Chereads / pemuda dengan kekuatan dewa / Chapter 2 - CHAPTER 1: “AWAL YANG MERUBAH SEGALANYA

Chapter 2 - CHAPTER 1: “AWAL YANG MERUBAH SEGALANYA

Sabtu 29 januari 2021

Matahari menyambut hari seperti biasa, di sebuah rumah yang sunyi, terdapat dua orang kakak beradik yang tinggal bersama. Satu dari dua kakak beradik itu berada di kamarnya, sedangkan satunya lagi berada di dapur.

Kakak beradik yang satunya sedang melihat handphone nya sambil tiduran di kasur. Bocah tampan itu memiliki ciri-ciri rambut hitam yang panjang, mata bewarna perak, tinggi sekitar 180 cm dan cukup kurus. Dia adalah Arsenio Rendy, seorang otaku akut. Di kamar Rendy terdapat banyak sekali buku yang berserakan, sampai-sampai memenuhi kamarnya. Berjalan saja susah, karena sangking banyaknya buku yang berserakan di kamar itu, rata-rata dari buku yang dikoleksi Rendy adalah novel ringan. Kebanyakan novel ringan yang ia koleksi adalah dari seri 'No date no life', 'Raja iblis yang bersekolah' dan masih banyak lagi. Rendy saat ini berumur 18 tahun, dan bersekolah di SMA Budi karsa tahun kedua. Meski Rendy adalah bocah yang pengangguran, dia adalah kakak dari 1 adik dan kepala keluarga dari keluarga nya. Tentu saja sebagai kepala keluarga harusnya memiliki tugas yang sangat berat, tapi anehnya Rendy hanya bersantai dan tidak pernah bekerja, mungkin karena warisan harta kedua orang tua mereka sangat banyak membuat Rendy jadi malas bekerja dan lebih mengandalkan warisan harta orang tua mereka, belum lagi paman nya yang merupakan kepala negara

Di ruangan dapur. Seorang gadis sedang memasak sarapan pagi. Terdengar suara air yang mendidih disertai dengan luapan minyak yang panas. Dada ayam pun dimasukkan ke minyak yang panas itu. Langsung gadis itu meloncat dari alat penggorengan agar kulit nya tidak terkana cipratan minyak yang panas.

Gadis itu memiliki rambut hitam sepunggung, tubuhnya atletik, ia juga memiliki ukuran dada yang lumayan besar untuk usianya. Dan dibarengi dengan sifat dan tingkah lakunya yang anggun, mampu membuat semua pria jatuh hati. Ialah isla Vera. Adik dari Arsenio Rendy

Minyak yang panas itu menyebar kemana-mana, untung nya Vera masih sempat menghindar sebelum kulitnya yang bening nya terluka

"Hah...syukurlah" Vera menghela nafas lega

Setelah beberapa menit menggoreng. Vera meniriskan ayam itu dan menaruh nya dipiring yang berlapis kertas  

Vera lalu berbalik dan melihat ke arah meja makan. Ia melihat piring yang sudah tersedia nasi diatas nya, dan segelas air yang sudah terhidang

"Sepertinya semua sudah siap" Gumam Vera 

Vera mengangkat kepalanya ke arah langit

"Kak, sarapan!"Ucap Vera sambil berteriak

Saat Vera berteriak, suaranya terdengar di seluruh ruangan dengan jelas, sampai-sampai Rendy yang saat itu sedang menggunakan Headset mendengar teriakan Vera.

Rendy langsung melihat ke arah jam yang berada di handphone nya. Disana terpampang sudah pukul enam lewat tiga puluh menit. Rendy langsung melepas headset nya dan menaruh Novel yang ia baca di kasur

"Yaaaa! Tunggu sebentar!" Balas Rendy sambi berteriak

"Jangan lama-lama, nanti nasinya dingin loh!" Balas Vera

"Ya!"

Rendy berdiri, dan mengeluarkan suara erangan kecil. Lalu meregangkan puggung nya.

(Krak-krak)

Terdengar suara retakan yang berasal dari punggung, sepertinya ia sudah terlalu lama duduk sampai-sampai punggung nya mengeluarkan bunyi seperti itu.

