*****
Meskipun malam telah menyambut, Sena masih setia berada di balik meja perpustakaan dengan setumpuk buku-buku yang jujur membuat otaknya saat ini terasa mendidih. Entah dengan kekuatan apa Sena masih bisa bertahan ditengah situasi otaknya yang sudah berdemo ingin istirahat, tapi semangat pagi untuk segera menyelesaikan skripsi yang sukses membuatnya tertunda satu periode lagi dari masa kuliahnya.
Bahkan, Keanu pun sekarang sudah memulai kuliah S2 nya satu tahun ini. Sedangkan dia.. Hufftt..
"Sena.."
Merasa ada yang memanggil namanya, Sena langsung menoleh ke arah sumber suara yang sialnya saat itu juga pipinya menyentuh barang dingin yang menyegarkan.
"Kak Galih.."
Cowok yang baru dipanggil namanya tersebut hanya tersenyum sembari mengulurkan susu kaleng yang sempat menyentuh pipi Sena tadi.
"Thank you.."
Sena menerima dengan senang hati, meskipun ada rasa was-was setiap dia bertemu dengan Galih.
Senior yang satu jurusan dengannya itu yang bisa menjadi mahasiswa abadi, karena entah saking cintanya Galih terhadap kampus atau terhadap dirinya, masih saja berjuang untuk mendapatkan hatinya meskipun dia tahu jika Sena sudah memiliki Keanu. Keenan pun sempat bertindak saat mengetahui Galih menyukai Sena.
Tapi.. Please..
Tindakan dari Keenan jelas berbeda dengan tindakan dari Keanu.
Keenan jelas akan memperingati dengan cara yang halus namun begitu menusuk. Sedangkan Keanu, dia lebih suka menusuk secara langsung dalam artian memberikan peringatan ala cowok yang tidak lain tidak bukan dengan aksi tinju-meninju.
Meskipun was-was, Sena tetap membukan susu kaleng yang diterimanya tadi mengingat air mineral yang dibawanya juga sudah habis dari tadi. Tidak mungkinkan Galih akan memasukkan hal-hal yang mencurigakan jika tutup kalengnya masih tersegel seperti sekarang.
"Gimana skripsinya??"
"Mandek di bab 3.. Hehehe"
Sebetulnya Sena enggan sih menjawab. Tapi biarlah dia jujur kali ini. Siapa tahu Galih jadi ilfill mendengar dirinya yang masih mandek mengerjakan skripsinya yang baru sampai bab 3.
"Ohh.. Sama berarti.. Aku juga gitu.."
Huweekkk banget sih kata-katanya. Pake aku-kamu. Dalam kamus bahasa Indonesianya Sena, kata aku-kamu cuma dia gunakan saat berkomunikasi dengan Keanu. Lainnya.. Hell. No.
"Lo ngga bosen kak kuliah mulu.."
"Kalau masih ada kamu, aku mana bisa bosen kuliah.. Yang ada aku terperangkap sama ini kampus.."
Hehehe..
Sena hanya nyengir saja tidak sampai matanya. Dia segera melihat jam yang bertengger dilengannya.
Jam 8 malam.
Wahhh.. ternyata sudah selama itu dia ada ditempat terkutuk baginya. Mengingat bisa dihitung dengan jari, dirinya memasuki daerah perpustakaan.
Sena segera merapikan buku-buku serta laptopnya yang masih menyala. Padahal dia pengen memanfaatkan wifi gratis di perpustakaan untuk video call dengan Keanu. Tapi berhubung ada perusak rencananya, mungkin lebih baik dia berkorban kuota daripada berkorban hati.
"Loh udah selesai belajarnya??"
"Iya, Kak.. Udah ngantuk.. Mau pulang aja deh.."
"Aku anterin ya?? Kek nya bodyguard kamu udah ngga pernah muncul sejak dia diwisuda.."
