"Our secret base ...."
[ANGELIC DEVIL: The Crown]
Mendengar cerita barusan, rasanya Apo langsung bercampur aduk. Antara senang, lega, syok, sedih, tapi dia paling kesal kepada diri sendiri. Apo tidak pernah tahu Paing berjuang sekeras itu. Padahal dulu dirinya selalu marah.
"Oke, Phi. Bangun atau tidak, terserah! Tidur saja sepuas hati. Bermimpi. Biar kuurus ini sendiri."
BRAKHHH!
Dia sering uring-uringan. Benci segala hal. Seolah Paing sudah tak peduli perasaannya. Namun, apa yang Apo tahu ternyata tidak sesederhana itu.
"S-Serius?" tanya Apo. "Jadi, Phi meninggalnya sampai 26 menit? Maksudku, benar-benar tidak bernapas?"
Sambil menatap wajah lucu Apo, Paing pun membelai helaian rambutnya lembut. "Hm, coba kalau genap 30 menit ...." katanya. "Para medis diharuskan menggeladak pasien ke ruang mayat. Jadi jasad bisa dibekukan sementara waktu."
DEG
".... t-tapi, tapi ... kenapa Dokter Piya tidak memberitahu?" tanya Apo. "Phi melarangnya kah? Jangan bilang Opa, Oma, dan Yuzu pun belum dengar kabarnya--"
"Sssh, tidak penting," sela Paing. "Jangan membuat mereka ikutan sedih. Yang penting aku sudah kembali bersamamu. Jadi anggap saja tak pernah terjadi."
Tenggorokan Apo pun tercekat mendengarnya. "...."
"Cukup antara kau dan aku, paham?" tegas Paing. "Hanya kau yang kuizinkan tahu hal-hal seperti ini."
Detik itu, Apo pun langsung sadar sesuatu. Selama ini Paing memiliki dunianya sendiri. Sangat tertutup nan rahasia, dan Paing tidak pernah membiarkan seorang pun memasuki hati terdalamnya. Apa yang membuatnya sakit, sedih, marah, kesal ... bahkan meski Yuzu paham emosinya--sang adik tak pernah ditarik ke titik ini. Ya, meski Paing pernah cerita padanya. Tapi kondisi tidur knotting, tentu takkan sejelas ini. Sekarang Apo serasa didekap erat, digenggam. Seolah sekali hadir jangan sampai kau keluar lagi.
"Iya, Phi, maaf ...." kata Apo. "Aku janji kok. Pasti nanti kulakukan seperti maumu."
"Hmp, bagus."
Cup.
Apo terpejam ketika keningnya dikecup.
"Sekarang tidurlah yang nyenyak. Sweet dreams ... besok kan kau kerja lagi," kata Paing. Alpha itu pun mendekatkan kening mereka, menutup mata, tapi justru Apo yang gantian sulit beralih pandangan. Dia lama tidak berkedip. Sangat tenang. Lalu meniru apa yang Paing lakukan.
Dengan telunjuk, perlahan Apo meniti hidung mancung sang Alpha. Dia mengulum senyum penuh kebahagiaan, tanpa tahu Paing menarik tengkuknya mendekat. "Eh--!"
Alpha itu pun menciumnya beberapa kali. Tanpa membuka mata. Kemudian mendekap Apo ke dadanya. "Jangan macam-macam, sudah larut ...." katanya. "Kita harus mengajari mereka disiplin sejak dini, oke? Jangan sampai lahirnya nanti mudah bangun dan rewel di tengah malam."
DEG
Demi apa?!
Memang itu akan berpengaruh ya?!
Apo pun langsung memejamkan mata. "Oke, oke, Phi ... sorry," katanya. "K-Kalau begitu sweet dreams juga. Ugh ...."
Paing pun tersenyum kecil sebelum mereka benar-benar terlelap.
.... tapi maaf. Kalau sudah pagi dia boleh usil, kan?
CKLEK!
