Chereads / the youth district / Chapter 2 - 1

Chapter 2 - 1

Freislor menganggukkan kepalanya pelan. Ia menatap kedua mata Veo dengan tatapan datar.

"Ada apa, Veo? Kenapa kamu bertanya soal dia? Aku dan teman-temanku sudah mengetahuinya. Dan kami lebih dahulu bertarung dengan dia dan pasukannya. Jadi, bisakah kita langsung kepada intinya saja?" tanya Freislor, gadis itu tak ingin membuang waktunya. Veo mendesah kesal.

"Hei, tunggu dulu, Freis. Aku yakin kamu tidak akan pernah tahu soal ini." Veo mengambil sebuah lampiran foto yang terdapat di sakunya. Ia membukanya di hadapan yang lain.

"Lihat, tubuh Tuan Reos terdiri dari beberapa molekul yang berbeda. Ada beberapa virus di dalamnya yang tidak bisa ditembus oleh yang lain." Veo mengatakannya dengan tatapan tajam. Semua orang yang berkumpul di meja itu seketika melihatnya. Mereka semua mengamati bagaimana sebuah bagian tubuh yang tidak bisa menyatu. Terdapat beberapa hewan kecil berbulu dengan kedua mata berbentuk persegi. Di sisi kanan dan kiri kepala hewan itu, terdapat sebuah antena yang masing-masing berjumlah satu buah.

"Wow, aku tidak tahu soal ini, ini adalah informasi baru, Veo. Terima kasih," ucap Freislor sembari tertawa lirih. Veo mengepalkan kedua tangannya. "Bukan itu masalahnya, Freislor. Apa kamu tidak tahu kalo hal-hal semacam ini tidak mudah untuk dilumpuhkan? Virus itu, dia hanya merayap di satu tubuh manusia. Dan jika itu terjadi secara terus menerus. Bisa jadi virus itu tumbuh dan berkembang dengan sendirinya. Tidak ada yang bisa mencegahnya. Aku dan beberapa tim peneliti sudah berkolaborasi untuk menuntaskan hal ini."

Veo mengedarkan pandangannya ke segala arah. Selang beberapa saat, beberapa peneliti berdatangan. Mereka berjumlah lima orang. Masing-masing dari mereka membawa sebuah gelas kaca yang terutup oleh sebuah kain berwarna hitam. Salah satu peneliti mendatangi Veo, ia menundukkan kepala dan membungkukkan badannya.

"Selamat pagi, Tuan. Saya sudah membawanya, sesuai dengan permintaan Anda."

"Bagus, bisakah kalian menunjukkannya di hadapan teman-temanku? Mereka harus melihat dengan mata kepala mereka sendiri." Veo mengatakannya dengan wajah resah. Peneliti yang berada di hadapannya menganggukkan kepala. Setelah itu, dia berjalan ke depan bersama dengan keempat peneliti yang lain. Di satu sisi, Mikhael dan Kreysa saling melempar pandangan satu sama lain.

"Hei, apa kamu merasakan sesuatu yang aneh, Kreysa?" tanya Mikhael dengan wajah gelisah. Remaja itu menyenggol lengan Kreysa, berharap agar gadis itu mengetahui tanda-tanda yang diberikan oleh Mikhael.

"Aku nggak ngerti apa yang bakal dilakuin sama mereka. Tapi, entah kenapa aku juga nggak punya bayangan sama virus yang dibicarakan sama Kak Veo. Itu terlalu aneh," jawab Kreysa. Gadis itu berusaha untuk mengatakannya dengan jujur. Mikhael mengendus kesal. Pada akhirnya, ia memilih untuk memperhatikan apa yang dilakukan oleh para peneliti.

Di depan mereka, para peneliti membuka kain hitam itu. Tak lama kemudian, nampak sebuah gelas kaca yang terisi penuh oleh satu virus dengan ukuran sedang. Virus itu berbentuk lonjong, ia memiliki sebuah antena di kedua kepalanya. Kedua matanya mirip seperti manusia yang buta.

"Jadi, bagaimana tanggapan kalian?" tanya Veo. Tuan Krapolis dan Tuan Charles yang duduk di depan Veo seketika tersenyum lirih. "Hahaha, aku rasa virus itu benar-benar lucu, ya." Tuan Kraapolis memuji virus itu. Veo yang duduk di kursinya sesekali berdeham, ia menatap kedua mata Tuan Krapolis dengan tatapan tajam.

"Ups, sepertinya aku salah. Tapi, jujur saja. Dari bentuknya, aku paham kalo virus ini sangat ganas. Bisa jadi dia memiliki beberapa racun. Hanya saja, dia tidak bisa menunjukkannya." Tuan Krapolis memberikan opininya. Veo terkejut mendengarnya, ia tidak menyangka lelaki paruh baya sepertinya bisa mengetahui hal itu.

"Apa kau tahu kenapa dia tidak bisa menunjukkan racunnya?" tanya Veo.

"Hahaha, tentu saja karena para peneliti itu membuat mereka beku. Lihat, ada larutan Auis di bagian samping tubuh mereka. Aku sangat tahu kegunaan larutan itu, Veo." Tuan Krapolis mengatakannya sembari tersenyum lebar. Veo terkesan dengan jawaban Tuan Krapolis.

"Wow, aku tidak menyangka Anda bisa mengetahui ini semua. Apa Anda terbiasa melakukan suatu penelitian, Tuan Krapolis?" Veo menaikkan salah satu alisnya.

"Tidak selalu, tapi aku memang tertarik dengan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian." Tuan Krapolis mengakhiri kata-katanya sendiri. Veo dan para peneliti yang berada di depan saling bertukar pandangan. "Bagus, itu artinya Anda bisa bergabung dengan para penilitiku yang lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut soal ini. Apa Anda mau, Tuan Krapolis?" Veo mencoba untuk menawarkan hal-hal menarik. Tuan Krapolis menundukkan kepala, ia melirik ke arah Freislor dan yang lainnya. Setelah itu, ia kembali menatap Veo.

"Tidak, aku tidak ingin terlibat dalam hal ini, Veo. Maafkan aku, tapi aku harus membantu teman-temanku yang lain. Mereka pasti lebih membutuhkanku di medan peperangan. Sekalipun aku sangat tertarik untuk melakukannya. Tapi, aku juga merupakan tetua dari kaumku. Jadi, aku tidak bisa berdiam diri dan hanya bermain dengan apa yang aku suka. Maafkan aku." Tuan Krapolis mengatakannya sembari tersenyum lebar.