Sena segera menatap horor Galih yang enteng banget ngomong kaya gitu. Dia tahu siapa yang dimaksud Galih. Keenan. Tapi ya emang Keenan juga mau ngapain masih di kampus, kalau dia sudah lulus kuliah. Dan lagi, mau antar dia pulang. Sampai Keanu tahu hal ini, bukan dia yang dalam bahaya tapi justru Galih lah yang ingin kematiannya dipercepat.
"Maksudnya Keenan. Dia udah ngga keliatan sejak dia udah lulus. Padahal pacarnya kuliah disini juga, kan??"
"Iya.. Tapi ya ngga mungkin juga dia mau ke kampus kalau ngga ada urusan. Dia kan bukan mahasiswa abadi.."
Galih hanya tersenyum saja mendengar sindiran yang mungkin kurang filter lagi dari Sena. Tapi itu tidak masalah untuknya, karena Sena yang mengatakannya.
"Bye, Kak.. Gue cabut dulu.."
"Aku anterin ya?? Udah malem loh.."
"Ngga usah, kak.. Gue bawa mobil sendiri kog.."
Ucap Sena sambil melepaskan genggaman tangan dari Galih yang berusaha menahannya untuk pergi. Tapi sedetik kemudian tanpa diduganya, Galih menggeret tangannya dengan cepat dan berakhir dengan bibirnya yang sudah menempel dengan bibir cowok brengsek yang berani menciumnya sekarang. Dan ingat, mereka masih di perpustakaan sekalipun bisa dikatakan perpustakaan ini sebelas duabelas sama kuburan.
BUGGHHH..
Bukan sebuah tamparan, tapi Sena dengan beraninya menggunakan tangan lainnya yang bebas untuk meninju perut dari Galih. Dan tidak berhenti sampai disitu, Sena langsung menendang dengan sekuat tenaga bagian keramat yang menjadi harta benda bagi seorang cowok untuk meneruskan masa depannya.
"Sorry.. Masalahnya cowok gue itu mantan preman dan sayangnya yang gue ambil dari dia adalah hal seperti itu, bukan otak encernya.."
Sena berusaha menghela nafasnya lagi sambil mengusap bibirnya yang mungkin tidak suci lagi, karena dia memang sekali dua kali berciuman dengan Keanu saat pacarnya itu ada di Indonesia. Tapi bukan berarti dia rela bibirnya dirasakan cowok madesu seperti Galih.
"Masih mending gue yang gampar lo.. Kalau sampe Key tau soal ini, mungkin lo milih mati secepatnya sebelum dia yang buat lo mati secara mengenaskan.."
Sena langsung meninggalkan Galih yang sepertinya tidak akan menahannya lagi. Mungkin seniornya itu tahu sedang membayangkan siapa Keanu yang sebenarnya sampai seniornya itu lebih memilih untuk mati terlebih dahulu daripada berhadapan dengan Keanu.
Padahal sih Keanu tidak mungkin akan melakukan tindakan sampai sejauh itu, kalau dia masih waras dan tidak ingin dicoret dari daftar keluarga Al Rafaeyza. Tapi bukan berarti hal itu tidak mungkin mengingat bagaimana Sena mengenal Keanu yang memang memilki bakat ke arah situ.
Stop.
Sena tidak mau memikirkannya dan sekarang airmatanya mulai mengalir membasahi pipinya. Dia merasa telah mengkhianati Keanu. Dia juga tidak bisa membayangkan bagaimana jika sampai Keanu tahu soal ini. Mungkin dia harus bersiap untuk didepak Keanu dari hidupnya. Tapi apakah dia sanggup jika itu benar-benar terjadi. Mungkin saat itu juga Sena merasa dunianya akan terbalik dan meruntuhkan semua mimpi yang telah disusunnya untuk dilalui bersama Keanu.
****
"You okay, my Sena??"
Saat ini sesuai dengan rencana diawal sebelum dirusak oleh cowok gila yang tidak ingin Sena sebut namanya itu, dia sedang berbicara dengan pujaan hatinya yang ada diseberang sana.
"Why?? What's wrong??"
"Kamu keliatan kurus.. Apalagi kamu kek nya habis nangis??"
