Chereads / Dua Kucing Oren / Chapter 2 - Bagian 2

Chapter 2 - Bagian 2

Tak terasa liburan sekolah telah selesai, kami akhirnya harus masuk kembali ke Sekolah. Pada hari pertama tiba-tiba Ibu Atun yang merupakan Wali Kelas kami memberikan pengumuman.

"Hari ini kita ganti ketua Kelas, saya merasa Ketua Kelas yang lama kurang aktif dan banyak informasi yang tidak sampai dari Guru ke Siswa. Siapa yang ingin menjadi ketua kelas dengan sukarela?" Tanya Bu Atun.

Semua Siswa tidak ada yang mengajukan diri dan hanya diam saja.

"Baik kalau tidak ada yang mengajukan diri, saya tunjuk tiga orang dari kalian. Yang pertama peringkat terbaik di Kelas ini Rifki, lalu peringkat terbaik kedua Edi, karena peringkat terbaik ke tiga perempuan, saya lompat ke peringkat terbaik ke empat Fahmi. Sekarang kita tentukan suara, siapa yang paling banyak mendapatkan suara dia yang menjadi Ketua Kelas," ucap Bu Atun.

Kemuadian para Siswa memberikan suaranya. Tentu saja Deni, Arfi, Udin dan Alex memilih aku. Ditambah Fajria dan juga teman-temannya juga memilih aku, dan akhirnya semua Siswa ikut-ikutan memilih aku. Akhirnya aku yang menjadi Ketua Kelas yang baru.

Setelah beberapa hari menjadi Ketua Kelas yang baru, sepertinya aku menjalankan tugasku dengan baik. Buktinya Bu Atun selalu memberikanku makanan yang kemudian aku disuruh untuk bagi-bagikan untuk teman-teman di Kelas, yang sebelumnya belum pernah terjadi. Aku selalu memberikan info mengenai kejadian di Kelas kepada teman-teman dan juga memberikan info dari Bu Atun kepada teman-teman di Kelas. Fajria juga mendapatkan panggilan sebagia Ibu Ketua Kelas dari teman-teman. Dia sepertinya juga senang mendapatkan panggilan itu, namun aku yang agak sedikit malu dengan hal itu.

Beberapa hari kemudian, semua ketua kelas diminta untuk ke Ruang OSIS untuk rapat. Aku tidak tahu apa yang akan dibahas, kemudian aku meminta izin dari Guru yang sedang mengajar untuk menghadiri rapat tersebut. Ternyata rapat tersebut berisikan mengenai akan diadakannya pertandingan Sepak Bola antar kelas. Setiap kelas akan di bagi kedalam 6 grup dan yang menjadi peserta adalah semua siswa dari kelas 10 hingga kelas 12, total ada 30 kelas yang akan bertanding dan hanya ada dua Kelas yang akan lolos dari babak grup. Setiap kelas juga harus menyediakan beberapa siswa untuk menjadi pengurus pertandingan dan yang menjadi pengurus pertandingan harus dari kelas yang berbeda dari peserta yang sedang bertanding. Setiap pertandingan akan diadakan pada sore hari agar tidak mengganggu proses belajar di kelas. Rencana nya kompetisi tersebut akan dimulai seminggu lagi.

Setelah rapat selesai, aku menyampaikan hal tersebut kepada Bu Atun sebagai Wali Kelas kami. Beliau hanya menyampaikan untuk menyiapkan semuanya dengan baik dan jika bisa untuk memenangkan kompetisi tersebut. Setelah menemui Bu Atun, aku menyampaikan hal tersebut kepada teman-teman di kelas. Mereka tampak bersemangat sekali terutama Deni. Dia juga mengajukan diri untuk menjadi pengurus pertandingan. Kemudian Seno yang merupakan Tipe Anak Sport, dia juga merupakan bagian Tim Futsal SMA kami langsung mencoba mengatur strategi. Seno juga pernah mengikuti Sekolah Speak Bola di daerah kami, dan dia juga menjadi pemain untuk Tim Junior nya. Aku senang sekali melihat semua teman-temanku tampak bersemangat.

Tiga hari kemudian, pengundian untuk menentukan grup sudah dilaksanakan. Kami tergabung kedalam grup terakhir yaitu grup 6, kami harus satu grup dengan Kelas 10 A, Kelas 10 G, Kelas 11 IPA 3, Kelas 11 IPS 4 dan Kelas 12 IPS 1. Kata Seno, lawan yang harus kami waspadai adalah Kelas 10 G, disana ada pemain yang merupakan temannya di Sekolah Speak Bola bernama Andi. Menurut Seno, Andi sangat jago sekali dan Andi juga menjadi bagian Tim Futsal SMA kami dan sering sekali mencetak Gol.

Untuk mempersiapkan pertandingan itu, kami bersama-sama berlatih Futsal. Sebenarnya kami ingin berlatih Sepak Bola di lapangan yang lebih luas, namun karena sulit untuk menemukan lapangan Sepak Bola, kami hanya berlatih denagan di lapangan Futsal.

