Kevin lalu berhadapan dengan ku. Sebelum kami berpisah dia mengatakan sesuatu.
________________
_______________
_____________
__________
________
"Pikirkanlah dulu perkataan ku tadi." Kalimat Kevin masih terngiang di telingaku.
"Kau disini rupanya." Eva mengagetkan ku.
"Eva, ada apa?" Tanya ku sambil mencuci tangan ku di wastafel.
"Ada pelanggan yang mencari mu. Katanya dia hanya mau di layani oleh mu. Padahal Mary sudah membujuknya tapi pelanggan itu tetap bersikeras mau kau yang melayaninya." Eva menyenderkan punggungnya pada dinding di dekat wastafel.
Aku baru saja selesai makan siang. Di butik ini, kami mendapatkan jam istirahat selama tiga puluh menit. Karena jam istirahat ku belum berakhir, makanya mereka tidak langsung memanggil ku. Aku dan Eva berjalan ke luar dari pantry. Seorang wanita berdiri membelakangi ku. Begitu banyak pelanggan di butik ini, jadi aku tidak bisa langsung mengenalinya kalau tidak melihat wajahnya.
"Ada yang bisa saya bantu?" Setelah mendengar suara ku wanita ini langsung berbalik lalu menghadap ku.
"Aku ingin kau membantu ku untuk memilihkan dress yang sexy." Wanita ini mengatakannya sambil tersenyum.
Mungkin dia akan memakainya untuk menghadiri pesta bersama tunangannya. Akhirnya aku mengenalinya, dia adalah wanita yang pernah membeli gaun di butik ini untuk acara pertunangannya. Aku membawa wanita ini ke tempat manekin yang memakai pakaian yang sedikit terbuka. Jadi, setiap patung manekin yang di pajang selalu kami pakaikan jenis pakaian yang mewakili dari jejeran tempat manekin ini berdiri.
"Anda ingin pakaian yang seperti apa, nona?" Tanyaku setelah kami sampai di tempat yang banyak menggantung pakaian sexy.
Wanita ini hanya diam, tapi kemudian dia mulai memilah dress yang tergantung di depannya. Dia mengambil salah satu dress yang bewarna kuning muda. Lalu ia berjalan ke arah cermin yang terletak tidak jauh dari sini. Setelah itu dia menarik kain yang tergantung di atas tiang yang melingkar. Seketika kain itu mengelilingi tempat wanita itu berdiri. Setelah beberapa menit, wanita itu mulai membuka kembali tirai yang tadi menutupinya.
"Bagaimana menurutmu dengan yang ini?" Tanya wanita ini.
Aku melangkah mendekatinya. Dress bewarna kuning tadi sudah melekat ditubuhnya. Dengan tali spaghetti dan belahan dada yang rendah membuat dress ini terlihat sangat sexy ditubuhnya. Pada kedua sisi atas dress ini berbentuk rempel lalu menyatu dengan belahan dada yang memanjang sampai ke ujung dress yang panjangnya sampai ke mata kakinya. Tapi rempel itu memanjang ke samping sehingga pada bawah dress terdapat belahan pada setinggi pangkal pahanya. Bila wanita yang memakai dress ini berjalan, maka akan memperlihatkan paha si pemakainya. Bahan yang digunakan pada dress ini adalah kain satin, sehingga menambah kesan elegan pada wanita ini.
"Saya rasa, harus ada sedikit perbaikan pada dress ini." Jawabku setelah menelitinya melalui pantulan cermin.
"Maksud mu dress ini mengalami kecacatan produk?" Tanya wanita ini heran.
"Tidak, bukan itu maksud saya." Lalu aku mendekati wanita ini sambil menyentuh kedua sisi pinggulnya.
Ku jepit kedua sisi pinggul pada dress ini menggunakan jari-jari tangan ku. Merasa kurang puas, aku menaikkan keatas sedikit jepitan jari-jari ku. Wanita ini memiliki pinggul yang cukup ramping.
"Hanya perlu sedikit perbaikan atau lebih tepatnya penyesuaian pada lekuk tubuh anda, nona." Jelasku padanya melalui cermin.
"Baiklah kapan bisa aku ambil." Tanyanya.
"Sepertinya tidak memerlukan waktu yang lama, nona." Kalau anda tidak sibuk, anda dapat berkeliling sebentar di mall ini.
"Baiklah, aku akan mengambilnya dua jam lagi. Sekalian aku ingin mengenalkan tunangan ku padamu." Wanita ini berkata pada ku, tapi anehnya aku merasa dia tersenyum sinis pada ku setelah mengatakan kalimat tersebut.
Kemudian dia mulai menarik kembali tirai ini. Maka aku segera keluar agar memberikannya ruang untuk mengganti pakaiannya. Mungkin aku tadi salah menilai ekspresi dari senyumannya, karena tadi aku melihatnya melalui pantulan cermin. Wanita ini keluar lalu menyerahkan dress yang sudah di coba olehnya tadi. Lalu aku bawa dress ini ke ruang jahit yang tersedia di butik ini. Aku, Eva, dan Mary dapat memperbaiki apapun masalah yang terdapat pada pakaian maupun dress yang ada di butik ini. Terkadang bila buah kancing pada pakaian terlepas kami juga bertanggung jawab memperbaikinya. Tapi bila perbaikan cukup rumit maka manager kami yang akan mengurusnya.
