Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Ku Temukan Takdir Cintaku

🇮🇩DaoistSr5PBs
--
chs / week
--
NOT RATINGS
983
Views
Synopsis
Hakim menemukan takdir cintanya setelah beberapa kali mengalami putus cinta. Hakim berkenalan seorang wanita yang bernama Titah di sosial media, instagram. Keduanya pun menjalin hubungan jarak jauh (LDR), keduanya juga ingin sekali untuk segera bertemu. Setelah bertemu dua minggu kemudian keduanya melangsungkan pernikahan. Lalu bagaimana kisah cinta mereka selanjutnya??, jangan sampai ketinggalan ya ceritanya, di simak terus ya kak ceritanya.

Table of contents

Latest Update1
Bab 012 years ago
VIEW MORE

Chapter 1 - Bab 01

Malaysia

Di rumah pak Fadlan,

Di kamar Hakim..

"Kenapo saye harus mengalami patah hati kembali, cinte saye kat khianati kembali, ape udah tak ade cinte yang tulus untuk saye"

(Kenapa saya harus mengalami patah hati kembali, cinta saya di khianati kembali, apa sudah tidak ada cinta yang tulus untuk saya), kata Hakim yang sedang sedih yang baru saja putus dari pacarnya.

Di ruang makan..

"Ibu, Hakim di mana, mengapa tak ade kat meja makan ?"

(Bunda, Hakim dimana kenapa tidak ada di meja makan ?), tanya pak Fadlan.

"Hakim, di dalam bilik nya, pulang dari kerja dia belum keluar dari bilik nya, tunggu sekejap, ayah kat meja makan"

(Hakim ada di kamarnya, pulang kerja dia belum keluar dari kamarnya, tunggu sebentar ya ayah di meja makan), jawab bu Nurmala.

"Ibu nak kemana ?"

(Bunda mau kemana ?), tanya pak Fadlan lagi.

"Ibu mahu pergi ke bilik Hakim, memanggilnya untuk makan malam bersama, sudah tiba masanya untuk makan malam ayah"

(Bunda mau ke kamar Hakim, memanggilnya untuk makan malam bersama, sudah waktunya makan malam ini ayah), jawab bu Nurmala lagi.

"Oh oke, jangan lamo ya ibu"

(Oh baiklah, jangan lama ya bunda), kata pak Fadlan.

"Oke ayah"

(Baik ayah), sambung bu Nurmala.

Indonesia

Di rumah mbah Sakiman,

Di kamar Titah..

"Tugas kuliah tinggal sedikit lagi, hayo semangat Titah mengerjakan tugas kuliahnya", kata Titah.

Di ruang tengah..

"Loh tumben diajeng sendiri nonton tv nya, Titah mana ?", tanya mbah Sakiman.

"Titah enten kang mas ing kamar e"

(Titah ada kang mas di kamarnya), jawab mbah Jumirah.

"Oh..", seru mbah Sakiman.

"Amit mbah saktiman, mbah Jumirah, niki inum uga cemilan ne, kula lajeng pamit dhateng pawon iseh, amit"

(Permisi mbah Sakiman, mbah Jumirah, ini minum dan cemilannya, saya langsung pamit ke dapur lagi, permisi), kata Jumiati.

"Inggih Jum"

(Iya Jum), sambung mbah Sakiman.

"Maturnuwun nggih Jum, oh nggih Jum, panjenengan ningal Paijo mboten ?"

(Terimakasih ya Jum, oh ya Jum, kamu lihat Paijo tidak ?), tanya mbah Jumirah.

"Inggih sami-sami, mbah Jumirah, apunten mbah Jumirah, kula mboten melihat mas Paijo, bokmenawi Cecep utawa mas Pur mangertos mas Paijo ing pundi, mbah Jumirah"

(Iya sama-sama, mbah Jumirah, maaf mbah Jumirah, saya tidak melihat mas Paijo, mungkin Cecep atau mas Pur tahu mas Paijo dimana, mbah Jumirah), jawab Jumiati.

"Oh mekaten"

(Oh begitu), kata mbah Jumirah.

"Nggih sampun menawi mekaten kula tedha tolong, tolong panjenengan timbali Cecep uga Purnomo dhateng mriki nggih Jum"

(Ya sudah kalau begitu saya minta tolong, tolong kamu panggil Cecep dan Purnomo ke sini ya Jum), sambung mbah Sakiman.

"Laksanakan mbah Sakiman, amit"

(Laksanakan mbah Sakiman, permisi), kata Jumiati lagi.

"Nggih Jum"

(Ya Jum), kata mbah Sakiman dan mbah Jumirah.

Di kamar Titah lagi..

"Alhamdulillah akhirnya selesai juga tugas kuliahnya, sekarang tinggal, yah kouta internet habis lagi, beli dulu deh", kata Titah.

Di depan rumah mbah Sakiman..

"Aman tidak ada Cecep, saatnya keluar rumah hehe", kata Titah yang melihat Cecep tidak ada di pos satpam.

Di ruko teteh Sulis..

"Assalamu'alaikum, teh, teh Sulis..", Titah memberikan salam pada teteh Sulis.

"Wa'alaikumussalam", teteh Sulis menjawab salam dari Titah.