Kami menunjuk Seno untuk menjadi Kapten Tim Sepak Bola Kelas kami karena dia yang lebih jago dalam olahraga ini. Kemudian kami juga menentukan pemain yang akan bertanding serta posisi masing-masing. Aku mendapatkan posisi menjadi Gelandang Tengah, Diba menjadi Kiper karena dia mempunyai postur yang tinggi, kemudian Deni menempati posisi Gelandang Sayap, Udin menjadi Bek Tengah bersama dengan Arfi, lalu Alex menempati posisi sebagai Bek Sayap dan Seno menjadi penyerang yang sangat kami andalkan. Kemudian posisi lainnya, Seno meminta afar diisi oleh teman-teman yang ingin menempati posisi yang tersedia. Kebanyakan dari posisi yang masih tersedia, semuanya ingin menjadi penyerang bersama dengan Seno, namun akhirnya yang menjadi Penyerang lainnya adalah Rifki karena dia mempunyai lari yang sangat cepat dan juga sangat gesit serta sangat pintar sekali menempatkan posisi yang membuat gawang lawan menjadi terancam.

Akhirnya hari untuk pertandingan dimulai sore nanti. Pada saat jam Sekolah kami terus membicarakan masalah formasi nantinya yang akan kami terapkan dalam pertandingan nanti sore. Namun tiba-tiba saat jam istirahat, Bu Atun datang dan memberikan pengumuman untuk segera menyerahkan kembali Laporan Hasil Belajar untuk semester 1 yang sudah diberi tanda tangan Orang Tua Wali paling lambat 1 minggu dan diletakkan kedalam lemari kecil yang ada di ujung kelas. Aku teringat kalo Laporan Hasil Belajar ku masih dibawa oleh Fajria, lalu aku menanyakan kepadanya.

"Laporan Hasil Belajarku besok tolong dibawa ya, kamu tadi dengar kan kalau kita harus mengumpulkannya?" Kataku.

"Iya tenang aja, besok aku bawa," jawab Fajria.

Bel pulang pun sudah berdering, kami bergegas pulang untuk mempersiapkan diri untuk pertandingan sore nanti pukul 3 melawan Kelas 11 IPA 3.

"Nanti kita kumpul di lapangan jam 2.30 ya buat pemanasan dulu," kata Seno.

"Oke siap," jawab semuanya.

Saat sampai dirumah aku langsung makan dan setelah itu mempersiapkan semua keperluan untuk pertandingan nanti seperti sepatu, seragam dan lainnya. Saat jam sudah menunjukkan pukul 2 siang aku langsung berangkat menuju Lapangan Belakang Sekolah. Disana sudah ada Seno, Deni dan Udin. Sembari menuggu teman lainnya kami melakukan pemanasan terlebih dahulu.

Saat waktu Pertandinganpun dimulai. Pada hari pertama ini kami berhasil menang dengan skor 3-1. Dua Gol dicetak oleh Seno dan satu lagi oleh Deni. Aku juga memberikan Assist untuk goal kedua Seno. Tiga hari kemudian tiba untuk pertandingan kedua, kami melawan Kelas 10 A. Pada pertandingan kali ini kami berhasil menang 2-0. Gol dicetak oleh Rifki dan juga Seno. Aku tidak memberikan kontribusi untuk pertandingan kedua ini. Dua hari kemudian waktu untuk kami melawan Kelas 12 IPS 1 untuk pertandingan ketiga kami. Kami bermain seri 2-2. Gol dicetak oleh Seno dan juga Aku. Salah satu gol yang didapatkan oleh lawan kami berasal dari gol bunuh diri Alex, saat sepak pojo dia tidak sengaja menghalau bola mengarah ke gawang kami. Kemuadian pertandingan keempat kami melawan kelas 11 IPS 4 digelar 3 hari berikutnya. Pertandingan ini di gelar pada malam hari pukul 7 malam. Untung saja Lapangan Sepak Bola kami memiliki penerangan yang baik. Kami berhasil mengalahkan tim lawan kami dengan hasil 1-0. Gol dicetak oleh Udin pada saat menit terakhir kami mendapat Sepak Pojok dan bola tersebut berhasil disundul oleh Udin dan membuat bola masuk kedalam gawang lawan.

Pertandingan terakhir kami melawan Kelas 10 G. Pertandingan ini merupakan penentuan karena poin kelas kami dengan Kelas 10 G dan Kelas 12 IPS 1 sama. Pada pertandingan sebelumnya Kelas 10 G bermain seri melawan Kelas 12 IPS 1. Kami harus menang melawan Kelas 10 G karena mereka memiliki jumlah gol yang lebih banyak dari kami. Jika poin kami sama, jumlah gol lah yang akan dijadikan acuan untuk lolos menuju babak selanjutnya. Pertandingan terkakhir ini berlangsung 5 hari semenjak pertandingan terakhir kami dan dimulai pada jam 4 sore. Seno terus mengingatkan kami untuk mewaspadai pergerakan Andi. Sama seperti Seno, Andi juga merupakan andalan di kelasnya dan dia merupakan pencetak gol terbanyak sementara ini untuk Kompetisi ini.