"Apa ilmu yang kau pakai?" Mary tiba-tiba masuk ke dalam ruangan ini juga.
"Ilmu? Oh, tentu saja aku bisa, karena pernah bekerja sebagai penjahit juga." Jawabku pada Mary.
Mungkin karena aku tidak perlu mengukur lingkar pinggang wanita tadi terlebih dahulu, sehingga Mary mungkin menganggap ku aneh. Aku sudah terbiasa melakukan itu. Hanya dengan menjepitkan kain pada pinggul si pemakai, aku sudah bisa mengetahui ukuran yang pas. Aku hanya perlu mengukur kembali pada dress ini lalu aku memberikan tanda sebelum memperbaikinya.
"Bukan itu maksud ku. Tapi ilmu apa yang kau pakai sehingga pelanggan itu menempel terus padamu. Padahal saat ku lihat dia juga yang memilih sendiri dress itu." Mary berbicara sambil menujuk ke arah dress yang aku perbaiki menggunakan gunting kain.
"Aku juga tidak tahu." Kataku sambil mengangkat kedua bahuku.
Ku lihat Mary sedang berusaha memasukkan benang pada sebuah jarum. Sepertinya pelanggan ingin lebih mengetatkan buah-buah kancing pada rok itu. Memang kebanyakan kancing-kancing pada pakaian baru selalu di jahit sedikit longgar. Terkadang kancing-kancing itu juga terlepas saat kami hendak memajangnya
"Kau tidak usah pura-pura polos. Lalu bagaimana dengan pemilik butik ini?" Kata Mary sambil menarik keluar jarum yang sudah di masuki benang pada sebuah rok.
"Apa maksud perkataan mu? Aku sama sekali tidak mengenali pemilik butik ini." Balas ku pada Mary.
Selama delapan tahun aku bekerja di butik ini, aku sama sekali tidak pernah bertemu dengannya. Bahkan aku saja tak tahu sebenarnya pemilik butik ini pria atau wanita. Atasan yang aku kenal hanyalah manager kami. Setelah selesai memberikan tanda pada dress ini, aku mulai memperbaiki ukurannya.
"Kalau kau memang tak mengenalnya, kenapa hanya kau yang memiliki hak istimewa di butik ini?" Katanya lalu menggunting benang yang menyatu diantara rok dan jarum itu.
"Hak istimewa yang mana?" Tanya ku setelah selesai mengecilkan salah satu sisi pada dress ini.
"Kenapa hanya kau yang boleh pulang pada sore hari? Sedangkan kami harus menjaga butik ini dari pagi sampai malam" Mary mulai meninggikan suaranya.
"Mary, kau sudah selesai? Pelanggan mu sudah ingin membayar rok itu." Eva masuk sambil menarik Mary keluar dari ruangan ini.
Aku pun kembali melanjutkan pekerjaan ku, sambil mengulang kalimat yang Mary katakan pada ku. Tapi seberapa keras pun aku berpikir, aku tidak menemukan jawabannya. Setelah satu jam lebih berlalu aku menyelesaikan pekerjaan ku. Aku mulai meneliti kembali dress ini. Setelah beberapa menit aku habiskan untuk meneliti dress ini, akhirnya aku memutuskan untuk menyerahkan dress ini pada kasir.
"Ini pesanan pelanggan yang bernama..." Aku lupa menanyakannya.
Biasanya hanya kedua gadis penjaga kasir ini yang mengetahui nama para pelanggan. Karena beberapa dari mereka memiliki member card di butik ini.
"Iya kami sudah tahu. Nona itu juga sudah membayarnya." Gadis penjaga kasir yang ku ketahui bernama Lea mengambil dress yang masih berada di tangan ku.
Setelah menyerahkan kepada mereka aku berjalan ke depan butik. Sepertinya ada yang tidak sengaja menabrak patung manekin yang berada di luar butik ini. Maka aku keluar menuju patung yang terletak di samping pintu masuk butik ini.
"Aku ingin mengambil dress ku." Suara wanita yang ku kenal sebagai pemilik dress yang ku perbaiki tadi terdengar oleh ku.
Wanita itu sedang berbicara kepada Mary. Dia tidak datang sendirian. Ada seorang pria berada di sisinya. Setelah selesai merapikan pakaian pada patung ini, aku melangkah masuk ke dalam butik.
"Anda sudah kembali, nona." Sapa ku pada wanita ini.
"Ya. Dan perkenalkan ini adalah tunangan ku. Namanya Christopher Louise." Kata wanita ini padaku sambil tersenyum lebar.
Ternyata pria ini adalah pria yang sudah berhasil mengobrak-abrik hatiku selama beberapa minggu ini. Pria yang selalu aku rindukan. Dan dia adalah orang yang selalu aku nanti-nantikan. Christ!
*ToBeContinued*