Bocah kecil itu malah merangkul leher Fugaku, mencium wajah Fugaku dan tersenyum, "Namaku Nurul, apakah Ayah sudah ingat?"
"Nurul, baik, Nurul ..." Fugaku terus menyebut nama ini di dalam hati, seolah-olah ingin memberi tanda di dalam hatinya, kemudian segera berkata, "Sudah, ayah sudah ingat."
"Kalau begitu apa margamu?" Tanya Fugaku. Fugaku sedikit sedih, dirinya sendiri tidak pulang begitu lama, marga putrinya seharusnya ikut Ibunya, kan?
Tapi Nurul malah menggelengkan kepala dan berkata, "Tidak ada, Nurul tidak mempunyai marga, hanya bernama Nurul saja."
Begitu perkataannya jatuh, Fugaku seolah-olah disambar petir, seluruh tubuhnya menjadi gemetar.
"Tidak ada marga?" Setelah menatap Nurul dengan bodoh, wajah Fugaku penuh dengan ekspresi menyalahkan dirinya sendiri.
"Apakah karena tidak tahu siapa Ayah kandungnya? Sehingga tidak memberi marga kepada anaknya?" karena masih memeluk sedikit harapan, mungkin suatu saat nanti, Ayah dari anak ini akan pulang?
"Aprilia …" Fugaku tiba-tiba merasa sedih, dalam lima tahun ini, Aprilia pasti menjalani hidup dengan sangat sulit. Dalam waktu sesaat, Fugaku merasa dirinya sendiri merupakan pria brengsek.
Saat ini, kedua tangan Nurul memegang pipi Fugaku, ia berkata dengan memonyongkan mulut, "Anak-anak di dalam kompleks mempunyai Ayah, hanya Nurul tidak mempunyai Ayah. Sekarang, Ayah sudah pulang, kedepannya jangan meninggalkan Nurul lagi, okey?"
Fugaku tiba-tiba gemetar, kemudian segera memeluk Nurul, Fugaku seperti bersumpah, bergumam pada diri sendiri, "Ya! Ayah berjanji, kedepannya Ayah tidak akan pergi lagi, Ayah akan menemani Nurul."
"Janji, kan?" Nurul menatap lurus ke arah Fugaku.
"Ya, ayah janji." Fugaku mengangguk dengan serius, "Sekarang, Nurul mempunyai marga, Nurul bermarga Meteor dan bernama Nurul Meteor.
"Nurul Meteor …" Bocah kecil itu menyebutnya beberapa kali, merasa nama ini sangat enak didengar, bocah kecil itu tiba-tiba tersenyum, "Yeah, Nurul sudah mempunyai marga, dan bernama Nurul Meteor, hebat!"
Begitu melihat penampilan Nurul yang senang, Fugaku juga mengeluarkan sedikit senyuman yang tulus. Tanpa disadari, Fugaku juga memikul sebuah tanggung jawab yang berat di pundaknya.
Sebelumnya Fugaku berdiri untuk negara, sekarang Fugaku berdiri untuk keluarganya, untuk istri dan anaknya.
"BUGH!" Pada saat ini, pintu kantor tiba-tiba dibuka dengan kuat, seorang wanita cantik yang bertubuh tinggi berjalan masuk.
Wanita itu mengenakan sepatu tinggi yang tajam, bergegas ke arah Fugaku dengan cepat, kemudian merebut Nurul dari pelukan Fugaku.
Sepasang mata yang indah penuh dengan kemarahan, "Siapa kamu, apa yang ingin kamu lakukan terhadap anakku!"
Dalam waktu sesaat, semacam kedinginan yang menolak orang dengan tegas menghantam kemari. Fugaku menatap wanita dingin yang seperti ayam betina melindungi anaknya di depan dengan tercengang, perlahan-lahan tatapan berubah menjadi kaget. Waktu sudah berlalu begitu lama, Aprilia masih seperti sebelumnya.
