Chereads / ANGELIC DEVIL [MILEAPO FANFICTION] / Chapter 13 - BAB 13: JANGAN MEMINTA MAAF

Chapter 13 - BAB 13: JANGAN MEMINTA MAAF

BAB 13

Usai berciuman, Mile menyingkap bathrobe Apo hingga kulit tan manisnya terlihat. Dari wajah hingga perut, kedua matanya menelusur seperti kamera. Apo jadi merasa dipotret dalam memori lelaki itu, lalu dijadikan rahasia dalam album pribadi.

Ckrek! Ckrek! Ckrek! Ckrek! Mile membayangkan flash DSLR-nya menangkap semua keindahan Apo lengkap wajah terbakarnya. Ekspresi Omega itu seperti orang sembelit, tapi Mile memutuskan untuk tidak memberikan ampun.

"Mile—"

Jemari Mile menjelajah dari pinggul lalu naik ke puting kiri Apo. Di sana dia meremas, dan perlahan bibirnya tersenyum seperti iblis. Bagusnya, Apo tetap berusaha tenang. Dia memeluk balik sang Alpha dengan bibir yang agak terbuka karena menahan hasrat.

Perlahan, raut Apo pun berubah merah biru karena pijatan Mile meninggalkan nikmat di dadanya. Bahkan sensasi itu merambat dari ubun hingga ke telapak kaki, yang jemarinya membenam dalam tebalnya seprai di bawah.

"Hhhh ... hhh." Apo terpejam dan terbelalak berulang kali. Dia mengawasi Mile yang mulai menghisap puting kanannya dengan lidah. Lalu berputar di sekitarnya seperti menari.

Panas. Hangat. Dan membuatnya berdebar-debar. Apo yakin Mile sengaja berlama-lama di sana sementara lutut kaki sudah mendesaki selangkangan sang Omega.

"Hei, sudah. Pindah," kata Apo memperingati. Dia tampak marah-marah, tapi Mile malah menggigit hingga rintihannya mulai terdengar. "Kkhh ...."

"Tidak, karena baru saja kau bilang jadi milikku. Tentu akan kusentuh kau dengan cara yang kusukai."

"Mile ... hnnnh."

Cup. Cup. Cup. Cup. Mile menjelajahi permukaan timbul dan tenggelam di sekitar dada Apo sebelum meninggalkan gigitannya secara menyebar. Dari sekitar puting menuju ke bagian diafragma, lalu turun ke perut dan pinggul bawah.

Apo sampai syok karena celana dalamnya ditarik tiba-tiba, bahkan benda itu dirobek karena kelamaan melewati kaki—krakh!

"MILE!"

"Cih, itu sangat menghalangi."

"Haaa, sial. Aku belum terbiasa!" Apo pun mengambil bantal di sisi kepala dan menutup mukanya. Dia tidak mau melihat detik-detik Mile menjelajahi penisnya menggunakan lidah, apalagi kedua kakinya sudah dibuka di depan wajah sang Alpha.

Ya ampun malu sekali! Kenapa sih harus jadi Omega? Apo inginnya tidak basah di bawah sana, tapi ketika berhasrat memang otomatis begitu. Mile tentu tidak butuh lubrikan lagi, lalu melakukan penjarian sembari mengulum miliknya.

"Ah!" Apo merinding karena lidah itu menerobos masuk ke dalam. Dia menjambak bahu Mile hingga jas pertunangannya sedikit longgar, sementara sang Alpha malah menautkan jari-jari mereka.

"Apo, lihat aku."

"Tidak! Sumpah aku tidak sanggup!" teriak Apo. "Ini beda dari yang waktu itu, Mile. Aku sadar—"

Blukh!

Mile gemas menyambar bantal Apo hingga terlempar dari wajahnya. "Oh, ya. Bagus kalau memang beda. Jadi anggap saja malam ini yang pertama, bagaimana?"

Apo sepenuhnya kehilangan muka dingin setelah dikuasai seperti ini. Dia panik bahkan hanya dengan ciuman di kening. Apalagi ketika bibirnya dibelai menggunakan jari. "Mile, kau jadi semena-mena ya kalau sudah diberi permisi—"

"Bukankah aku pantas mendapatkannya?" sela Mile dengan kekehan. "Kau mengerjaiku sampai bingung dan kepikiran berminggu-minggu. Apo, kau memang harus dihukum malam ini."