Sebelum pertandingan melawan Kelas 10 G, pukul 3 sore ada pertandingan Kelas 11 IPA 3 melawab kelas 12 IPS 1. Kelas 12 IPS 1 menang mudah dengan skor 3-0 dan hasil tersebut membuat kelas 12 IPS 1 dipastikan melaju ke babak selanjutnya. Hal tersebut membuat hanya ada 1 tim yang berhak melaju kebabak selanjutnya untuk Grup kami yaitu antara Kelas 10 G atau Kelas kami.

Akhirnya pertandingan terakhir untuk Grup 6 pun dimulai. Pada awal waktu pertandingan kami diserang habis-habisan oleh tim lawan. Akhirnya pada menit ke 30 gawang kami harus kemasukkan gol yang dibuat oleh pemain andalan mereka Andi. Peluit tanda berkahir untuk babak pertama pun terdengar. Pada saat istirahat kami mengatur kembali strategi kami. Seno yang biasanya bermain di depan kini bermain agak di belakang untuk mengatur serangan dan hanya menaruh Rifki yang berada di depan. Babak kedua pun dimulai, kelas kami langusng mencoba menyerang. Tak lama sekitar 10 menit setelah babak ke dua dimulai, Rifki berhasil mencetak goal berkan umpan terobosan dari Seno. Skor pun menjadi 1-1. Setelah skor seimbang, kedua tim saling berbalas untuk menyerang. Pada menit menit ke 66, aku mengirimkan umpan menuju seno yang kemudian dia menendang bola menuju gawan dan goal untuk kami. Namun Wasit Garis menganggap Seno terlebih dahulu dalam posisi Offside yang membuat kami gagal mendapatkan gol. Kemudian pada menit ke 78, Kelas lawan mendapatkan sepak pojok. Petaka pun terjadi, karena kami kedua tim saling bersenggolan untuk mendapatkan bola, salah satu pemain tim lawan bernama Rudi terjatuh akibat saling berdorongan dan tumpuan yang tidak baik karena kondisi lapangan yang sedikit tidak rata karena sering digunakan untuk pertandingan. Setelah terjatuh, Alex yang melompat untuk menghalau bola sepak pojok tim lawan menginjak kaki Rudi. Seketika Rudi langsung bertertiak karena kesakitan. Wasit pun menghentikan pertandingan karena melihat kaki Rudi yang tidak bisa digerakkan karena mengalami patah tulang. Ayah Rudi yang kebetulan merupakan Guru di sekolah kami beranama Pak Paulus pun Lapangan Belakang Sekolah setelah menerima laporan dari salah satu Panitia. Pak Paulus merupakan Guru Tipe Dominan yang juga merupakan Guru Senior di Sekolah kami. Beliau langsung menanggil Ambulance untuk membawa anaknya ke Rumah Sakit. Alex yang sedikit agak ketakutan akan hal tersebut mencoba meminta maaf kepada Rudi dan Pak Paulus. Dan Pak Paulus memaafkan hal tersebut karena hal itu tidak disengaja. Namun beliau meminta Panitia pertandingan untuk Kompetisi ini dihentikan karena takut hal-hal semacam ini akan terjadi lagi. Seketika kami semua pulang kerumah masing-masing dan Kompetisi ini resmi berhenti tanpa pemenang. Alex tampak menyusul ketempat Rumah Sakit dimana Rudi dibawa sebagai bentuk tanggung jawabnya.

Hari berikutnya Rudi masih belum dapat kembali ke Sekolah dan Alex yang biasanya sering usil kini tampak lebih muram. Dia tampak masih merasa bersalah atas kejadian yang menimpa Rudi. Kami mencoba untuk membuat dia melupakan sejenak peristiwa tersebut dengan membuat beberapa lelucon agar dia dapat tertawa. Namun dia masih saja muram dan seperti menjauh dari kami semua.

Saat bel pulang berdering, tiba-tiba Bu Atun datang. Beliau hendak mengambil Laporan Hasil Belajar yang sudah dikumpulkan di dalam lemari. Saat mengecek siapa saja yang belum mengumpulkan, tiba-tiba Beliau berteriak.

"Ini masih kurang dua, siapa yang belum mengumpulkan?" Teriak Beliau.

Kami semua terdiam karena tidak tahu siapa yang belum mengumpulkan.

"Sekeretaris, mana daftar siswa untuk presensi? Saya coba urutkan!" Teriak Beliau kembali.

Kemudian Sekertaris yang kebetulan dijabat oleh Shima, maju kedepan sambil membawa daftar nama siswa. Kemudian Bu Atun mengurutkan nama-nama yang sudah mengumpulkan dengan mencetang di daftar nama siswa. Setelah beberapa saat mengurutkan, akhirnya Bu Atun mengetahui siapa saja yang belum mengumpulkan Laporan Hasil Belajar Semester 1.

"Dua orang yang belum mengumpulkan yaitu Edi dan juga Fajria!" Teriak Beliau.

Akupun kaget karena aku pikir Laporan Hasil Belajarku sudah dikumpulkan oleh Fajria, sebab dialah yang membawa Laporan Hasil Belajarku. Lalu Bu Atun meminta aku dan Fajria untuk maju.

"Seharusnya kamu sebagai ketua kelas memberi contoh disipilin kepada teman-temanmu!"