DEG
"Apo--"
"He he he he he, Phi aku boleh ikutan mandi kan? Awas saja kau menolakku lagi!" kata Apo, yang menerobos masuk tanpa permisi.
Dengan wajah tengil, Apo pun mengunci pintu. Samasekali tidak insecure dengan tubuh hamilnya, bahkan langsung buka piama di depan sang Alpha. Siapa peduli?! Apo yakin dia bisa menundukkan feromon liar Paing, meski setelah itu capek juga didempet ke dinding keramik.
"Ummnh! Umnnhh ... nnh!" desah Apo. Dia memeluk bahu-bahu kokoh Paing. Mencakar tato-nya. Terus bertahan dalam ciuman yang dalam. Omega itu juga dipeluk agar kakinya bertengger di pinggang Paing. Semua agar tidak tergelincir, tapi mudah saja setelah seks berdiri yang dulu. Apo kini mulai paham cara menghadapi Paing. Fetish lebihnya di bagian puting dan pinggul. Karena Alpha itu betah di sana berlama-lama. "Aaahhh, mmh. Ngh ... Phi! A-Aku sudah tidak tahan lagi--cepat masuk!" bentaknya karena dada kiri mulai membengkak.
Namun, Paing masih menghisap di sana semau hati. Memutari titik mungilnya dengan putaran lidah. Lalu menggeseknya dengan gigi-gigi. "Kau benar-benar sangat seksi, Apo--hhh ...." geramnya. Lalu menjilat ke sepanjang dada hingga ceruk lehernya di atas.
"Mmnhh ...." lenguh Apo yang terdongak mengikuti gerakan itu. Dia juga menggeram karena Paing mengisap jakun samarnya. Sangat senang--tanpa sadar akan dimasuki mendadak. "Phi ... hurry up-AH!-"
PLAKHHHH!
"Aku ingin melihatmu memakai body-chain di lain hari ... hmmh ...." bisik Paing saat dada mereka menempel. Apo pun meremas lengan berotot Paing karena terasa penuh. Dan otaknya makin kotor karena membayangkan request barusan. "Bisa? Aku akan menantikan kejutannya kapan-kapan ...."
"Mmnnhh ...." desah Apo. Dia pun mengangguk mau. Walau mungkin harus bertanya ke Archen dahulu. Hei, siapa tahu dia lebih paham, kan? Lagipula mereka berteman baik. Dan kalau melihat cara Luhiang menatap sang Omega, mustahil mereka jarang melakukan seks aneh-aneh. SIAL! TATAPAN LUHIANG SAJA SERING MESUM SEKALI! JANGAN-JANGAN DIA JUGA SUKA HAL SEPERTI INI! "Ahhh! Phiii--! Uhuk! Lebih cepat! A-Aku mau keluar ....!" jeritnya setelah mereka bergerak cukup lama.
Apo jadi membayangkan Paing dan Luhiang mengobrol sesama Alpha. Topiknya aneh-aneh. Lalu meminta fantasi itu kepada Omega mereka. Oh, ya ampun! Tapi ini menyenangkan juga! Ha ha ha! Batinnya, semakin hari semakin masokis. Ingin dinafsui Paing kapan pun itu. Dan Apo juga senang balas menafsuinya.
"Phi!"
"Hmm?" sahut Paing. Usai seks dan mandi bersih, Alpha itu tampak mengecek lehernya di depan cermin. Apo pun terkikik di belakangnya. Mungkin karena kini merasa menang.
"Kelihatan, ya? Gigitanku? HA HA HA HA HA HA!"
Paing pun menghela napas panjang. "Hmmh ... lumayan. Luhiang mungkin meledekku hari ini," katanya. Tapi di Apo justru makin kesenangan di belakang sana. Omega itu tertawa puas, dan rautnya cerah sekali saat mengeringkan rambut dengan hairdryer.
