Chereads / ANGELIC DEVIL [MILEAPO FANFICTION] / Chapter 150 - S2-107 THE START

Chapter 150 - S2-107 THE START

"The game started ...."

[ANGELIC DEVIL: The Crown]

Begitu keluar gerbang, Paing pun melajukan mobil semakin kencang. Lalu memasang wireless headset di telinga untuk menelpon.

Trrttt!

"Halo?" panggil Paing. Tapi yang menyahut justru klakson motor dari seberang sana. Suaranya agak berisik. Sehingga Paing menunggu karena si penerima kemungkinan di jalan juga.

"Halo," sahut Mile. Alpha itu melaju dari garis lampu merah. Menutup helm, sama-sama memakai wireless headset juga.  "Aku sudah ada di jalan. Baru berangkat. Kata Jeff harus menjemput Amaara dulu."

Paing pun mengangguk pelan. "Oke, santai saja," katanya. "Aku pun baru berangkat."

"Hm."

"Lagipula Bretha baru landing jam 10 pagi," imbuh Paing. "Jadi, Luhiang pasti takkan keberatan."

"Oke."

Tuuutttsss ....

Setelahnya Paing mematikan sambungan tanpa penutup. Mile pasti paham pembicaraan itu. Karena kemarin mereka sudah mengobrol. Sambil mengemong triplets tentunya. Tentang hal yang menguntungkan mereka, yakni rencana peringkusan company di balik layar. Toh Mile ingin menebus dosa.

Mantan suami Apo itu boleh semaunya selama di kursi, tapi Mile takkan biarkan Pomchay naik dengan masalah tertinggal. Bagaimana pun sang kakak baru saja sembuh, maka jangan ditambahi beban hanya karena ulahnya. Dia pun meladeni Paing untuk bergabung meskipun sebenarnya sangat segan.

Bagaimana tidak? Mile akan memasuki circle Paing dan bertemu temannya. Padahal ada banyak tokoh yang pernah dia khianati. "Kau yakin ini tidak masalah?" tanyanya.

"Hanya jika kau mau saja," tegas Paing.

Mile pun menoleh ke perut besar Apo waktu itu. Lalu mereka bertatapan tanpa sengaja.

DEG

Oh? Sepertinya Apo salah tingkah saat memainkan ponsel, tapi Mile memberikan senyum padanya. "Baiklah, bisa," katanya. "Lagipula kalau dibiarkan. Lama kelamaan triplets pasti kena juga."

"Benar."

"Apo harus aman untuk anak-anak. Dan kau pun demi keluargamu."

"Ya."

Meski Paing memiliki alasan sama, dia tidak vokal menyebutkan Apo dalam misinya. Semua agar Mile mengambil bagian. Toh yang tahu seluk beluk Oslo tetap Alpha itu. Paing akan merangkul Mile bersama yang lain, meski Amaara sulit diajak kompromi. Kata Jeff, "Dia bilang ikut, tapi punya persyaratan, Tuan Takhon...."

Paing pun mengalihkan fokus dari Blau Er. Terus menelpon, meski Kay dan Ed juga mengerubuti di "Istana Kecil." pada waktu itu. "Apa katanya?"

"Informasi dibalas dengan informasi. Karena dia ingin tahu penyebab Nadech tidak menjemput hingga sekarang."

Setelah sekian lama, Paing pun ingin tertawa. Agak psikotik, memang. Tapi Alpha itu prihatin dengan kata-kata Mile. Tentang hubungan antar sepupu Suppasit, tapi entah bagaimana cara membuktikannya pada Amaara.

"Oke, tapi itu urusan Mile untuk bicara padanya nanti," kata Paing. "Karena dia saksi yang melihat kejadian. Bukan aku. Jadi kau sendiri cukup fokus bersamaku."

"Baik, Tuan Takhon," sahut Jeff sembari mengangguk. Dia seolah sedang menghadapi Paing langsung, terlihat betapa patuhnya raut wajah Alpha itu.