Rendy mengeluarkan menghela nafas, dan membereskan Novel ringan koleksinya yang berantakan. Setelah Novel ringannya kembali ke tempat nya masing-masing, Rendy lalu berjalan keluar dan menuju ke ruang makan.

Saat menuruni tangga, Rendy penasaran dengan menu sarapan kali ini.

Dipikirannya, Rendy berfikir bahwa kemungkinan menu sarapan kali ini adalah ayam. Namun kemungkinan itu sangat kecil dikarenakan Vera yang sangat pelit. Tapi menu apapun itu pasi akan dia makan, yang penting bukan makanan yang menjijikkan.

Saat sudah sampai di ruang makan, matanya langsung tertuju pada makanan yang diletakkan di meja makan. Saat itu matanya membulat karena terkejut lalu bergumam di hatinya

("Tak mungkin, apa ini mimpi")

Tentu saja Rendy sangat kaget dengan menu yang tersaji di ruang makan. Karena yang tersaji adalah ayam, ya, ayam. Menu paling mustahil karena harganya yang sekarang melonjak naik

Rendy yang kaget berbicara dalam hatinya

("Apakah ini Ayam biasa? Ah, tidak mungkin Vera membeli Lauk seperti ini karena ia sangat tegas dalam penghematan, jangan-jangan")

Rendy Menatap Vera dengan ekspresi heran

"V-vera?.."

"Hmm? Ada apa kak" ucap Vera dengan nada polos

"Ayam ini...ayam tiren kan?"

Mendengar pertanyaan kakaknya itu, Vera memasang wajah yang seperti berkata "Loh? Kok kakak tau?" Vera lalu tersenyum jahil dan mengangkat bibirnya

"Hehe...ketahuan rupanya"

Mendengar itu, Rendy berkeringat dingin, lalu berbicara dalam hatinya

("Kan, sudah kuduga")       

Melihat ekspresi kakaknya, Vera menaruh kedua tangan nya dipinggul dan berbicara

"Memang nya kenapa kak!? Bukannya kakak sendiri sudah tau kalau aku tak mungkin membeli ayam segar saat berbelanja, lagipula kita tidak bisa sakit kan? Tenanglah dan makan saja"

"Bukannya begitu sih, t-tapi"

"Jangan rewel cepat makan sana!" ucap Vera memaksa

"B-baiklah"

Sambil menghela nafas besar, Rendy duduk di kursi tempat ia makan yang menghadap ke selatan, dan Vera duduk di kursi sebelah kanan. Mereka pun memakan sarapan mereka dengan nikmat seperti biasa, meski salah satu diantara mereka ada sedikit paksaan dalam memakannya

10 menit berlalu.

Rendy sudah menghabiskan sarapan nya. Ia beranjak dari tempat duduknya dan pergi ke dapur untuk memcuci piring. Tapi saat Rendy mulai meninggalkan Vera, Vera langsung panik, ia dengan cepat menghabiskan makanannya yang tersisa, ia memakan nya dengan buru-buru, lalu setelah habis ia langsung meminum air putih dan memanggil kakaknya.

"Kak! Tunggu sebentar"

Langkah Rendy langsung terhenti karena panggilan itu, ia menoleh sembari membalikkan badannya.

Dan saat ia melihat wajah adiknya, sungguh pemandangan yang indah

Pipinya yang merona merah sembari memalingkan wajah, tingkah nya yang malu-malu tapi sebenarnya mau

Entah kenapa situasinya malah menjadi seperti anime brocon pada umumnya

("K-kenapa situasinya malah menjadi seperti anime bergenre brocon")

Rendy berpikir keras, situasi ini tidak seperti dugaannya. Sikap Vera yang lembut itu sudah hilang sejak beberapa tahun lalu, bahkan rasanya ia juga bisa ingat kapan sikap adiknya itu berubah. Walau tidak aneh, tapi bagi pria muda ini sikap seperti itu hanya membawa kecurigaan.Namun Jika Vera bertingkah seperti ini, pasti ada sebuah rencana yang sedang dibuat Vera.

Walau sudah dipikirkan berulang kali, yang terlintas dalam benak pemuda itu adalah pasti dia sedang merencanakan sesuatu.

"Kak ..."