"Saya tidak mau tahu pokoknya secepatnya dikumpulkan Laporan Hasil Belajar kalian!" Teriak Beliau kepada kami berdua.

"Baik Bu," jawab kami.

Setelah Bu Atun pergi, aku menanyakan kepada Fajria mengenai Laporan Hasil Belajarku yang belum dikumpulkan.

"Faj, kenapa Laporan Hasil Belajarku belum dikumpulkan?" Tanyaku.

"Besok ya aku bawa, aku lupa terus untuk membawanya. Kamu mau gak ngantarin aku ke rumah Agatha" jawab dia.

"Iya deh ayo aku antar," jawabku.

Setelah sampai di rumah Agatha, aku sebenarnya hendak ingin pulang namun Fajria memintaku untuk menemaninya disana. Disana ada Sima, Sesil dan juga Asti. Mereka semua bersama pacarnya masing-masing. Yang paling mencolok adalah pacar Sesil karena dia tampak seperti orang yang teler. Sementara pacar Asti dan Agatha merupakan kakak kelas di Sekolah kami yang merupakan kelas 12. Disana aku hanya diam saja dan sesekali memainkan permainan di HP ku. Disana mereka hanya membahas masalah yang tidak penting seperti menggosip teman-teman di kelas kami. Setelah hari menjelang sore, Fajria memnitaku untuk mengantarkannya pulang. Aku kemudian mengantarkannya pulang namun saat ditengah perjalan dia memintaku untuk menemaninnya makan terlebih dahulu. Setelah makan aku langsung mengantarkannya pulang kemudia pulang kerumah. Aku sampai dirumah sudah pukul setengah 5 sore karena jarak rumah Fajria yang sangat jauh.

Beberapa hari kemudian saat pelajaran Bu Atun, Beliau tampak kembali lebih sering marah-marah kepada kami. Padahal sebelumnya sudah jarang. Lalu beliau mengecek kembali apakah sudah dikumpulan Laporan Hasil Belajarku dan juga milik Fajria. Ternyata masih belum ada namun beliau hanya mengatakan kapan akan dikumpulkan namun dengan nada yang tinggi. Kemudian Fajria yang menjawab akan mengumpulkan segera.

Setelah pelajaran Bu Atun selesai, aku kembali menanyakan kembali ke Fajria.

"Kok masih belum dikumpulkan Faj?" Tanyaku.

"Besok ya, tadi ketinggalan di Gudang," Jawabnya.

"Yuk main kerumah Agatha lagi, kalau kami tidak mau besok tidak aku bawakan lho Laporan Hasil Belajarmu," Katanya lagi.

Sejak saat itu dia selalu memintaku untuk mengantarkannya pergi kemanapun dia suka dengan mengancam tidak akan mengembalikan Laporan Hasil Belajarku. Bu Atun selalu marah saat menanyakan Laporan Hasil Belajarku dan akhirnya aku memberitahu beliau bahwa Laporan Hasil Belajarku dibawa oleh Fajria, namun terkadang Beliau lupa untuk menanyakan hal tersebut. Dan Fajria pintar sekali membujuk Bu Atun untuk selalu menunda waktu untuk mengumpulkannya. Aku sendiri tidak mengetahui apakah sebenernya yang terjadi kepada Fajria sehingga dia tidak mau segera mengumpulkan Laporan Hasil Belajarnya dan juga milikku.

Akhrinya aku selalu meluangkan waktuku untuk selalu bersama Fajria dan membuat aku tidak pernah lagi bermain bersama dengan teman-temanku dan juga akhirnya aku tidak lagi pernah mengikuti Ekstrakulikuler Basket karena selalu bersamanya hingga sore hari. Bahkan aku pernah diajaknya untuk membolos sekolah selama satu hari, aku melalukakan semuanya karena berharap dia segera mengembalikkan Laporan Hasil Belajarku dan juga aku sebenarnya juga sangat menyukainya sehingga aku kerap tidak berfikir jernih, dia selalu pintar sekali membuatku terbujuk olehnya seperti kerap memberiku hadiah, selalu perhatian dan juga sering membawakanku makanan.

Sekarang aku lebih sering bermain di rumah Agatha karena menemani Fajria, aku masih tetap saja masih tidak dapat akrab dengan pacar teman-teman Fajria setelah beberapa lama bermain. Jadi aku disana hanya bermain game di HP sembari menunggu Fajria dan terkadang Fajria juga menemaniku. Saat waktu sudah sore, aku mengantarkannya pulang. Pada saat aku mengantarkan pulang dia bercerita jika pacar Sesil adalah seorang Pecandu Narkoba dan sering sekali Rehabilitasi namun tidak berhasil. Aku sudah menduganya karena mukanya benar-benar seperti orang teler. Lalu dia memintaku untuk tidak dekat dengannya.

Semester 2 sudah berjalan lebih dari setengahmya, nilai ku sepertinya sedikit turun dari Semester pertama karena telalu sering bermain dengan Fajria. Kemudian suatu hari saat pelajaran Bu Atun, Beliau memintaku dan Fajria untuk mengumpulkan Laporan Nilai Belajar. Kemudian Fajria yang berbicara, dia mengatakan bahwa Laporan Nilai Belajar kami tertinggal di Mobil Ayahnya saat tadi mengantarkanya ke Sekolah. Bu Atun yang sudah jenuh mendengarkan alasan Fajria meminta kami untuk maju kedepan kelas.