DEG

Seketika raut Apo makin tegang karena Mile membuka resleting celana langsung di depan matanya. Dia inginnya tidak melihat, tapi mana mungkin kalau sudah seperti ini?

Apo berkedip-kedip melihat penis bengkak Mile yang keluar dari dalam, apalagi sang Alpha amat sangat tidak tahu malu.

"Tunggu, tunggu, tunggu, jangan begini—"

"Kau tahu kenapa bayiku monster? Maka sentuh saja kalau mau benar-benar paham."

Apo ingin berteriak ketika tangannya dituntun ke sana, apalagi Mile menguatkan posisi lututnya agar membuatnya leluasa menyentuh. Bagian itu menggembung, panjang, dan berat di telapaknya. Mile sampai menahan tawa sebisa mungkin, karena Apo benar-benar kelihatan sisi pemulanya jika dihadapkan hal seperti ini.

"Kenapa? Menyesal memilihku jadi Alpha-mu? Dia sudah pernah masuk dan nyatanya sanggup membuat baby hanya dalam satu ronde."

"M-Mesum." Apo pun membuang muka, tapi lalu duduk dan bersandar. "Sebentar, aku tak mau berbaring. Jangan sampai kau menimpa perutku atau nanti jadi sakit."

"Hmmm, manisnya."

"Diam, Mile—"

Mile sudah menarik tengkuk Apo untuk berciuman. Lelaki itu menunduk sementara Apo mulai mengurut batang penisnya, walau telapak tangan sang Omega dingin sekali. Dia gugup! Dia gugup! Keringat yang merembes saja sampai membuat penisnya ikutan lembab—

"Mnnhh ... mnn," lenguh Apo dengan jantung yang berisik. Meskipun begitu, gemetar di jarinya malah menambah keintensan persetubuhan itu. Apo diremas di bagian bahu saat Mile mendekapnya sangat dekat. Dan posisi itu membuatnya bisa menghirup aroma sang Alpha yang menyejukkan. Hingga isi kepalanya menjadi tenang. "Mile ...." Tiba-tiba, bola mata Omega itu berkaca-kaca. Antara gelisah dan malu. Antara takut dan menahan marah kepada diri sendiri. Apo mulai khawatir dia tidak bisa memuaskan lelaki ini.

"Hm?"

"Yang kulakukan ini ... apa enak? Aku belum pernah mencobanya pada siapa pun. Jadi jangan berharap lebih karena aku tidak pandai."

Mereka berpandangan lekat, sementara Mile hanya terkekeh-kekeh melihat emosi dalam manik Apo Nattawin. "Kau bercanda? Tak ada yang lebih membuatku bersemangat dari Omega-ku yang pemula, tapi berusaha keras meski dia tidak bisa."

"Fuck, kenapa tidak menghinaku langsung saja?!"

Mile membelai pipi Apo yang merona semakin pekat. "Sebentar, kubantu," katanya lalu menangkup genggaman Apo. Jemari mereka yang bercincin pun saling menabrak sebelum mengocok bersamaan sambil bersitatap lurus. "Hhhh ... Apo ...." desah lelaki itu tapi dengan seringaian.

Apo pun meremas sabuk celana Mile dengan tangannya yang bebas. Lalu menyandarkan pipi di bentukan perut sang Alpha yang terpahat penuh pesona

Oh, bagian itu panas juga. Apo pun terpejam karena nyaman dengan kehangatan yang dia terima, walau tetap tegang merasakan kecepatan tangan Mile makin di luar terkendali.

Kocok-kocok-kocok-kocok-kocok-kocok-kocok-kocok-kocok-kocok-kocok—

"Hhhh ... Apo ...."

DEG

"Mile, kita berdua benar-benar gila—"

"Ha ha ha, ini belum seberapa. Kau akan kuajari satu satu secara bertahap."

Kocok-kocok-kocok-kocok-kocok-kocok-kocok-kocok-kocok-kocok-kocok—

"Hhhh ... hhh ...."

"---hhhh ...."

Apo pun membenamkan wajahnya karena tidak sanggup lagi. Jantungnya nyaris copot karena tiba-tiba ada yang meleleh di jari mereka. Disusul muncratan heboh yang tercurah hingga sepanjang dadanya.

"Hhhh ... hhh ... hhh ...."

