Chereads / LITTLE FEAR / Chapter 2 - CHAPTER 01

Chapter 2 - CHAPTER 01

Splashh… Splashh…

"Alisha pegang tangan kakak." Zara menarik Alisha naik ke permukaan

"Ah semuanya basah." Dhea memeras rambutnya

"Desa?." Gumam Lya melihat desa tak terawat didepannya

"Kak aku lapar. Oh ada buah disana!." Pekik Alisha seraya berlari mendekat ke keranjang-keranjang buah dan sayur

"Tunggu, makanan-makanan itu sudah busuk!." Pekik Lya membuat Alisha berhenti

"Hmm dimana semua orang?." Tanya Dhea

"Entahlah. Hanya ada ayam dan kuda yang masih sehat. Tapi sayur dan buahnya sudah busuk, seperti ditinggal berhari-hari atau mungkin berminggu-minggu." Ujar Zara mendeteksi tempat itu

Lya mengumpulkan batu-batu sebagai persediannya lalu membaginya sebagian kepada saudarinya

"Akan ku buatkan senjata yang sama nanti jika ada bahannya." Ujar Lya, mengingat senjata itu ia buat sendiri saat waktu kecil

"Tapi kami tak akan sejago dirimu." Puji Zara

"Ya, tadi itu lemparan yang bagus." Tambah Dhea membuat Lya tersenyum kecil

Lya berjongkok lalu memegang kedua pundak adiknya yang berwajah polos. Ia masih berusia 7 tahun

"Alisha, dengarkan kakak."

"Hm?."

"Orang-orang itu adalah penjahat. Dan kami disini bertanggungjawab untuk melindungimu karena mereka mengincarmu." Ujar Lya serius

"Tapi kenapa aku?."

"Kami belum tau jawabannya. Tapi yang pasti mulai detik ini sampai seterusnya, kau harus mematuhi kami. Tetap bersama kami, jangan asal berlari seperti tadi. Kau paham?."

"Tapi aku lapar…" Keluh Alisha dengan cemberut

"Kita akan cari makanan untukmu. Kurasa aku melihat desa didepan, ayo kita cari bantuan!." Ujar Lya lantas Alisha mengangguk semangat. Zara dan Dhea tersenyum, adik mereka sudah dewasa ternyata

Mereka berempat lalu masuk ke desa itu. Namun yang anehnya orang-orang disana nampak ketakutan lalu segera bersembunyi didalam rumah mereka

"Tunggu apa?."

Lya menggedor pintu

"Permisi!. Kami sedang butuh bantuan!."

Yang lain pun mencoba meminta bantuan. Tapi tak ada satupun yang hendak menolong

"Cepat pergi kalian, pembawa virus!."

"Apa?." Kesal Zara

"Ah apa itu?." Tunjuk Alisha ke arah langit, ternyata ada sebuah asap

"Ayo ikuti asap itu!." Ajak Lya

Mereka berempat pun mulai semakin masuk ke desa itu. Orang-orang di desa itu sama saja, mereka menjauh dan memilih bersembunyi di dalam rumah mereka. Sampai mereka sampai di rumah-rumah yang pintunya diberi silang X

"Apa maksudnya?." Tanya Alisha

"Orang-orang yang sudah terinfeksi. Sepertinya kita harus menjauh dari sini." Ujar Zara, yang paling mengetahui tentang dunia kedokteran

Empat saudari itu berbalik dan akhirnya sampai di tempat asal asap itu. Oh ternyata, bukan makanan yang dibakar. Melainkan … manusia yang masih hidup

Dhea segera menutup mata adik kecil mereka

"Kalian!. Cepat panggil bantuan!." Teriak seorang warga yang dirantai membuat semuanya berbalik

"Well well, beraninya kalian datang untuk menyebarkan virus."

"T-tunggu!. Kami datang untuk mencari seseorang!." Sentak Lya

"Dan kau sudah menemukannya. Cepat binasakan mereka!."

Lya menarik ketiga saudarinya lalu berlari tanpa tahu arah. Orang-orang bersenjata itu mengejar mereka dengan brutal

"Hah hah kita harus kemana?!." Pekik Dhea

"Lari saja!." Lya merasa Dejavu

Mereka berbelok dan menemukan para warga bersenjata itu lagi, begitupun seterusnya. Sampai akhirnya mereka mulai aman, namun kembali ketahuan saat warga yang bersembunyi itu melihat mereka. Lya dss kembali berlari, hingga ada sebuah panggilan

"Kalian cepat kemari!. Jangan takut!. Cepat!."

Awalnya mereka bimbang, namun karena para warga itu yang semakin dekat, Lya segera menarik Alisha masuk yang kemudian disusul kedua kakaknya

"Hah hah, tadi itu hampir saja." Komen Dhea yang diangguki Zara

"Ayo minum dulu!." Ujar bibi itu

"Anda tak berniat memperdaya kami bukan?." Ujar Lya intens. Namun wanita itu hanya tersenyum

Akhirnya mereka berempat minum dan tak terjadi apa-apa, mungkin wanita itu memang baik

"Perkenalkan aku Lumia. Aku bisa merasakan bahwa kalian tak berbahaya."