"Oh, iya ... Luhiang juga akan memberimu bekal," kata Paing.  "Karena dia juga jengkel jika seseorang mengorek dari belakang begini."

"Baik."

Jujur, Jeff hampir melupakan bahwa Luhiang urutan kedua. Dia mungkin tak masalah dikalahkan Paing yang merupakan komplotan sendiri. Tapi maaf, kalau seorang Kugumiya tiba-tiba mengancam, lihat saja. Luhiang takkan mengampuni dia. Apalagi itu sempat mengganggu fokusnya kerja.

"Hei, Luhiang ...." panggil Paing.

Sesampainya ke kafe "Aestru", Alpha itu pun masuk sembari melepas masker. Dia santai saat naik ke rooftop. Sebab sudah dikosongkan Luhiang untuk mereka saja.

"Halo, Takhon. Bagaimana kabar dada bocormu? Sudah baik?" tanya Luhiang sembari menoleh.

"Ya, begitulah. Aku masih hidup sampai sekarang," jawab Paing kalem. Dia berdiri di sebelah Luhiang. Menatap kota, lalu menerima permen mint dari sang rekan. "Thanks."

"Hmph, bahkan lebih baik dariku ya ...." sindir Luhiang dengan nada julid. "Padahal aku yang duluan nge-gas, tapi kau sekarang sudah punya empat baby saja--shit! Kau ini selalu menang ya di mana-mana. Sangat menjengkelkan sekali ...."

Paing yang dicubit pun tertawa lepas. "Ha ha ha ha ha, aku saja kaget langsung dapat empat. Jadi kau keliru kalau mengiri padaku," katanya, yang membuat Luhiang makin menjadi. Wanita itu sengaja melampiaskan kesal. Biar sekalian tuntas, daripada berlarut-larut menjadi gondok.

"Rasakan kau! Rasakan! Rasakan! Rasakan! Rasakan!"

"Ha ha ha ha ha ha ...."

"Mana datang pamer kissmark segala, astaga ...." desah Luhiang. "Padahal aku loh yang akan menikah, tapi rasa pengantinnya malahan direbut orang--FUCK! Brengsek lah kau, Takhon! Brengsek! Brengsek! Lain kali pasti kucubit mate-mu juga. Hrrghhh!!!"

"Ha ha ha ha ha ...."

Keduanya pun main catur sembari menunggu. Sebab tak seorang pun masuk hingga pukul 8. Biar tidak ada waktu terbuang kan? Paing dan Luhiang juga mengisinya dengan diskusi. Karena Luhiang tertekan juga bersama Sanee. "Ya ampun, Takhon. Ma-mu itu benar-benar tegas. Aku capek, sumpah. Rasanya ingin jungkir balik sebelum rapat selesai," katanya mendadak curhat. "So, cepat sembuh dan kembalilah bekerja, oke? Aku lama-lama tidak tahan lagi."

Sambil menggeser bidak putihnya, Paing pun mendengus geli. "Hm, tunggu saja. Aku recovery 3 minggu lagi. Setelah itu pasti langsung check-up ulang," katanya. "Lagipula jangan sampai Yuzu lama-lama cuti. Karena sekarang dia terpisah dari Alpha-nya juga."

Luhiang pun memicingkan matanya. "Benar, ya. Jangan sampai aku memukulmu dulu agar sadar. Karena aku juga kangen melihatmu di tempat kerja."

Tak!

Sangking kesalnya, wanita Alpha itu pun langsung bermain brutal. Asal maju bidak sana sini. Dan tentunya berakhir kalah.

"Ha ha ha ha ha, skakmat," tawa Paing. "Kali ini kau harus beli motornya sendiri. Yang semangat. Jangan sampai Omega-mu kecewa di momen pentingnya."