"Saya kemarin melihat kalian pulang berboncengan dengan Sepeda Motor sangat dekat dan juga seperti berpelukkan. Bukan hanya saya saja yang melihat, para Guru lain yang menaikki mobil yang saat itu menuju kota juga melihat kalian dan kami semua merasa malu sekali melihat kelakuan kalian yang masih menggunakan seragam Sekolah yang menunjukkan identitas Sekloah kita. Pokoknya saya tidak mau tahu, jika kalian tidak segera mengumpulkan Laporan Hasil Belajar kalian, saya akan memberikan nilai kepada kalian sesuka saya, karena saya yang mengisi Nilia pada Laporan Hasil Belajar untuk kelas ini!" Ucap Beliau sambil Kesal.

"Karena Edi sudah tidak bisa menjadi contoh yang baik dan tidak disiplin, hari ini kita akan memilih Ketua Kelas baru," ucap Beliau.

Ketua Kelas barupun telah terpilih dan yang menjadi Ketua Kelas adalah Rifki. Tindakanku dan Fajria sepertinya telah membuat Bu Atun kembali menjadi lebih galak dari sebelumnya. Kemudian Beliau juga sering sekali membicarakan kelakuan kami saat di Ruang Guru. Sehingga, Guru yang lainpun menjadi terpengaruh dan menjadi tidak suka dengan kami karena terpengaruh dan juga patuh dengan ucupan Bu Atun karena beliau adalah Guru yang paling disegani di Sekolah kami dan bahkan kabarnya kepala Sekolahpun tidak dapat membantah beliau jika sedang Rapat.

Bu Aminah yang juga merupakan salah satu Guru senior di sekolah kami dan juga merupakan teman dekat Bu Atun juga kerap menyindir aku ketika di Kelas karena kelakuanku bersama Fajria. Beliau juga akhir-akhir ini sering memberikan nilai yang sangat jelek kepadaku di mata pelajaran Fisika.

Teman-teman yang lainpun seakan menyalahkan kejadian ini kepadaku, sekarang mereka juga menjadi jarang kumpul denganku. Akhirnya akupun lebih sering lagi bersama berdua dengan Fajria.

Beberapa hari kemudian setelah mata pelajaran Olahraga saat kami siswa laki-laki berganti baju di Kelas, Seno mengatakan Informasi yang sangat mengejutkan.

"Kalian semua tahu kenapa Bu Atun menjadi lebih galak lagi setelah melihat Edi dan Fajria berboncengan bersama?" Tanya Seno kepada semua siswa laki-laki.

"Kenapa emangnya Sen?" Jawabku karena penasaran.

"Iya kenapa? Aku juga menjadi penasaran," jawab Deni.

"Kata kakak kelas, dulu waktu muda Bu Atun ditinggal oleh kekasihnya ketika akan menikah, lebih tepatnya ditinggal waktu acara hari H. Mungkin karena itu Beliau menjadi tidak suka setelah melihat Edi bersama-sama dengan Fajria," kata Seno.

"Wah kasihan juga ya, mungkin itu menjadi trauma Beliau hingga sekarang membuatnya seperti itu," jawabku.

"Iya tapi sampai sekarangpun Beliau juga sepertinya masih takut untuk menikah, buktinya sampai sudah umur segitu belum mempunyai suami," jawab Seno.

"Yaudah kamu aja Sen jadi suaminya," jawab Alex.

"Aku masih suka yang muda-muda lex, buat kamu saja deh," jawab Seno.

Setelah mengetahui hal tersebut dari Seno, sepertinya teman-teman yang lain agak sedikit lebih bisa memaafkanku dan aku juga kembali mencoba berkumpul dengan teman-temanku.

Sore harinya kelas kami mengadakan latihan Futsal bersama dengan teman-teman dari kelas lain. Namun, ternyata ada Guru Olahraga kami bernama Pak Rinto ikut latihan bersama kami akibat dari ajakan Seno. Beliau adalah Tipe Guru Junior. Beliau baru menjadi Guru sekitar 1 tahunan dan kerap sekali bermain Futsal bersama dengan murid-murid dan juga pembina untuk Ekstrakulikuler Futsal. Kami bermain sekita 2 jam karena jumlah orang yang ikut sangat banyak. Setelah selesai, kami berbincang-bincang dulu sejenak sebelum pulang. Pak Rinto pun ikut berbincang-bincang bersama kami.

"Ini yang namany Edi yang mana orangnya?" Tanya Pak Rinto.

"Saya Pak, ada apa pak?" Jawabku penasaran.

"Wah kamu sepertinya buat masalah yang besar ya sama Bu Atun. Di Ruang Guru kamu selalu menjadi perbincang para Guru-Guru lho dan sepertinya banyak yang tidak suka denganmu akibat terpengaruh oleh Bu Atun. Siap-siap nilai kamu jadi jelek karena Bu Atun meminta para Guru untuk memberikan nilai yang jelek karena menurut Beliau kamu mencoreng nama baik Sekolah akibat kelakuanmu," kata Pak Rinto.