Suara lirih itu memecahkan lamunan sang kakak.

"Ya!" Rendy menjadi lebih gugup dan tegang saat mendengar panggilan itu.

"Anu ... aku ingin membeli sesuatu, kakak mau membelikan barang itu, 'kan?" tanya Vera yang mulai menunjukkan wajah memelas.

("Tunggu sebentar, jadi maksudnya sekarang dia sedang ingin sesuatu?")

Rendy langsung bergumam di hatinya menyadari ada yang aneh

Dan dengan sekejap Rendy langsung tau niat asli Vera. Semuanya saling berhubungan. Dari tingkah aneh Vera sampai menu sarapan hari ini. Semuanya saling berhubungan. Dan jika semua itu dihubungkan menjadi satu kesimpulan, maka kesimpulan itu adalah…

Rendy menyeringai saat menyadari itu, dan berbicara pada dirinya sendiri

("Begitu ya, pantas saja. Kau licik juga…Vera")

Semua hal yang ditunjukkan Vera hanya untuk satu tujuan, yaitu membuat Rendy mau disuruh olehnya. Sifat adik yang manja, makanan yang lezat, ditambah pesona Vera yang layaknya orang dewasa, tentu saja membuat Rendy salah tingkah dan menurutinya, karena hal itu adalah kelemahannya. Tapi trik kecil seperti itu takkan bekerja bagi seorang yang ahli dalam permainan galge. Meski hanya sebuah game, tapi di game itulah yang membuat Rendy ahli dalam hal percintaan.

Alasan Rendy merasa tegang dan gugup karena ia sudah terbiasa dengan tingkah Vera yang kasar dan cerewet. Tingkah Vera yang seperti itu tentu membuat Rendy terbawa suasana. Tapi untung nya Rendy menyadari semua itu sebelum terlambat.

Rendy menghela nafas besar

"Jangan sok imut begitu, kau fikir aku mau menuruti mu" ucap Rendy dengan ketus

Segera Rendy membalikkan badannya dan pergi dari ruang makan

Vera merasa terpojok dan panik sendiri. Vera lalu berteriak

"Tunggu sebentar kak!" Vera meninggikan suara

Rendy menghentihkan langkahnya lalu menoleh

"Hmm? Ada apa lagi?" ucap Rendy dengan nada dingin

"Sudah kubilang, aku ingin membeli sesuatu, bisa kah kakak yang membelikannya untukku?"

"Hah? Kenapa kau tidak beli sendiri, apa jangan-jangan yang ingin kau beli itu Doujinshi dan malu untuk membelinya, kau ternyata sudah berubah ya"

"B-bukannya begitu, tapi....."

Vera menghentikan kata-katanya, ia bingung ingin melanjutkannya seperti apa

Melihat reaksi Vera yang begitu memelas. Rendy menghela nafas 

"Baiklah, Cuma kali ini saja ya aku menurutimu. Lagipula kau juga sudah dewasa, mulai sekarang, belilah barang yang kau inginkan"

Vera yang memasang muka murung itu mengganti ekspresi nya dengan senyum puas. Lalu berterimakasih kepada kakaknya

"wah...sungguh? Terimakasih kak"

"Sama-sama, kalau begitu aku ke dapur ya, mana piring mu sekalian ku bawa"

Vera lalu mengambil piring nya lalu memberinya ke kakaknya

Rendy langsung pergi ke dapur tanpa mengucapkan sepatah kata apapun, dan meninggalkan Vera di ruang makan

Setelah Rendy pergi dari pandangan Vera, Vera memasang ekspresi datar seolah-olah sikap ceria dan bahagia yang ia lakukan tadi hanyalah omong kosong belaka. Lalu ia membalikkan badannya sambil berjalan ke arah kursi dan mendudukinya, dan dengan nada mengeluh, Vera berbicara

"Fetish kakak, meropotkan juga yaa" Ia mengatakan itu dengan nada dingin nya yang jika diucapkan pada seorang pria, pasti membuat hatinya terluka

Lalu Vera melanjutkan perkataan nya

"Tapi syukurlah kakak masih mau, kalau begitu rencana pengecekan kamar. Di mulai"

◇◇◇

Jam 09.00 pagi, lebih tepatnya di teras kediaman Arsenio

Rendy saat itu sedang bersiap-siap pergi, ia memakai kaos oblong bewarna perak yang pada bagian pundaknya sedikit sobek dan memakai celana coklat.