"Eh aya neng geulis, hayang beuli naon neng, pulsa atau sejena lainnya ?"

(Eh ada neng cantik, mau beli apa neng, pulsa atau yang lainnya ?), tanya teteh Sulis.

"Muhun teh, abdi hayang beuli pulsa nya, biasa kouta ludes hehe.."

(Iya teh, saya mau beli pulsa ya, biasa kouta habis hehe..), jawab Titah.

"Oh oke, sabaraha nomer na neng ?"

(Oh oke, berapa nomernya neng ?), tanya teteh Sulis lagi.

"O815-xxxx-xx29", jawab Titah lagi.

"Pulsa na nu sabaraha ieu neng ?"

(Pulsanya yang berapa ini neng ?), tanya teteh Sulis lagi.

"Nu lima puluh ribu wae teh"

(Yang lima puluh ribu saja teh), jawab Titah lagi.

"Oke..", seru teteh Sulis.

"Atos asup teh, ieu duit na, pas nya teh"

(Sudah masuk teh, ini uangnya, pas ya teh), kata Titah.

"Muhun neng geulis"

(Iya neng cantik), sambung teteh Sulis.

"Assalamu'alaikum", Titah memberikan salam pada teteh Sulis.

"Wa'alaikumussalam", teteh Sulis menjawab salam dari Titah.

Di rumah mbah Sakiman,

Masih di ruang tengah..

"Jadi benar tidak ada yang melihat Paijo ?", tanya mbah Jumirah.

"Inggih, mboten mbah Jumirah"

(Iya, tidak mbah Jumirah), jawab Purnomo.

"Cecep nya juga tidak ibu bos nya", jawab Cecep juga.

"Apunten mbah Jumirah punika Paijo, eh jo, jo"

(Maaf mbah Jumirah itu Paijo, eh jo, jo), kata Purnomo.

"Menapa, punapa ?"

(Apa, kenapa ?), tanya Paijo.

"Panjenengan punapa ta jo ?"

(Kamu kenapa sih jo ?), tanya mbah Sakiman.

"Assalamu'alaikum", Titah memberikan salam pada semua yang ada di ruang tengah.

"Wa'alaikumussalam", semua yang ada di ruang tengah menjawab salam dari Titah.

"Loh nak, bukannya kamu di kamar mengerjakan tugas kuliah, kok kamu datang dari luar, darimana kamu ?", tanya mbah Jumirah.

"Iya tadi di kamar, tugas sudah selesai, kouta juga habis, jadi Titah beli dulu deh, loh ini ada apa mbah, kenapa di kumpulkan di ruang tengah semua ?", tanya Titah juga.

"Mbah kakung mu mau mengumumkan sesuatu nak", jawab mbah Jumirah.

"Loh mas jo kenapa ?", tanya Titah lagi.

"Tidak tahu nak, ini lagi di tanya oleh mbah kakung mu, ayo jo jawab pertanyaan dari suami saya", jawab mbah Jumirah lagi.

"Putus cinta mbah Jumirah, mbah Sakiman, Desi pacar saya di jodohkan oleh kedua orang tuanya", jawab Paijo sambil menangis.

"Hu lebay, huuu cengeng, lembek sekali sih jadi laki-laki, ingat mas jo mati satu tumbuh seribu, perempuan di dunia ini masih banyak stok nya", kata Titah mengejek Paijo yang sedang patah hati.

"Nah dengar tuh bu ustazah", sambung mbah Jumirah.

"Ya sudah mbah, Titah mau ke kamar dulu", kata Titah lagi.

"Iya nak", sambung mbah Jumirah.

"Oh ya ini ada pengumuman untuk kalian para abdi dalem ku, mulai bulan depan gaji kalian naik enam puluh persen", kata mbah Sakiman.

"Alhamdulillah..", kata Paijo, Jumiati, Purnomo, dan Cecep.

"Dan untuk Paijo", kata mbah Jumirah.

"Inggih kula mbah Jumirah"

(Iya saya mbah Jumirah), kata Paijo yang masih menangis.

"Kamu temui Titah gih, kamu keluarkan keluh kesah ku, mungkin Titah mau mendengarkan nya", sambung mbah Jumirah.

"Laksanakan Mbah Jumirah", kata Paijo lagi yang masih menangis.

"Loh kok Titah sih diajeng ?", tanya mbah Sakiman.

"Memang biasanya begitu kan kang mas, Paijo berbagi keluh kesahnya pada Titah, karena hanya Titah saja yang ingin mendengarkan keluh kesahnya", jawab mbah Jumirah.

"Kamu ada benarnya juga sih diajeng dari pada dia tidak fokus kerja", kata mbah Sakiman.

Di kamar Titah lagi..

"Lupa ambil minum dan cemilan lagi, ke dapur dulu deh", kata Titah yang melupakan sesuatu dan juga baru saja masuk kedalam kamarnya.

Di depan kamar Titah..

"Assalamu'alaikum", Paijo memberikan salam pada Titah.

"Wa'alaikumussalam", Titah menjawab salam dari Paijo.

"Mbak Titah ini saya bawakan..", kata Paijo yang datang ke kamar Titah yang membawa cemilan dan Air untuk Titah, yang sebenarnya Paijo ingin curhat.