Chereads / Wahyu Kemuliaan / Chapter 22 - BAB. 22 SEJARAH YANG DI HITAMKAN

Chapter 22 - BAB. 22 SEJARAH YANG DI HITAMKAN

Seusai tidak membaur dan jauh dari semua sikap kedudukan dan jaringan kerja organisasi pemerintahan dalam negeri dan dunia.

Pensiun dari semua hiru-pikuk pembebasan belenggu kerja.

Hanya jaringan bisnis yang masih tertinggal sebagai bagaian dalam sejarah kehidupan Narendra Sanggrama.

Bisnis Perjudian Online yang masih tetap memberi nafkah penghidupan jelas membuatnya menjadi sisa hasil perjuangan.

Mencoba menggugurkan kepemimpinan dalam bisnis terselubung tersebut.

Nyatanya takdir menolak.

menolak Lupa dari apa yang telah di rintis dan di besarkan Narendra Sanggrama sebagai bisnis proyeksi Raksasa.

Bisnis perjudian yang mengundang banyak keuntungan.

Menggiurkan dengan segala jaminan monopoli perdagangan di asia dan hadir dalam tabir dunia.

Berdamai dengan masa lalu, nampaknya begitu tidal mudah.

Dalam struktural organisasi dan jaringan komposisi masih tetap menginginkan Narendra Sanggrama memimpin organisasi jaringan bisnis.

sekalipun mencoba tetap seperti tidak perduli, nyatanya upeti dan royalti tak pernah henti tetap mengalir di beri anggota kepada Narendra Sanggrama.

Kesadaran penuh selalu menjadi bayang-banyak yang tidak pernah bisa hilang dalam pikiran alam sadar manusia.

Menghitamkan orang lain, agar diri terlihat putih tetaplah tidak bisa.

Yang berdasi belum tentu mengandung nilai murni dalam setiap insan rohani.

Yang hitam belum tentu kalah, yang putih belum tentu menang.

Yang Hitam belum tentu salah dan yang putih tidak juga berarti suci.

Menikmati rokok atau cerutu merupakan identitas diri dalam tubuh seorang pria sejati.

Demikian menganggap simbol kehidupan bagi sosok Narendra Sanggrama yang merupakan Pakar Filosofi.

Kesetiaan di dunia adalah Rokok yang terkadang tidak pernah munafik, jujur, dan teman hidup yang terkadang juga berdalih.

Berdalih memilih rasa apabila beda harga, berpaling dari diri apabila tak mampu membeli.

Pada akhirnya tidak ada yang setia dalam kehidupan, bahkan bayangan saja akan meninggalkan dalam gelap dan redup dunia yang fana.

Hal yang penting dari dalam diri adalah melawan hawa nafsu menaklukkan ambisi dari dalam diri sendiri.

Kepentingan orang banyak menjadi pokok inti, sedang hal pribadi adalah keegoisan diri.

Lapar harus di tanggung lebih dahulu sebagai pimpinan sedang rasa kenyang harus di rasa oleh semua.

Timpang tindih dalam kehidupan sesama hanyalah sebuah rekayasa yang di buat agar teelihat begitu nyata.

Merongrong Wibawa Negeri Lain adalah Penjajah, Pengkhianat, Penjahat, yang menebar dan menyebarkan kebencian kepada orang lain.

Di mata pendukung, rakyat, dan kelompok sendiri tetaplah menjadi seorang Pahlawan di Medan Perang.

Tampil perkasa dan pasang badan demi negeri yang di kenal membentang luas khatulistiwa dan banyak perrbedaan.

Nyatanya tetap akur, damai, bersahaja sebab perihal mengalah demi terwujudnya kesejahteraan bagi semua.

Naik gunung, menyepikan diri, mengasingkan diri, dari lingkungan aspirasi masyarakat perihal semua jabatan penting dalam negara telah terwujud dan terlaksana.

Masih sangat kental dan banyak rakyat di belahan Nusantara, yang memuja dan mengharapkan Narendra Sanggrama menjadi orang nomor satu di Nusantara.

Bagus Dirgantara bahkan mengapresiasi dan siap sedia mendukung terwujudnya.

Popularitas yang tak kunjung padam, Elektabilitas yang stabil memposisikan Narendra Sanggrama sudah benar-benar dapat terpilih secara mutlak dalam pemilihan pesta rakyat.

Meski yang terjadi demikian, pikiran bijak, sikap yang tegap dan jiwa yang tanggap tetap saja diam tak menggugah selera.

Tidak bermaksud menolak, adapun kiranya mengenai presiden tentang pencalonan dan peluang bagi Narendra Sanggrama akan menjadi urusan dan cita-cita penerusnya.

Hal yang terpenting adalah tetap mengindahkan dan menghargai sejarah, budaya dan warisan bangsa.

Jangan melupakan sejarah yang telah terukir dengan pengorbanan semangat yang selalu membara.