Rendy saat ini sedang bersiap-siap untuk pergi ke mall untuk membeli barang yang Vera inginkan

Kebetulan jarak dari rumahnya dari mall cukup dekat sehingga Rendy hanya perlu berjalan kaki ke sana. 

Untuk mencegah hal yang tidak ingin dialami, Rendy mengecek ulang barang bawaan nya.

"Uang, handphone, headset, air putih. Ok, semua sudah lengkap"

Gumam Rendy yang mengecek tas ransel nya itu

"Apa ada yang ketinggalan?"

"Tidak Vera, aku berangkat dulu"

Rendy melangkahkan kakinya dan meninggalkan halaman rumah

"Ya, pastikan kau menuruti perkataan mu ya!"

"Ya!" Teriak Vera

Di jalan raya seperti biasa terdengar suara hiruk pikuk kendaraan yang berlalu lalang, baik itu sepeda motor, mobil maupun kendaraan lainnya.

Rendy menutup kelopak matanya 

Suasana itu begitu damai dan nyaman

Rendy menghela nafas. Dan melanjutkan perjalanannya

Tak terasa beberapa menit telah berlalu.

kini Rendy sedang berada di depan toko yang Vera pesan

Tapi Rendy benar-benar tidak menyangka Vera akan menyuruhnya kesini

Rendy terdiam mematung melihat apa yang ada di depannya

Toko yang ada di depan Rendy ini sebenarnya terlarang untuk di datangi lelaki jika tanpa perantara. Karena toko itu adalah toko pakaian dalam wanita

Rendy hanya bisa bergumam kesal mengetahui siasat licik adiknya

("A-apa yang dipikirkan adik sialan itu sebenarnya")

Rendy bergumam kecil di hatinya sambil memasang ekspresi kesal

"Sial, apakah laki-laki diperbolehkan untuk memasuki toko itu?" Ucap Rendy kebingungan

Sebenarnya hati nurani Rendy mengatakan untuk tidak memasuki toko itu. tapi sepertinya tidak ada pilihan lain, karena sudah berjanji dengan Vera untuk membeli apa yang ia inginkan. Rendy terpaksa untuk memasuki toko itu, tapi masalahnya.

("Apakah toko pakaian dalam tersebut membolehkan pria untuk memasukinya")

Sekali lagi pikiran Rendy mendiskusikan hal ini. Ya mungkin jika ia mengajak seorang wanita untuk masuk juga pasti diperbolehkan, karena pasti ia akan dianggap sebagai pacar dari wanita tersebut, tapi masalahnya ia sedang sendirian dan dikehidupan dunia nyata pun ia tidak mempunyai teman wanita yang cukup dekat untuk diajak keluar. Tapi karena ia telah berjanji dengan Vera....

Rendy hanya bisa menghela nafas pasrah saat memikirkan hal itu. Karena yang dipegang laki-kaki adalah ucapannya, maka tak ada cara lain.

"Ahh....yasudahlah, biarkan saja, yang penting teman perempuan dari sekolah ku tidak melihat ku"

Rendy telah menguatkan tekad nya. Tapi masih ada rasa was-was di hati Rendy, Karena ia takut jika ada murid laki-laki  dan perempuan dari sekolahnya yang mengenal Rendy melihat ini. Bisa jadi ada sebuah rumor yang membuat Rendy berurusan dengan bimbingan konselling. Dan harga diri Rendy akan semakin buruk di pandangan gadis-gadis. Yang membuat Rendy selalu dipandangi dengan tatapan jijik dan hinaan yang menusuk hati. Tapi meski begitu Rendy, memutuskan mengabaikan perasaan was-was nya tersebut dan segera melangkahkan kakinya untuk memasuki toko itu.