"Hoo, Phi akan bertemu dengannya? Bukan kerja kan?" tanya Apo yang duduk di meja rias. "Tak bilangin ke Oma ya kalau kau macam-macam. Phi kan harus istirahat beberapa minggu lagi," katanya mengomel-ngomel.
"Bukan ... tapi tanding catur mumpung dia bisa libur," kata Paing. "Kami sedang taruhan MV Agusta. Yang kalah harus membelikan baby Archen menjelang kelahirannya." (*)
(*) MV Agusta adalah merek motor sport asal Italia, di bawah Lewis Hamilton. Harga-nya berkisar 970 jutaan.
DEG
"Eh? Hampir lahir?"
"Ya, ini kan bulan ke-4 buatnya," kata Paing. "Yang pasti Archen ingin hengkang-nya dirayakan. Soalnya setelah farewell party dengan grup OXQ, dia mau fokus kepada baby-nya."
"Wah .... Kenapa aku baru tahu?" desah Apo kagum. "Tapi semoga lahir selamat! Tolong sampaikan itu pada dia, ya? Aku hari ini harus membantu Mama."
Perlahan, Paing pun menjauh dari cermin usai membubuhkan vaselin. "Hmm, tentu. Kau pun jangan lupa tidur siang," katanya. Lalu grasak-grusuk di depan lemari. Entah apa yang dilakukannya, yang pasti Apo betah menatap pantulan tubuh Paing selama berganti baju. Hohoho ... aku jadi senang meja riasnya di sini, Batinnya. Lain kali request cermin lebih besar ah ....
"Apo," kata Paing tiba-tiba.
"Hm?"
Apo pun segera mengalihkan pandangan. Omega itu sangat pandai mengatur ekspresi. Lalu pura-pura fokus memakai serum di wajah.
"Phi baru ingat memberikan kalung triplets, jadi tolong pakaikan karena aku tidak paham desain kaitnya ...." kata Paing sambil meletakkan kotak perhiasan lain diantara produk kulit Apo. Cup.
"Oh, oke. Thank you," kata Apo. Lalu mengecup pipi Paing dari samping. Omega itu sibuk memandangi sang mate, tanpa sadar Paing juga meletakkan tiga benda lain di sisi jarinya.
"Terus, mulai sekarang semua pegang dirimu saja. Atur rumah, atau biaya keluar masuk kebutuhan sehari-hari," kata Paing.
"Eh?" kaget Apo, lalu memandangi kartu-kartu beda warna itu. Ada silver, platinum, dan hitam. Lalu Paing menginstruksikan Apo satu per satu.
"Ingat, oke? Yang kedua untuk gaji pelayan, babysitter, sopir, satpam, dan lain-lain ... lalu yang ini terserah kau gunakan untuk apa," kata Paing lagi. Kini Alpha itu membalas tatapan Apo, sangat dalam. Sekaligus merekam rona tipis di pipi-pipinya. "Phi yakin kau akan mempergunakannya dengan baik. Jangan lelah. Dan ini bukan karena aku menganggapmu kekurangan, paham kan?"
"Umn."
"Bagus."
Apo pun berkedip-kedip saat dicium. Diremas jemarinya. Lalu Paing pergi setelah menghirup ubun-ubunnya. "Ah! Phi hati-hati!" serunya segera memutar duduk. "Aku nanti buatkan sesuatu kalau kau pulang! Jangan melewati jam makan malam yaa!"
"Hm, aku pergi."
"Okeeee!"
CKLEK!
Apo pun merasa terbang untuk sesaat. Dia memandangi tiga kartu itu dengan mata berkaca-kaca. Karena kepercayaan Paing membuatnya bahagia melebihi nilai uang yang berada di dalamnya. "Ugh, ya ampun ...." katanya nyaris menangis. ".... danke, Phi. Ich werde auf jeden fall gut auf alles aufpassen für dich ...." (*)
(*) Bahasa Jerman: "Terima kasih, Phi. Aku janji akan menjaga semuanya dengan baik untukmu."