"Mengapa anda sangat yakin?." Tanya Zara

"Karena aku pernah berada di masa susah seperti itu. Pasti sangat sulit menjadi incaran semua orang." Ujar Lumia

"Sebenarnya ini terjadi secara tiba-tiba."

"Ceritakan apa yang terjadi dengan kalian." Pinta Lumia. Dhea menemani Alisha ke toilet

"Semalam kami menemukan mayat tukang kebun kami yang hanya tinggal tulang belulang. Sebelumnya juga banyak berita seperti itu, hewan-hewan yang hanya tinggal tulang. Lalu tadi pagi kami tiba-tiba diserang orang-orang berjas yang mengincar adik kami sampai perlu membinasakan satu kota." Lya menjeda dengan meminum tehnya

"Kami dibantu tetangga kami yang sudah bersahabat dengan orang tua kami dari jaman sekolah. Tapi kemudian, dia dibunuh." Lanjut Zara dengan mata berkaca-kaca. Lumia pun ikut sedih

"Kami diberi pesan untuk mengikuti danau itu,dan mencari seseorang bernama Shafier. Katanya hanya dia yang bisa membantu." Tambah Lya

"Hmm, kalau begitu kalian butuh perlengkapan. Pergilah ke lantai dua, disana ada pakaian dan barang yang kalian perlukan." Ujar Lumia

Mereka berterimakasih lalu segera menuju lantai dua. Mereka memakai pakaian seadanya dan Zara mengganti roknya dengan celana agar mudah berlari

"Apa kalian memiliki senjata?." Tanya Lumia

"Hanya sling shot."

Lumia mengambil sling shot itu lalu menuju sebuah meja. Tak lama kemudian ia kembali dengan sling shot dalam bentuk baru

"Aku memperbaikinya, dengan ini lemparanmu akan semakin tinggi dan jauh."

"Terimakasih, kami berhutang banyak." Ujar Lya. Lumia menggeleng seolah-olah mengatakan itu tak masalah

"Lalu kalian berdua pun harus memegang sesuatu untuk berjaga-jaga." Lumia mengambil sebuah kotak dan mengambil isinya

Lumia memberikan pisau kecil kepada Dhea, dan sebuah boomerang kepada Zara

"Hanya untuk berjaga-jaga." Ujar Lumia lagi melihat wajah khawatir dua gadis itu

"Kami harus pergi."

Lumia mengangguk dan membukakan pintu belakang

"Berhati-hatilah kalian. Tuhan akan selalu bersama kalian."

Lya mengangguk lalu menggemgam tangan adiknya erat, setelah itu mereka berempat beranjak dengan penuh kegugupan seperti akan memasuki tanah perang

Mereka berjalan dengan mengendap-endap, sampai menaiki sebuah gundukan…

"Dapat kau!."

"Alisha!."

"Aaa kakak!!!."

Lya hendak maju namun ada orang lagi. Alisha berhasil ditangkap. Pria itu berlari untuk menyerang, sebelum Lya melempar batunya, sebuah boomerang melesat dan menembus kepala pria itu

"A-aku tak bermaksud." Ujar Zara dengan gemetar

Dhe segera menenangkan kakaknya dan Lya menangkap kembali boomerang itu, hingga matanya tak sengaja melihat sebuah gedung besar

"Pergilah ke gereja itu, aku akan membawa Alisha." Ujar Lya

"Tapi-."

"Kak Dhea tenangin kak Zara aja oke?. Sekarang ini … aku bukanlah adik kalian yang dulu. Lemah dan tak kuasa melawan para sepupu dan kerabat yang ikut campur dalam kehidupan keluarga kita, kini kalian bertiga adalah tanggung jawabku." Kata Lya membuat kedua kakaknya tersanjung

Tanpa mengatakan apa-apa Lya segera berlari menuju tempat adiknya dibawa, yaitu sebuah lapangan luas. Lya dapat melihat adiknya yang dipegang seseorang berbaju besi

"Ugh, ini akan susah." Lya bersembunyi terlebih dahulu sambil memikirkan rencana

'aku tak bisa menyerang kepalanya dengan baju seperti itu. Aku harus menghancurkan baju itu' pikir Lya

Ia lalu mengambil batu besar lalu diiris ujungnya agar meruncing. Setelah itu menaruhnya di sling shotnya dan memutarnya dengan cepat namun pasti. Batu itu terbang dan tepat menabrak belakang kepala pria berbaju besi itu

"Argh ulah siapa ini?!."

Lya melempar sekali lagi dan helm besi itu berhasil hancur membuat sang empunya marah besar

"SIAPA ITU HA?!!."

"Disini idiot."

"Kau!." Pria itu berlari sambil mengangkat palunya

Namun Lya lebih cepat. Batu itu menembus tengkorak pria itu

"Kakak!." Alisha berlari dan memeluk Lya

"Kau baik'saja?. Tak ada yang terluka?." Tanya Lya khawatir. Alisha menggeleng membuatnya menghela nafas lega

Lya menatap pria itu sekali lagi, ini pertama kalinya ia membunuh manusia. Ya manusia, sudah banyak hewan yang ia bunuh. Untuk itu tak ada perasaan bersalah, melainkan perasaan benci

"Ayo, kita susul yang lain."

Alisha mengangguk lalu mereka berdua berjalan linglung menuju gereja, membiarkan mayat pria itu yang akan membusuk