Di dalam toko tersebut, Rendy cukup terpanah dengan apa yang ia lihat, ya mau bagaimana lagi, ia melihat cukup banyak Pakaian dalam seksi dan yang memancarkan aura dewasa yang sangat kuat. Celana-celana dalam itu dipajang di tempat khusus seakan mengisyarakatkan bahwa celana dalam itu adalah celana dalam dengan kualitas premium. Dan saat di cek, ternyata harganya cukup mahal, sekitar 364 rupiah. Tapi wajar saja harga celana dalam itu sebegitu mahalnya, karena celana dalam yang dipajang itu adalah celana dalam untuk pertempuran malam yang hanya dilakukan oleh pasangan suami istri.

Ya meskipun Rendy tidak tau jenis-jenis Pakaian dalam wanita tapi mungkin sudah saatnya bagi Rendy untuk mengetahuinya.

Saat melihat-lihat pakaian dalam yang ditawarkan, Rendy berfikir, sebenarnya rencana apa yang Vera lakukan dibalik semua ini.

Karena menurut pengalaman Rendy sebagai kakak Vera, Vera cukup licik sebagai wanita dan harus diwaspadai. Diusia nya yang masih 16 tahun ia memiliki aura dewasa yang tidak kalah dari wanita yang benar-benar dewasa, tingkah dan mimik serta senyum licik nya itulah yang membuat Vera memiliki aura dewasa. Semua itu cukup untuk membuat para pria terpesona dan menjadi budak setianya. Dan alasan lain kenapa Vera harus diwaspadai adalah ketika ia sedang serius Vera memiliki kemampuan bak manipulator, semuanya berjalan atas Rencananya, seakan-akan itu adalah takdir dan kehendaknya, itulah alasan Vera harus diwaspadai dan perlu pengalaman yang banyak jika ingin berurusan dengan Vera jika sebagai wanita.

Rendy berbelok ke kiri. Disana ada banyak sekali Lingerie yang terpajang, desain nya juga menarik dan sangat menggoda, tapi karena yang ia beli ini adalah untuk adiknya, Rendy mengabaikan kumpulan Lingerie itu dan mencari pakaian dalam yang tidak terlalu seksi, supaya nantinya tidak dicurigai Vera sebagai orang mesum yang terangsang dengan adiknya sendiri. Namun ya, cukup aneh bahkan sebagai kakak jika disuruh membeli pakaian adiknya, bahkan dalam kasus kali ini adalah adik kandung sendiri. Jika Rendy memikirkan itu membuat nya tambah heran, namun pastinya Vera sedang merancanakan sesuatu yang membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga ia menyuruh kakaknya untuk membeli pakaian dalam. Setidaknya itulah kesimpulan yang Rendy peroleh, apalagi toko yang dimaksud Vera adalah toko pakaian dalam yang isinya hanya yang menonjolkan kedewasaan. Ya memang sepertinya Vera merencanakan sesuatu dibalik semua ini. Tapi sia-sia jika memikirkannya sekarang, Rendy akan menikmati segala Rencana yang sudah disiapkan dan tenggelam dalam Rencana itu.

Setelah 1 jam mengelilingi dan mencari pakaian dalam yang pas untuk Vera, dan tentu saja tidak erotis. Rendy menemukan satu pakaian dalam yang cocok dengan kriteria yang ia cari, Rendy langsung mengecek ukuran pakaian dalam tersebut, dan kebetulan ukurannya pas dengan ukuran yang dicarinya, yaitu D cup.

Rendy langsung mengambil pakaian dalam tersebut dan langsung menuju ke kasir, karena ia sudah muak di tempat ini dan ingin segera pulang. Karena dari tadi ia selalu diliriki oleh gadis-gadis yang mampir di toko ini dengan tatapan waspada, ya meskipun wajar karena mengingat Rendy adalah satu-satunya pria disini tapi tetap saja, hal itu membuatnya tidak nyaman.

Sesampainya di kasir, ia langsung menyerahkan pakaian dalam itu kasir, kasir itu pun menyambut Rendy dengan ramah, ya meskipun Rendy tau kalau kasir itu merasa aneh karena ia satu-satunya laki-laki disini.