Anggun, cantik, dingin dan membuat orang terpesona. Bibir merah yang berkulit halus dan kilau, sepasang mata dingin, hidung mancung. Jika mencocokkan semuanya, seperti karya seni yang terbaik di alam semesta, sangat indah melebihi apapun. Pria atau wanita yang normal, selama melihat wajah yang begitu dingin seperti es ini, mereka akan memiliki rasa rendah hati yang dalam.
"Ibu!" Tidak menunggu Fugaku berbicara, Nurul langsung memeluk Aprilia dengan erat, Nurul sangat senang hingga menepuk tangannya, "Nurul sudah menemukan Ayah!"
"Hah?" Ekspresi di wajah Aprilia tiba-tiba berubah, menatap Fugaku dengan tatapan terkejut.
Dalam waktu yang lama, Aprilia baru menjadi tenang, memaksa diri untuk mengeluarkan sedikit senyuman, kemudian bertanya, "Nurul, Ayah yang kamu katakan itu … dia?"
"Iya, Ayah mengatakan bahwa dia tidak akan meninggalkanku lagi, Ayah juga mengatakan bahwa Nurul sudah memiliki marga. Nurul bermarga Meteor dan sekarang aku bernama Nurul Meteor …" Nurul berkata dengan nada yang begitu bahagia.
Nurul semakin mengatakannya, tubuh Aprilia bergetar semakin kuat, dadanya terus berdebar.
Aprilia memaksakan dirinya untuk tenang, ia berjongkok dan mengusap rambut Nurul, kemudian mengeluarkan sedikit senyuman dan berkata, "Nurul, kamu pergi ke ruang bermain, okey? Ibu dan Ayah ingin berbicara sesuatu."
"Baik." Bocah kecil itu menjawab dengan patuh, kemudian berjalan ke ruang bermain.
Begitu Nurul pergi, kantor hanya tersisa Fugaku dan Aprilia. Suasana seketika menjadi dingin dan tegang.
"Katakan saja, siapa kamu, apa tujuan kamu mendekati anakku." Aprilia bertanya dengan nada tenang, tapi aura yang keluar dari tubuhnya malah tidak sabar ingin membekukan Fugaku.
Setelah mendengarkan ini, Fugaku juga tercengang. Ekspresi wajahnya berubah secara tak terduga, Fugaku menarik napas panjang. Fugaku sudah hilang hampir tiga tahun, sekarang tiba-tiba pulang, Aprilia salah paham dan juga bisa dimaafkan.
Waktu akan membuktikan segalanya, Fugaku menatap Aprilia dengan tatapan lembut, ia berkata dengan tenang, "Aku adalah Fugaku, dan aku merupakan Ayah kandungnya Nurul."
Tidak menyangka bahwa Fugaku baru saja selesai berbicara, mata Aprilia terlintas senyuman sinis. Aprilia mengambil secangkir teh dan mencicipinya dengan elegan, kemudian menatap Fugaku dengan wajah tanpa ekspresi.
"Apakah kamu tahu kamu bukan yang pertama dan juga bukan yang terakhir," ucap Aprilia.
"Apa maksudnya?" Mata Fugaku terlintas niat membunuh yang dalam.
Jangan-jangan masih ada orang lain yang mendekati Aprilia dan Nurul selain Fugaku? "Kalian menyamar sebagai Ayah kandung dari anakku, bukankah hanya karena uang? Aku memberitahumu, itu tidak mungkin!"
Di dalam mata Aprilia terlintas semacam tatapan yang membuat orang sangat takut, "Di dunia ini, tidak ada seorang pun yang bisa melukai Nurul."
Fugaku tetap diam, hanya saja tatapannya semakin dingin. Bagaimanapun juga semuanya salah Fugaku. Jika bukan hilang selama dua tahun ini, bagaimana mungkin siapa Ayah kandung dari anak pun tidak tahu? Sehingga bisa memberi kesempatan kepada orang yang berniat jahat.
"Kamu bukan Ayah kandungnya Nurul, jauhkan dirimu dari Nurul!" Tatapan Aprilia sangat dingin.
Fugaku menggelengkan kepala dan berkata, "Aprilia, jika kamu tidak percaya, kamu bisa pergi melakukan Tes DNA."
