania kembali mengambil beberapa jepret foto. "Tadi saja kamu bisa menjawab pertanyaan dari Pak Noel."
"Itu...." Aku menoleh ke arah Tania, lalu menjawab, "Tadi Visio yang membantuku."
"Visio?" ucap Tania bingung.
Aku mengangguk. "Iya," jawabku, "aneh, ya?"
"Seorang bad boy menolongmu? Siapa yang menyangka itu, bukan?" ujar Tania.
Handphone berbunyi dari dalam saku rok Tania. Tania pun mengangkatnya.
"Oh, baiklah. Tania pulang sekarang."
Tania mematikan handphone-nya secara sepihak lalu dimasukkannya ke dalam saku rok.
"Kenapa, Tan?" tanyaku.
"Ada acara kumpul-kumpul keluarga," jawab Tania sambil memasukkan kameranya ke dalam tas kecil.
Aku cemberut. "Yah, tidak ada yang bisa membantuku, dong."
"Aku yakin kamu pasti akan mendapat nilai A+," ujar Tania sambil memegang kedua tanganku. "Semangat, Lyn."
Aku tersenyum. "Terimakasih."
"Duluan," pamit Tania lalu berjalan pergi meninggalkanku.
--------
Medium close up itu ada angle tidak, ya?
Huft, ada-ada saja Pak Noel. Sudah tahu aku tidak bisa fotografi.
"Iya, pa, tidak akan terulang lagi."
Aku yang sedang mengotak-ngatik angle pun menoleh ke arah sumber suara.
"Pretzel?" ucap Visio. "Sedang apa kamu di sini?"
"Berhenti memanggilku itu," jawabku kesal lalu kembali mengatur angle.
Visio berjalan mendekatiku. "Kamu belum menjawab pertanyaanku," ucapnya.
Aku menoleh ke arah pria itu dengan malas. "Mengerjakan tugas," jawabku singkat.
Kenapa aku harus bertemu dengan orang sepertinya, ya, Tuhan ....
Seketika tangan Visio memegang tanganku yang sedang memegang kamera.
Aku yang terkejut pun langsung menoleh ke arah Visio. "Ka ... kamu mau apa?"
"Membantumu," ucapnya singkat sambil terus fokus ke arah kamera.
"Memangnya kamu bisa?" tanyaku meremehkan sambil melihat tombol yang dikotak-katik olehnya.
Visio tersenyum. "Aku ini sekalipun dijuluki sebagai bad boy, aku harus punya bakat tahu."
"Bakat menggangguku?" tanyaku sambil menoleh ke arah Visio yang berpapasan juga menoleh ke arahku.
Kedua bola mata kami saling bertatap-tatapan.
Cekrek
Bunyi jepretan foto di kamera membuat aku menoleh ke arah kamera.
"Mungkin," ucap Visio sambil melepas tangannya. "Medium close up itu diambil dari jarak sedang, tepatnya dari dada ke atas."
Terlihat di kamera saat aku dan Visio sedang bertatap-tatapan.
"Para fans pasti akan iri sekali kalau mereka melihat foto itu," ucap Visio sambil tersenyum.
Huft, lebih baik aku foto close up dengan Aro daripada harus berfoto dengannya. Tanganku tinggal selangkah lagi menekan tombol delete, namun jika kulakukan, aku tidak mendapatkan nilai.
"Visio." Seseorang memanggil nama Visio.
"Ada yang memanggilmu," ucapku sambil memasukkan kamera ke dalam tasku.
"Dadah, Pretzel," pamit Visio tersenyum sambil melambaikan tangan.
Aku memutar mata dengan malas lalu berjalan pergi.
--------