Mile membelai rambut Apo sembari terpejam hingga kenikmatan itu surut. Dia tertawa kecil dan bahagia, tapi Apo tidak sempat menunjukkan emosi yang sama.

"Hhh ... hhh ...."

Omega itu terlalu syok karena cairan Mile yang muncrat banyak sekali, lalu membayangkan semua itu masuk ke dalam rahimnya saat pertama kali mereka bercinta.

Brengsek—pantas saja si baby kecil langsung turun ke bumi. Kalau tidak, pasti malah aneh dan tak masuk akal.

"Astaga, Mile! Bisa-bisanya kau langsung tegang lagi! Aaaaa!"

BRUGH!

Mile pun merubah posisinya agar medekap sang Omega dalam posisi menyamping. Dia di belakang, sementara Apo dipeluknya di bagian pinggang. Hmm, Mile bisa menghirup harum manis Apo yang paling semerbak dari leher jenjang ini. Dia membuat Apo merinding dua kali lipat, lebih-lebih ketika lidahnya menjilat di sana. "Hmmm, tidak buruk. Aku senang dengan usahamu."

"Ahh, mau apa?" kata Apo yang terdorong menahan Mile menyentuh kakinya. "Jangan sekarang, Mile. Tunggu, aku masih belum siap—"

Mile tetap menaikkan sebelah betis Apo agar pantat basahnya terbuka. "Tenang saja, takkan langsung kumasukkan," katanya. "Posisimu harus benar dulu agar anakku tak kesakitan."

DEG

Apo pun meremas bantal di sisinya. "Darimana kau tahu soal persetubuhan saat hamil—"

"Tentu saja membaca buku," sela Mile sambil mengecupi bahu Apo. "... kau pikir dirimu saja yang ingin jadi orangtua idaman? Aku harus belajar sebagai ayah kalau memang segera memiliki momongan."

DEG

"Serius? Kupikir aku saja yang ingin hal terbaik buat nasib bocah ini."

"Ugh, sangat sulit dipercaya—hnggh." Perut Apo pun menegang sekejap, padahal Mile hanya menyapukan lidah turun ke cekungan tulang punggungnya.

"Enak? Bilang kalau aku mencapai tempat yang tepat," kata Mile yang sudah menerobos liang licin Apo dengan dua jari.

Apo pun meringkuk sembari mengulum bibir. Mungkin karena dia takut, andai yang menyentuh bukan Mile Phakphum. "Mile ...." desahnya. "Mile ... mnn. Jarimu—kh. I-Itu terlalu dalam. Jangan di sana, tolong. Agak mundur lagi karena di sana sakit.mn

"Iyakah? Harusnya belum terlalu dalam."

Apo malah mengernyit, lalu menggigit punggung tangannya. "Hnn, aku sendiri tidak tahu kenapa. Tapi sakit," keluhnya. Lelaki itu bahkan mengocok penisnya sendiri agar dapat pengalihan, dan Mile langsung mengeluarkan jarinya kembali untuk mengecek sang Omega.

BRUGH!

Batal ke posisi miring, Apo tersengal karena tubuh telanjangnya direbahkan lagi. Kali ini kondisinya sudah acak-acakan. Rambut Omega itu bahkan semerawut, tapi tidak mengurangi betapa manis visual yang dimiliki.

"Kau kenapa? Bilang rasanya di bagian mana lagi?" tanya Mile khawatir. Namun, Apo hanya memandangnya sembari mengatur napas. Hhh ... hhh ... hhh ... dia merona begitu sang Alpha meraba perutnya. "Apa dia membuatmu mual lagi?"

Apo malah melirik penis Mile yang sudah kepalang tanggung, tapi malah sulit dapat pelepasan. Dia pun merasa bersalah, tapi harus bagaimana kalau memang nyeri?

Ini tiba-tiba sekali.

"M-Mungkin ... sebaiknya jangan masuk dulu. Beri aku waktu beberapa menit lagi," kata Apo. "Tapi tak masalah kalau memakai pahaku. Kudengar itu bisa setidaknya sampai aku yakin aman."

Mile pun menyibak poni-poni Apo dengan jemari. "Hei, tak masalah kalau tidak jadi."

Apo malah membentak Mile. "KAU MAU AKU KEPIKIRAN SAMPAI ENTAH KAPAN?!" katanya marah. "Lakukan saja kataku, please. Aku tidak mau suasana malam ini jadi jelek." Suaranya memelan di akhir.