"Aku benar-benar merupakan Ayah kandungnya Nurul, dan juga merupakan suamimu yang telah hilang selama dua tahun lebih!"
"Tutup mulutmu!" Setelah mendengar tes DNA, tubuh Aprilia menjadi gemetar.
Kemudian seperti menerima pukulan yang besar, Aprilia menggebrak meja dengan kuat, matanya penuh dengan kebencian dan penghinaan yang dalam, "Aku tidak mempunyai suami, dua tahun yang lalu, dia sudah mati! Keluar, kamu keluar!"
Setelah melihat Aprilia tidak bisa mengendalikan emosi, matanya memerah, tapi tetap berpenampilan tegas, Fugaku merasa sakit hati seperti pisau yang dipelintir di dalam hati. Fugaku terdiam dalam waktu yang lama, pada akhirnya ia hanya bisa menghela napas. Campuran cinta dan benci selama dua tahun, tidak bisa diselesaikan dalam waktu sesaat.
"Aku akan datang mencarimu lagi, sampai kamu mengakuiku." Fugaku berkata pada Aprilia dengan tatapan tulus.
Seluruh tubuh Aprilia gemetar, ia membalikkan badan, hafinua merasa tersinggung tetapi tidak mempunyai cara lain. Mungkin di dalam hati, Aprilia sudah mengakuinya, hanya saja tidak bisa menerima pukulan ini.
Aprilia bukan orang bodoh, putrinya takut orang asing, tapi malah dekat dengan Fugaku yang baru pertama kali bertemu. Jika mengatakan bahwa mereka tidak mempunyai hubungan darah, Aprilia tidak percaya. Kemudian saat Fugaku hendak berjalan pergi, terdengar suara yang keras, pintu ruang bermain tiba-tiba terbuka.
Nurul bergegas keluar dan memeluk ujung celana Fugaku dengan erat, Nurul menangis dengan sangat kuat, "Ayah … jangan pergi!"
"Ibu jangan mengusir Ayah!" Suaranya terdengar sangat sedih.
Suara Nurul yang menangis seperti jarum menusuk hati Aprilia dengan kuat, tubuh Aprilia juga ikut gemetar. Kemudian Fugaku seperti kayu, sama sekali tidak bergerak, membiarkan Nurul memeluk ujung celananya dengan erat. Fugaku bisa merasakannya dengan jelas, setiap gerakan di bahu bocah keci itu mempengaruhi pikirannya.
Setelah menarik napas dalam, Fugaku berbalik badan dan memeluk Nurul dengan hati-hati, kemudian berkata dengan serius, "Nurul yang manis, Ayah tidak akan pergi."
"Aku sudah mendengarnya, Ibu ingin mengusir Ayah." Nurul tetap menangis dengan kuat, "Ibu jahat, Ibu adalah penjahat!" Begitu perkataannya jatuh, pupil kedua orang itu menyusut.
Fugaku segera memeluk Nurul dengan erat, Fugaku terus berkata, "Jangan menyalahkan Ibu, Ibu bukan penjahat. Ayah barulah penjahat, membiarkan kalian menjalani kehidupan yang begitu sulit selama ini…"
Kemarahan di wajah Aprilia juga menghilang dalam waktu sesaat, digantikan dengan ekspresi cemas yang kacau. Tidak peduli Fugaku atau Aprilia, mereka tidak ingin melihat anaknya menangis. Aprilia segera berjalan mendekati anaknya, menghibur dengan nada lembut.
"Ibu tidak mengusir Ayah, Ibu hanya sedikit marah."
"Ibu marah dan Ayah pergi tanpa pamit, meninggalkan kita berdua dengan kejam."
Begitu teringat hari-hari yang menyakitkan saat mengandung Nurul, serta air mata yang mengalir di setiap malam, mata Aprilia memerah dan berkaca-kaca. Jika adegan ini dilihat oleh karyawan di Altar Company, mereka pasti sangat kaget. Presiden Aprilia yang terkenal dingin dan bersikap tegas juga akan mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya.
Fugaku terdiam dalam waktu yang lama, kemudian mengeluarkan satu kata, "Maaf."