"Iya, iya. Cih ...." kata Luhiang sembari menyulut rokok. "Gampang lah itu. Archen sudah kusiapkan mobil, golf field, dan lain-lain kok. Tapi lumayan juga kalau dapat motor darimu."

Paing pun geleng-geleng kepala.  Alpha itu menyesap jus-nya perlahan. Mencoba santai, padahal otaknya berputar cepat. "Hm, bagus," katanya. "Tapi maaf aku yang sekarang tidak mau santai. Karena uangnya mending dipakai jajan para baby."

Luhiang akhirnya tidak memberikan ampun lagi. Dia menghampiri Paing untuk mengeteki. Walau setelah itu mereka kembali bercanda. "Ha ha ha ha ha! Lucuuuuu!" katanyaWanita itu pun menggeser isi galeri sang rekan terus. Penuh antusias. Pertanda Paing sering bermain dengan mereka. "Ih, ya ampun. Pipinya .... sial! Awas kalau punya-ku sudah keluar, pasti kujunjung dia keluar bumi. Hisssshhhh!" desisnya sambil mengesuni bagian layar.

Luhiang bahkan mencetuskan gagasan jodoh-jodoh. Terus mengakhayal. Siapa tahu anak mereka ada Alpha dan Omega. "

Ayo, Takhon! Jadikan salah satunya untuk anakku! Pasti keren! Karena kita akan menjadi besan. HA HA HA HA HA!"

Paing pun balas mengeteki Luhiang. Dia merebut ponsel sebelum topiknya kemana-mana.  Apalagi wanita itu sempat meledeki wallpaper-nya. "Ah, ya ampun! Lihat diaaa! Takhon-ku sudah bertumbuh! Omega-nya bahkan terpampang di layar, asdfghjkl!" katanya heboh sendiri.

Keduanya pun tanding ulang untuk taruhan lain. Kali ini Paing memakai bidak hitam untuk mengincar reward-nya. "Kau yakin?" tanyanya. "Mobil seven seat-baby jelas sangat mahal, Lu. Dan kau mungkin harus custom dulu jika aku menang nanti."

Luhiang justru menyeringai. "OKE, siapa takut!" katanya dengan nada sangat bocah. "Lagipula itu kalau kau menang. Jika tidak, just wait. Aku ingin MV Agusta-nya tetap dibelikan. Senangkan Omega-ku. Jangan kesal saja jika nanti malah kalah. HA HA HA HA HA!"

Oh, serius. Permainan catur berikutnya pun berjalan sengit. Bahkan Luhiang memaki saat kalah untuk kedua kalinya. "AAAARRRRHHH! BAJINGAAAAN!" teriaknya sebelum menenggak kopi.

BRAKH!!

Gulp. Gulp. Gulp. Gulp. Gulp.

"Ahhhh!" desah wanita itu usai membalikkan papan catur. Dia kelihatan sangat-sangat lega. Mengusap bibir, lalu menunjuk Paing dengan cangkirnya. "Baik, baik. Tak ada ruginya kalau membelikan keponakanku," katanya. "Tapi, ingat ya ... Takhon gila. Kalau anak kita semua lahir, janji ayo liburan bersama kapan-kapan ...."

Sumpah, ya. Gaya Luhiang sudah mirip orang mabuk saja, tapi Paing tetap mengiyakan pada akhirnya. "Hm, bisa. Tapi kutanya Apo dulu dia mau kapan."

"YASSSS!!!!" teriak Luhiang. Lalu kembali tertawa sesuka hatinya. "HA HA HA HA HA HA HA!"

Saat itu, suasana benar-benar sangat damai. Luhiang sampai menghabiskan rokok keduanya. Tapi dia batal santai saat banyak kendaraan masuk ke kawasan parkiran.

DEG

"Mereka datang, Takhon. Semuanya ...." kata Luhiang sembari menilik ke bawah. Paing pun mengikuti langkahnya. Namun, mereka sama-sama diam melihat Mile dan Amaara berjalan dengan tubuh luka-luka.