"Oke, oke. Sorry. Aku memang yang paling salah di sini. Sebentar ...." kata Mile. Alpha itu pun menyatukan paha Apo diantara penisnya, lalu memeluk sebelum mulai bergerak. "Begini, sudah. Apa kau merasa mendingan?"

Karena tetap merasa bersalah, mata Apo pun berkaca-kaca. "Mmn," sahutnya. Walau Mile yakin lelaki itu takkan sanggup jika sampai melihat ekspresinya sendiri.

Mile pun maju, mundur diantara kaki-kaki indah itu. Dan kalau boleh jujur, sebetulnya tidak terlalu buruk. Dia bahkan bisa menikmati keindahan Apo secara jelas dari atas. Bagaimana sang Omega menyerahkan diri, takut tak melayani sesuai ekspektasi, atau mungkin dirinya pergi hanya karena persoalan ranjang.

Well, Apo memang tak mengatakannya sekarang, tapi Mile lebih dari paham lelaki ini mudah cemburu setelah kejadian nomor sekretaris waktu itu. Astaga, Apo ... kau kenapa sangat menggemaskan?!

"Hnngh ... Nn," desah Apo yang mulai mengocok kembali penisnya. Kelopak mata Omega itu pun berkedip-kedip, karena ternyata ini agak lebih menarik daripada bayangannya. Oh, shit! Apo bahkan membuang muka sesekali, tidak kuasa melihat pahanya mulai penuh lelehan air mani Mile hingga turun ke seprai. "Mile ... Mile ...." Dia memeluk leher Mile ketika sang Alpha datang.

Apo balas mencium dengan bibir terbuka, dan lidah mereka saling menali karena ini benar-benar tidak buruk.

"Tidak perlu minta maaf, oke? Karena aku sudah memaafkan," kata Mile begitu ciuman mereka terlepas. Dia meniti hidung Apo dengan hirupan yang rakus, sementara Apo merintih pelan ketika penisnya muncrat sendiri.

"Ahhh ...."

Mile pun terkekeh karena dia juga menyusul. "Senang?" tanyanya.

Apo mengangguk dengan dada yang naik dan turun. "Kalau tidak boleh meminta maaf, maka aku berterima kasih saja," katanya tiba-tiba. "Maksudku, buat yang di pesawat waktu itu. Aku sebenarnya lega yang datang dirimu. Coba kalau orang lain, aku tidak tahu harus bagaimana karena yang kusukai tetap Mile gendut."

Kebahagiaan Mile langsung naik turun karena perkataan sang Omega. "Ha ha ha. Kalau begini baru jujur, hm? Apa aku menyetubuhimu saja tiap kali mulai marah?" godanya.

Apo malah tetap pada kata-kata seriusnya. "Aku bersyukur kau tidak punya pacar, Mile. Apalagi tidak gendut seperti dulu atau aku berasa ditimpa gempa," katanya.

Mile pun tertawa semakin kencang. "Jadi aku sesuai dengan kriteriamu."

Apo tiba-tiba meninju bahunya. "Tentu saja, brengsek ini! Kriteriaku kan Mile Phakphum. Kecuali kau berubah jahat dan tidak seperti yang pernah kukenal."

"Ho."

"Teruskan saja atau aku akan membunuhmu, Mile!" bentak Apo. Namun, Mile hanya memandangnya seperti bocah yang tantrum. Ah, lupakan. Toh sang Omega mengatakan dia sudah tidak kesakitan lagi kali ini.

Mile pun bertanya apa Apo benar-benar masih kuat? Sementara lelaki itu berkata lewat kedua matanya. Aku menginginkanmu juga malam ini, Mile. Atau memang sebenarnya aku hanya menginginkanmu selama ini.

"Baik, bersiaplah," kata Mile sembari mendorong penisnya masuk. "Tapi kalau sakit lagi, langsung bilang. Aku tidak mau bayinya kenapa-napa."

"Oke."

"Sepertinya malam ini benar-benar akan sangat panjang ...."

BRUGH!

Apo pun memeluk erat Alpha tercintanya kali ini. Dia lebih rileks daripada beberapa saat lalu, lalu memenuhi malam itu dengan erotika hingga Mile tak bisa berpaling lagi.

Bersambung ....