"Waduh sampai segitunya Pak, wah Ed sepertinya semakin parah saja kondisinya," jawab Deni.

"Saya harus gimana nih Pak?" Tanyaku kepada Pak Rinto.

"Wah saya tidak tahu juga, saya masih baru tidak berani menentang Guru-Guru yang sudah senior, nanti menjadi saya yang tidak disukai. Kalau bisa sih udah jangan buat masalah lagi," jawab Pak Rinto.

Setelah beberapa saat mengobrol kamipun akhirnya pulang.

Keesokan harinya saat pelajaran Bu Atun, Beliau masih marah-marah di Kelas kami walaupun sudah mengikuti peraturan Beliau, sekarang Beliau meluapkan kemarahannya jika tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan Beliau. Dan sejak mulai saat ini Beliau sudah tidak peduli dengan Laporan Hasil Belajarku dan milik Fajria. Namun, aku tetap meminta Fajria untuk mengembalikannya. Hingga akhirnya aku mendatangi ke rumahnya. Dia kembali membuat alasan jika Laporan Hasil Belajarku sedang dibawa oleh Ibunya karena tidak sengaja terbawa.

Beberapa hari kemudian aku mendengar salah satu dari anak di kelas kami akan balapan motor dengan kelas lain. Anak itu bernama Faisal, dia saat ini sangat dekat sekali dengan Udin. Setelah aku tidak bermain bersama Udin dan teman lainnya, dialah yang dekat dengan mereka. Faisal ini merupakan Tipe Anak motor. Udin mengajak semua anak kelas kami untuk datang dan mendukung Faisal dan meminta kami untuk berkumpul di rumahnya sepulang sekolah nanti. Aku pun datang ke rumah Udin, sudah lama sekali aku tidak kesana.

Udin pun tampak semangat sekali mengurus motor Faisal, dia bahkan juga membawa motor tersebut ke bengkel biasa di nongkrong. Dia mengubah motor faisal dengan mengganti CDI biasa ke model untuk balapan. Harganya pun tidak murah namun dia membelinya dengan kondisi bekas namun masih baik dari pemilik bengkel tersebut. CDI sendiri yaitu Capacitor Discharge Ignition yang merupakan sistem pengapian pada motor, dengan digantinya CDI Udin berharap motor Faisal memiliki tenaga yang lebih besar. Kenapa udin yang mengurus bukannya Faisal karena nantinya Udin yang akan mengendarai motor tersebut. Faisal takut dan hanya menyediakan motor. Setelah motor tersebut siap, kami berangkat dari rumah Udin menuju tempat balapan nantinya. Tempat tersebut hanyalah jalan umum kecil biasa yang memang tidak terlalu ramai dilalui oleh orang-orang. Saat akan berangkat, Udin memintaku untuk menunggu sebentar dan berangkat bersama dengannya. Ketika semua teman-teman sudah pergi, Udin tiba-tiba bertanya padaku.

"Sudah lama kamu tidak pernah kesini Ed, sibuk ya kamu dengan Fajria. Gimana hubunganmu dengannya? Tanya Udin.

"Ya gitu lah Din, kamu tau sendiri kan," jawabku.

"Aku mau cerita sama kamu, tapi kamu jangan kaget ya,"

"Cerita apa nih?" Tanyaku penasaran.

"Jadi aku punya teman yang juga kebetulan anak motor, dia punya kenalan sama tetangganya Fajria namanya Roy yang juga anak motor. Beberapa minggu lalu aku diajak temanku untuk ke rumah Roy, saat disana aku tidak sengaja melihat foto Fajria di layar HP nya yang dijadikan wallpaper. Kemudian aku bertanya sama dia apakah gadis yang ada di wallpaper HP nya itu sekolah di SMA Ganesha. Dia menjawab betul gadis itu sekolah di SMA Ganesha. Dia juga mengatakan kalau dia dan Fajria sudah berpacaran selama 2 tahun, namun mereka berhubungan secara diam-diam karena orang tua Fajria tidak menyukai kalau mereka dekat. Dan bahkan dia menujukkan rumah Fajria yang berjarak hanya dua rumah dari nya. Dia juga sudah kuliah, namun tidak jelas mengenai kuliahnya karena sering tidak masuk. Kamu sebaiknya mempertimbangkan kembali hubunganmu dengannya Ed," kata Udin.

"Aku juga sebenarnya sudah ada perasaan kalau Fajria main belakang Din, dia sama sekali tidak mau menunjukkan isi HPnya kepada ku. Terimakasih ya kamu sudah memberitahu semuanya kepadaku," jawabku.

"Iya sama-sama. Udah ayo kita ke tempat balapan," kata Udin.

