"Shadows ...."
[ANGELIC DEVIL: The Crown]
"Lewat sini, Tuan Natta," kata Jeje Kuncalach begitu Apo keluar. Dia menuntun Apo menuju ke jeruji Mile Phakphum. Tampak gagah dengan atribut polisi lengkap. Tak menoleh sekali pun pada tahanan di sekitarnya.
Apo sendiri tak tahan untuk tak melihat mereka. Seperti Mile, para terdakwa itu masih masa penyelidikan, dan tampak sibuk melakukan kegiatan masing masing. Seperti membaca buku, garuk-garuk punggung, makan, dan Mile adalah salah satu contoh yang tidur. Sang suami berbaring menghadap tembok. Mengenakan pakaian khas tahanan, tapi Apo yakin dia sadar saat jeruji dipukul.
Tang! Tang!
"Bangun! Bangun!" bentak Jeje, sebelum mundur selangkah. "Istrimu datang ingin bicara ...."
Apo pun segera menghormat kepada Jeje. "Terima kasih banyak," katanya sambil tersenyum. "Selanjutnya biar kuurus sendiri, Pak. Tak masalah jika Anda berjaga di luar."
Jeje pun menatap ekspresi Apo. "Baiklah, tapi ingat aku takkan jauh-jauh," katanya. "Kalau ada sesuatu, panggil saja. Aku akan segera kemari."
"Umn."
Setelah itu, perlahan Apo mendekati jeruji Mile. Omega itu menggenggam besinya. Lalu bertanya layaknya bisikan. "Mile, apa kau baik-baik saja?" tanyanya. "Bagaimana rasanya 3 jam pertamamu?"
Mile ternyata tidak menjawab apapun. Apo sampai ragu apa sang suami sungguh sadar, tapi tetap mengeluarkan isi hatinya. "...."
"Kau tahu? Saat di RS aku masih berharap kita pisah baik-baik," kata Apo. "Jadi takkan kutuntut permintaan maafmu, karena aku pun takkan meminta maaf padamu."
"...."
"Pertama soal perceraian. Dan kedua soal triplets ...." tegas Apo. Padahal dalam hati ingin memeluk sosok tersebut. Sekedar ingin tahu apa kau kedinginan setelah masuk? Tapi Apo setuju bahwa hukuman memang perlu agar sang suami paham kesalahannya. "Jadi kalau nanti ada persidangan, kau jangan salah paham padaku ...."
"...."
"Karena aku hadir bukannya untuk membela Nazha, oke? Tapi demi diriku sendiri ...."
Saat itu, Mile tampak bergerak samar. Dia pasti mendengar keseluruhan, sehingga Apo pun memilih menunggu. "Mile?" panggilnya setelah beberapa saat.
Omega itu juga ingin dengar suara hatinya. Tapi juga paham seberapa keras watak Mile Phakphum.
".... kau tidak takut aku melaporkan pacarmu?" tanya Mile tiba-tiba. Itu pun tanpa berbalik pada sang istri.
DEG
"Ah ...." desah Apo seketika.
"Dan kau pun hamil anaknya juga."
Sejujurnya, maksud perkataan Mile sulit dibaca. Entah dia serius atau mengancam saja, yang pasti bukan Apo Nattawin jika mudah tergoyahkan. Badai besar saja pernah dilaluinya, maka takkan Apo biarkan hal seperti ini menenggelamkan. "Silahkan, Mile. Lakukan saja kalau itu maumu," katanya. "Toh kita sama-sama punya kesalahan, jadi wajar kalau kau bertindak seperti itu."
"...."
"Tapi akan kuberitahu kau suatu hal ...." kata Apo sambil menyentuh perutnya. "Kalau pun kita bertiga sama-sama dipenjara, bocah ini takkan pernah kulepaskan begitu saja."
"...."
"Aku akan tetap melahirkannya di dalam sana. Merawatnya. Bahkan meski akhirnya menggunakan margaku sendiri."
Saat itu, Apo sebenarnya peka Mile menahan amarah. Sebab aroma Alpha-nya menguar tajam, tapi entah kenapa tidak bertindak lebih. Dia seperti menekan diri sendiri (cemburu, mungkin?), tapi Apo tetap berdiri di sana. Dia tegak karena Mile takkan berpengaruh lagi, lalu mundur demi jarak aman.
"Apa kau benar-benar mencintainya?"
DEG
"Apa?"
Sungguh pertanyaan dadakan tidak terduga. Jantung Apo sampai kelojotan sangking tidak siapnya, sehingga Mile tertawa-tawa membayangkan ekspresi Omega itu.
"Ha ha ha ha ha, jadi begitu ...." kata Mile dengan bahu bergetar. "Ya, memang sih. Siapa yang tidak suka kepada Takhon."
"...."
"Dia lebih dari segala-galanya. Sangat hebat, tapi iblis juga kalau sudah menyangkut dirimu."