Di hadapan Rakyat, Narendra Sanggrama deskprisi dari Pahlawan, Pejuang yang benar-benar mengalihkan pusat perhatian ke dunianya.

Dalam setiap misi dan tugasnya selalu saja mengandung problematika, dan tidak berjalan sebagaimana baiknya.

Sebab dalam kepemimpinan tidak semua bisa di terima secara lapang dada.

Banyak pihak yang mengecam, menilai, menghasut, mengadu domba dan menginginkan sebuah kehancuran.

Menjatuhkan lawan melalui cara haram, membenci dengan menyebar ajaran hasutan karena kondisi dan keadaan.

Semasa menjadi petinggi negara banyak sekali korbam Jiwa yang merasa dirugikan.

Melalui bidang perjudian akibat peran serta Narendra Sanggrama dalam mengharumkan nama bangsa.

Membasmi bangsa berkulit kuning, kaum minoritas tentu saja memberi dampak kebencian yang mendalam, menanam benih-benih kebencian.

Banyaknya Jabatan-Jabatan Struktural yang di tumbangkan akibat tidak sejalan dengan programnya menjalankan kebijakan demi kepentingan dan kesejahteraan bangsa dan negara.

Sebab banyaknya kaum yang merasa dirugikan membuat huru-hara pergerakan stabilitas negara memanfaatkan fenomena yang ada.

Mengadu domba rakyat melalui perbedaan tanpa unsur yang toleran.

Rakyat di buat pecah dengan tipu daya dan hasutan hingga menebar teror-teror ancaman isu sara.

Dengan adanya banyak Disentegritas yang di sebabkan kaum-kaum yang di asingkan, di sudutkan dan di rugikan memobilisasi rakyat agar dapat mengembalikan keadaan sebagaimana kehendak mereka sesuai harapan yang dapat di ambil keutungannya.

Tidak adanya upaya yang dapat mencegah secara keseluruhan, pengaruh dan peran serta yang sedang melemah dengan tidak adanya campur tangan Narendra Sanggrama.

Namanya di jatuhkan di hadapan publik demi kepentingan golongan.

Ada yang tetap mencintai dan tidak termakan rayuan sesat, ada yang terhasut dengan dalih keadilan karena di bayar.

Sehingga dari pengasingannya di tempat yang jauh dari ranah jabatan "Pahlawan yang di Benci" menjadi angin yang bersiul dari tutur pinutur kegemparan warga dan rakyat di Nusantara.

Organisasi yang bermunculan dengan dalih bahwa di setiap sisi perbuatan Narendra Sanggrama adalah Seorang yang penuh Jasa, namun juga banyak dosa.

Tanpa pikir panjang dan tetap berprinsip dengan gigih semua akan terbayar pada saat yang telah di tetapkan suratan.

Semua akan terdiam, namun suatu ketika dwngan berjalannya waktu, biarlah sejarah terbuka, terbuka oleh anak bangsa, berbicara sebagai saksi yang bisu dan buta, namun sejarah akan membuktikan pada saatnya.

Anak Pertama Narendra Sanggrama telah masuk dan lulus sebagai keanggotaan Akademi Militer di Magelang, Jawa Tengah di Nusantara.

Sedang Anak Keduanya diangkat menjadi Tuan Muda dalam menjalankan Bisnis Ilegal di Perjudian Online yang masih tetap eksis di versi berbeda dalam pertaruhan nasib dunia.

Sebagaiamana anak adalah seperti halnya kertas putih dan orang tua sebagai coretan pena dengan tintanya.

Akan tetap mengarah pada harapan dan tujuan yang telah di anugerahi nama terhadap keduanya.

Perjuangan, tekad, semangat yang selalu membara terus mengalir dalam darah yang menjadi penerus cikal bakal generasi kedepan Narendra Sanggama.

Samudera yang Menaungi banyak petualangan dan aksi sebagai pertanda sejarah yang terjadi dalam kehidupan Narendra Sanggrama telah mendoktrinisasi kedalam tubuh militernya.

Selanjutnya adiknya yang bernama Balaputera, yang selalu berada bersampingan bersama sang kakak, meski sangat berbanding jauh bidang yang mereka naungi menjadikan perbedaan adalah kekuatan itegritas bagi kedua anak Narendra Sanggrama.

Dari Generasi ke Generasi, Generasi di masa mendatang akan jauh lebih berkembang dan maju di karenakan setiap generasi akan berkembang lebih baik dengan massa yang jelas tidak persis sama.

Kedua anak Narendra Sanggrama, sebagaimana harapannya, bahwa yang Anak Pertama adalah Perintis, Pelopor, dan Pemberi Jalan dalam Menaungi kehidupan, kemudian Anak Kedua adalah berada di Samping maupun di belakang berjalan beriringan saling membantu dan membahu.

Untuk selanjutnya akhir cerita kehidupan adalah kehendak yang Maha Kuasa dalam memberi takdir dan Suratan setelah Berusaha, Berdo'a, dan Berserah diri Memuja Sang Maha Pencipta.