Kami semua akhirnya berkumpul di tempat balapan. Jenis balapan nya sendiri yaitu Drag Race yang merupakan adu kecepatan di jalannan lurus. Panjang jalan sendiri saat itu yaitu sekitar 300 meter. Kedua Pembalap sudah bersiap di tempat mereka. Setelah aba-aba dimulai akhirnya balapanpun dimulai. Hasilnya motor Faisal yang dikendarai Udin kalah. Kemudian setelah balapan selesai, kedua pembalap berbincang-bincang mengenai motor yang mereka kemudikan. Usut punya usut tenyata motor milik lawan Udin adalah motor standar dan mereka hanya menggunakan bahan bakar Pertamax saja ketika akan bertanding. Udin pun tampak kaget karena sudah mengubah banyak sekali motor Faisal dan kalah dengan motor yang sama namun hanya menggunakan bahan bakar Pertamax saja sebelum bertanding.

Keesokan harinya kami satu kelas masih membicarakan tentang kekalahan kemarin. Tentu saja yang Udin sangat malu dengan hal tersebut, dan Faisal yang juga kehilangan uang menjadi agak kesal. Teman-teman yang lain sehairan masih mengejek kedua orang tersebut. Ketika bel pulang terdengar Udin mengajakku untuk bermain bersama. Di saat yang bersamaan aku diaja ke rumah Agatha oleh Fajria. Aku mengatakan kepada Udin kalau aku akan ke rumah Agatha.

Saat disana, Fajria terlihat sibuk untuk membantu Agatha memasak dan dia lupa untuk membawa HP nya. Melihat hal itu aku mencoba untuk membuka HP nya. Dan benar saja disana dia berkirim pesan kepada Roy, dilihat dari pesannya sepertinya mereka sedang ribut. Ketika Fajria datang menghampiriku aku langsung menutup dan meletakkan HPnya.

Ketika waktu sudah sore, aku mengantarkan Fajria ke rumahnya. Ketika berhenti untuk makan, aku menanyakan tentang Roy kepadanya.

"Roy itu siapa Faj?" Tanyaku.

"Roy? Oh dia tetanggaku, dari mana kamu tahu Roy?" Tanya dia.

"Dari Udin, lalu apa hubunganmu dengan dia?" Tanyaku.

"Kami hanya teman, seperti kakak dan adik saja kok," jawab dia.

"Yang benar? Aku tadi lihat HP mu, kamu dan dia sering menggungakan kata-kata yang romantic bukan seperti kakak dan adik. Sudah kamu jujur saja," kataku.

"Baik baik. Aku dan dia sebenarnya sudah pacarana hampir dua tahun. Namun dia sering sekali selingkuh dari aku dan juga mama ku tidak menyukai dia karena dia terkenal nakal di lingkungan tempat tinggalku. Aku sebenarnya sudah minta putus dari dia ketika aku jadian sama kamu, namun tidak tahu kenapa aku tidak bisa meninggalkan dia," jawab dia.

"Kamu tidak bisa begitu Faj, kasihan dia. Kamu harusnya memilih satu orang saja untuk jadi pacarmu," kataku.

"Aku tidak bisa kalau harus memilih, kalian berdua sama-sama membuat aku nyaman," jawab dia.

"Sepertinya aku tidak bisa lagi dengan kamu Faj. Aku minta kita sudahan saja. Aku juga tidak peduli lagi mengenai Laporan Hasil Belajarku yang kamu bawa," jawabku.

Kemudian aku langsung mengantarkan Fajria pulang ke rumahnya untuk terakhir kalinya. Tidak tahu kenapa aku merasa sangat lega sekali setelah mengatakan aku tidak mau bersama Fajria lagi walaupun Laporan Hasil Belajarku masih dibawanya.

Pagi harinya ketika jam Sekolah, dia tidak lagi berbicara padaku, tidak lagi menyapaku dan sudah tidak lagi membawa makanan untukku. Namun aku menjadi kembali lebih sering bermain bersama teman-teman yang lainnya. Aku juga menjadi lebih fokus untuk belajar dan menjadi lebih giat lagi belajar, karena tinggal beberapa minggu lagi sudah memasuki Ujian Akhir untuk semester dua.

Beberapa hari telah berlalu dan aku kembali seperti sebelumnya yang selalu mendapatkan nilai yang baik. Aku yakin dengan hasil seperti ini terus aku akan masuk kelas IPA walaupun agak terlambat aku memperbaiki nilaiku. Sekarang selain bermain bersama Udin, Deni, Diba dan Alfi, aku sekarang juga bermain bersama dengan Ivan. Dengan Ivan aku sering bermain game sepak bola dan juga mengajariku untuk bermain alat musik gitar. Dia adalah Tipe Anak Musik dan sudah sering sekali manggung di konser yang cukup besar. Dia sebenarnya adalah penabuh drum namun dia juga bisa bermain gitar. Ivan adalah anak yang agak pemalu, ketika aku ajak ke rumah Udin dia selalu menolaknya. Dia hanya dekat dengan aku dan Deni saja. Aku mulai lebih sering bermain bersama Ivan karena Udin dan rekan lainnya sekarang lebih sering bermain bersama dengan Faisal semenjak aku dulu lebih banyak menghabiskan waktu dengan Fajria.