Sambil menahan debaran di dalam dada, Apo pun mengepalkan tangannya kesal. "Mile, aku benar-benar tak paham apa maumu," katanya. "So, bisa jangan berputar-putar? Brengsek, aku di sini untuk bicarakan kasusnya--"
"--ya ini termasuk membahas kasusnya kok ...." sela Mile dengan kekehan. "Karena sudah jelas aku akan lama di sini. Entah karena si pelacur atau dirimu. Cepat atau lambat. Jadi, aku hanya ingin menitipkan sesuatu ...."
DEG
"Hah?"
Kali ini Mile duduk dan memijit kening. Tampak kesal, tapi mungkin kepada diri sendiri. ".... kau ... Apo. Kau itu hanya aku saja yang boleh merusak. Tapi takkan kumaafkan siapa pun kalau orang lain melakukannya." Dia bilang. "Jadi, kalau mau dengannya sekarang terserah. Kuizinkan. Tapi tolong jangan bersama ke Denmark sampai kapan pun."
"...."
Kali ini Mile juga meneteskan air mata, dan itu tampak jelas meski Apo hanya menatapnya dari samping. ".... jangan pernah juga melihat aurora dengannya. Atau membawa triplets ke sana-- karena ... kalau sampai iya, aku akan datang menghajarnya suatu hari. Dan aku tak peduli kau menganggapku tidak dewasa."
Apo pun makin sulit berkata-kata. "Mile ...."
"Itu semua tempatku, Apo. Itu semua adalah milikku saja," tegas Mile. Lalu menoleh dengan mata penuh cinta yang tak pernah Apo lihat sebelumnya. ".... ya, walau aku gagal membawamu pergi. Aku brengsek dan menyebalkan--tapi, setahun ini kau tetap istriku."
Tap ... tap ... tap ... tap ... tap ....
DEG
"W-Wait, wait--Mile--!"
Apo pun mundur lagi karena sang suami mendekat. Dia tertegun saat Mile melepas cincin dari jarinya. Tidak hanya satu, tapi dua. Miliknya, dan milik Apo. Kemudian meletakkannya di sekat jeruji besi.
"Jadi simpan ini, dan tunjukkan kepada triplets. Suatu hari, kalau mereka dewasa. Karena aku tidak ingin Takhon diakui ayahnya," kata Mile. ".... dan yang terakhir. Kau pun harus mengundangku dalam setiap pernikahan mereka. Sebagai tamu pun tidak masalah. Karena aku harus memastikan pasangan mereka tidak sebrengsek aku."
DEG
".... eh."
"Paham?"
Apo pun menatap mata Mile baik-baik. Dia mencari kebohongan di sana, tapi ternyata tak ada. Sang suami sungguh mengatakan segalanya dari hati yang terdalam. "Mile, aku--"
"KATAKAN PAHAM SAJA KALAU KAU PAHAM!" bentak Mile tiba-tiba. Apo sampai takut Jeje kembali, tapi ternyata Mile malah tertawa kecil setelah itu. ".... ha ha ha ha ha, dasar. Kau tidak tahu apa sesusah apa aku memikirkannya selama ini? BEDEBAH SIAL! Tapi masih bagus, karena aku percaya kepada Takhon ... dan kau pintar juga mencari pengganti. Ha ha ha ha astaga ... Apoooooo! HARRRGGHH!"
BRAKKKKHHHHHH!
Seketika, cincin-cincin itu pun jatuh ke lantai. Semuanya menggelinding ke kaki Apo. Dan sang Omega segera memungut keduanya gemetar. "Mile, please jangan panik--Mile ...."
"PERGI!!"
BRAKKKHHHH!
DEG
"Mile--"
BRAKKKKHHHHHH!
"PERGI SEKARANG JUGA, APO NATTAWIN!" bentak Mile terus menerus. Alpha itu juga tak berhenti meninju besi, padahal suara peringatan sudah terdengar di luar sana. "PERGI! MENIKAH! BUAT ANAK YANG BANYAK ATAU APA TERSERAH! CEPAT TEMUI DIA DAN SAMPAIKAN PESANKU, BRENGSEK! AKU AKAN REHAB SENDIRI DAN JANGAN MENUNGGUKU BERUBAH PIKIRAN!"
BRAKKH! BRAKKH! BRAKKH!
TEEEEETTT! TEEEEEET!! TEEEET!
TEEEEEEET! TEEEEEEE!! TEEEET!
Brugh!
"Apa semuanya baik-baik saja, Tuan Natta?! Sebenarnya apa yang sudah terjadi?!" kata Jeje yang baru lari tergesa-gesa. Dia menabrak Apo yang sama kagetnya. Tapi sang Omega segera pergi setelah menatap darah berceceran dari jari Mile.
"Tidak! Tidak! B-BUKAN APA-APA! PERMISI!" kata Apo. Langsung melewatinya begitu saja. Dia pun menerobos keluar kantor. Menyetop taksi. Lalu menghilang dari pandangan mata Mile Phakphum.