Sena hanya tertawa saja. Bohong rasanya jika dia tidak mengakui bahwa dirinya yang memang habis menangis. Tapi bisakah dia terus terang perihal penyebab dirinya menangis.
"Kamu yang keliatan capek banget.. Pagi-pagi aja kamu masih punya kantung mata kek gitu?? Why?? You are so tired???? Huh??"
"Hm.."
Keanu menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Jujur, dia memang sedang lelah-lelahnya. Dia harus kuliah sembari mengurus perusahaan yang tentu saja tidak mudah. Tapi jika dia menyerah pada salah satunya, dia tidak tahu lagi respon apa yang akan dia terima. Mungkin jika dia berhenti sejenak untuk mengurus perusahaan akan lebih mudah, karena otomatis keluarganya akan mudah untuk menyetujuinya. Tapi dengan begitu, tanggung jawab itu akan diambil alih oleh Mamanya. Sedangkan Mamanya juga sudah repot mengurus semua cabang yang ada di Indonesia ditambah dengan mengurus keluarga mereka. Dan jika dirinya memilih untuk berhenti kuliah seperti rencananya saat baru awalan kuliah, mungkin Papanya akan segera menyusulnya ke Amerika untuk memancung kepalanya.
"Selow aja ngerjain skripsinya.. Kamu pasti bisa kog.."
Giliran Sena yang tersenyum sekarang.
Ini yang dia suka dari Keanu. Dia tidak pernah menanyakan bagaimana dengan perkembangan skripsinya. Tapi cowok kesayangannya itu lebih suka mengatakan hal-hal seperti tadi.
"Dan aku percaya sama kamu.. Apapun yang terjadi.."
DEEGHHH..
Mengapa Keanu tiba-tiba ngomong seperti itu. Apa jangan-jangan dia tahu yang terjadi hari ini. Tapi rasanya juga tidak mungkin mengingat tidak ada yang melihat kejadian itu sepanjang matanya melihat.
"Ishhh.. Jangan-jangan kamu disana baru aja tidur bareng ya sama cewek bule sana?? Huh??"
Sena berbicara seolah ingin mengalihkan pikirannya sekarang yang tidak karuan. Semoga saja dia bisa melupakan kejadian hari ini setelah tidur nanti.
"Ewww.. Beneran kan?? Tuh pasti kantung mata ada, karena kamu begadang semalaman.. genjot-genjot asik sama tuh cewek.."
Terlihat Keanu yang tertawa yang membuatnya juga ikut tertawa. Dia juga baru menyadari bahasa aneh apa yang baru saja diucapkannya tadi.
Sepanjang Sena memiliki Keanu, kesalahan fatal yang pernah dilakukan pacarnya itu adalah berciuman dengan Stella dan Sena tidak mungkin bisa melupakan kejadian itu, meskipun dia tahu jika cewek plastik itulah yang membuat semuanya terjadi.
Ngomong-ngomong soal Stella.. Keenan langsung memutuskan Stella saat tahu apa yang dilakukan pacarnya itu kepada kembarannya. Bukan hanya putus sementara seperti yang sudah-sudah. Tapi memang beneran putus. Dia mungkin masih mentoleransi dengan Stella yang faktanya lebih mencintai Keanu ketimbang dirinya. Tapi tidak dengan acara ciuman dan itu bukanlah alasannya semata untuk mencari-cari kesalahan dari Stella untuk mengambil keputusan dengan mengakhiri hubungan mereka.
Dan Keanu pun dengan semangat menyetujui keputusan dari Keenan. Memang sudah lama dia menantikan momen seperti itu dan Keanu tidak mau mengambil resiko jika Keenan masih saja mempertahankan hubungannya dengan cewek plastik.
Keanu dan Sena masih asik dengan cara video call mereka. Tidak menghiraukan waktu yang ada, karena memang ini adalah hari Sabtu dan sudah sepantasnya mereka sedikit melonggarkan diri sejenak dari rutinitas biasa.
****