Tinggal seminggu lagi Ujian Akhir untuk Semester dua akan di mulai. Aku mulai memperbaiki nilaiku dan hasilnya sangat memuaskan. Aku seperti mendapatkan angin kedua. Dan aku juga lebih giat lagi belajar untuk ujian nanti. Aku juga sudah tidak lagi berhubungan dengan Fajria. Ketika di kelas pun kami sudah tidak lagi bertegur sapa, sekarang seperti orang yang tidak kenal. Dan aku juga tidak memperdulikan Laporan Hasil Belajarku yang dibawanya karena aku saat ini hanya fokus belajar unutk ujian nanti. Kemudian hubunganku dengan Udin, Alex, Deni dan Alfi juga menjadi biasa saja karena mereka telah menemukan Faisal yang mengisi tempatku. Namun sesekali aku juga masih sering nongkrong dengan mereka.

Waktu berjalan dengan cepat, tidak terasa tiba akhirnya Ujian Akhir Semester dua yang digelar selama satu minggu dan setiap harinya ada dua Mata Pelajaran yang diujikan. Aku tidak menghadapi kesulitan sama sekali selama ujian ini. Aku sangat optimis mendapatkan nilai yang bagus.

Satu minggu setelah ujian selesai, hasilnya pun diumumkan dan juga bagi yang mendapatkan nilai dibawah ketentuan harus mengikuti program Remidial untuk memperbaiki nilai. Tidak ada satupun nilaiku yang berada dibawah ketentuan, mungkin hanya Mata Pelajaran Bahasa Jepang saja yang mendapatkan nilai pas-pas an selebihnya nilaiku di atas 80. Aku optimis dengan nilaiku ini aku dapat terpilih ke Kelas IPA ketika naik kelas nanti. Sementara aku melihat Fajria banyak sekali harus mengikuti program remidial karena nilainya banyak sekali yang kurang. Udin, Alex, Alfi dan Deni pun juga harus mengikuti beberapa program Remedial namun tidak sebanyak Fajria. Sementara Ivan hanya mengikut dua program Remidial.

Saat bel pulang terdengar, tiba-tiba Fajria mendatangiku.

"Ed, Laporan Hasil Belajarmu sudah aku berikan ke Bu Atun tadi saat jam Istirahat," katanya.

"Oh baik terimakasih ya," jawabku.

Lalu aku langsung pergi meninggalkannya. Aku tidak tahu apakah hal tersebut berpengaruh atau tidak terhadap nilaiku nanti karena Dia mengumpulkannya sangat terlambat sekali.

Satu minggu kemudian, tiba waktu untuk mengambil Hasil Laporan Belajar untuk Semester dua dan juga menentukan kelas mana nantinya kami berada apakah kelas IPA atau IPS. Semua bergantung pada nilai di Laporan Belajar.

Aku kaget sekali karena nilaiku Semester dua ini mendapatkan hasil yang pas-pas an padahal waktu ujian aku mendapatkan nilai yang sangat bagus. Dengan hasil ini pun aku tidak dapat untuk masuk ke Kelas IPA. Kemudian aku bertemu Bu Atun mengenai masalah tersebut.

"Bu, saya ingin bertanya kenapa waktu Ujian saya mendapatkan nilai yang bagus namun di Laporan Hasil Belajar mendapatkan nilai yang pas-pas an?" Tanyaku.

"Kan dulu saya sudah bilang ke kamu, kalau saya akan mengisi nilai sesuka saya karena kamu tidak mengumpulkan Laporan Hasil Belajramu," jawab Bu Atun.

"Tap ikan Fajria sudah mengumpulkannya Bu," jawabku kembali.

"Iya tapi sudah sangat terlamabat sekali, saya sudah memasukan nilai kedalam Laporan Hasil Belajar unutk Semester dua ketika dia mengumpulkannya. Sudah kamu jangan protes terus, itu hak saya untuk memberikan nilai karena saya Wali Kelas yang menuliskan nilai kedalam Laporan Hasil Belajarmu. Kalau kamu tidak terima silahkan kamu cari sekolah lain saja!" Jawab Beliau dengan nada yang tinggi.

Aku pun akhirnya menerima hasil tersebut meskipun dengan berat hati. Alex, Udin, Deni dan Alfi juga masuk ke kelas IPS. Sementara Faisal masuk kedalam kelas IPA, itu semua karena Ayah Faisal banyak sekali dikenal olah Guru-guru di SMA ku walaupun mengajar di Sekolah yang berbeda. Fajria dan teman satu kumpulannya tentu saja masuk ke Kelas IPS. Ivan masuk ke Kelas IPA dan dia juga kaget ketika aku masuk Kelas IPS.

Untuk pembagian Kelasnya, Udin, Deni dan Alfi masuk ke Kelas IPS 3. Fajria dan Alex masuk ke kelas IPS 2. Faisal masuk ke IPA 5 dan Ivan ke IPA 6. Sementara aku masuk ke Kelas IPS 4 yang juga dimasuki oleh siswa-siswa yang sangat nakal dan juga kebanyakan dari mereka merupakan Tipe Anak Gangster. Aku sangat bingung sekali kenapa aku bisa masuk satu Kelas dengan mereka semua. Namun aku juga berusaha untuk menerima kenyataan ini. Dan juga hal ini menjadi pembelajaran bagi untuk lebih berhati-hati ketika memilih pacar. Aku mulai sekarang akan mencari pacar yang dapat memberikan semangat untuk meraih cita-citaku.