Lalu kasir tersebut berbicara

"Selamat datang di toko kami. Ah...satu hipster dengan ukuran b dan bra ukuran b ya, apa ada lagi yang anda pesan" kasir tersebut menanyai Rendy dengan ramah

"Sudah, itu saja nona" ucap Rendy membalas kasir itu dengan ramah

"Baik. Satu bra dengan celana dalam hipster harganya 182.000 rupiah"

Rendy seketika membeku diam mendengar harga tersebut

("182 rupiah? Yang benar saja, apa itu harga pakaian dalam perempuan? Bukannya 182 ribu rupiah itu cukup untuk biaya warkop selama 3 bulan")

Gumam Rendy di hatinya

Rendy sangat terkejut mendengar harga yang fantastis tersebut. Karena Rendy tidak pernah mengeluarkan uang sebanyak itu dalam satu kali pengeluaran. Biasanya Rendy akan menghabiskan uang 5 ribu rupiah atau 10 ribu rupiah, tapi harga yang harus dibayar disini adalah 182 ribu rupiah. Jelas harga yang berkali-kali lipat lebih banyak dari pengeluaran Rendy sehari-hari

lalu kasir tersebut melanjutkan perkataan nya

"Untuk pembayaran menggunakan cash atau kredit?"

Rendy langsung tersadar dari lamunan nya yang tidak terlalu berguna. Lalu  membalas perkataan kasir itu dengan berkata

"Saya menggunakan cash. 182 ribu ya? Baik, ini uang nya"

Setelah memastikan harganya sekali lagi, Rendy mengeluarkan uang dari dompetnya diikuti oleh tangan nya yang gemetar. Lalu dengan lembut kasir itu mengulurkan tangannya dan menerima pembayaran dengan sopan. Setelah menghitung bahwa uang yang dikeluarkan sesuai dengan harga, kasir itu meletakkan uang pembayaran itu di tempat yang semacam laci yang berada di balik meja yang kasir itu gunakan. Kasir itu pun tersenyum ramah

"Baik, terimakasih telah berbelanja, jangan lupa untuk berkunjung kembali ke toko ini"  

Setelah menerima tas belanja, Rendy berbalik dan meninggalkan toko itu tanpa mengatakan kata sepatah apapun.

Sambil berjalan pulang. Rendy akhirnya bisa mengehela nafas lega, karena ia bisa lepas dari tatapan gadis-gadis yang membuatnya muak.

Rendy mengambil hanphone yang disimpan di saku, dan mulai mengoperasikannya. Ternyata sudah jam 12 kurang. Setelah melihat jam, Rendy memasukkan hanphone nya kembali dan berbicara sendiri

"Baiklah, tinggal 'itu' saja ya"

Rendy lalu menuju elevator terdekat dan naik ke lantas atas

◇◇◇

Di atap mall. Angin berhembus pelan, angin disana sangat lembut, bahkan jika kau memejamkan mata mu untuk sementara, matamu pasti terasa berat dan ingin segera tidur.

Disana, terdapat seorang gadis yang memakai cardigan hitamdengan dalaman Blus serta rok mini yang dilengkapi stoking dan sepatu yang terlihat mewah

Gadis itu memiliki rambut hitam selutut yang indah. Disaat angin meniup rambut gadis itu, keindahannya bertambah

Keindahan itu tak bisa ditandingi oleh apapun di dunia ini.

Gadis itu memiliki senyum yang bagaikan mentari yang menyambut pagi.

Tubuhnya, dan semua tentang nya sangatlah indah, seperti bidadari yang telah jatuh ke dunia ini.

Gadis itu menatap ke bawah seakan-akan mengawasi segalanya.

Ia mengangkat kepalanya lalu berbalik, berjalan beberapa langkah dan berhenti.

Gadis itu pun mengangkat tangan nya seakan-akan akan menciptakan sesuatu, lalu gadis itu berkata

"Wahai budak setiaku, sebarlah ketakutan di dunia ini dan layanilah tuan sejatimu"

Seakan-akan menanggapi perkataan itu, semacam energi kegelapan muncul. Energi kegelapan itu mulai membentuk sebuah badan. Badan itu terlihat kekar, dan tidak seperti manusia.

Energi kegelapan itu menghilang digantikan oleh tubuh yang mengerikan, tubuh dari mahkluk itu seperti batu yang tersusun, wajahnya terlihat menyeramkan, ditambah lagi dengan mata menyala-nyala dari mahkluk itu menambah kesan menyeramkannya

Makhluk itu bersujud hormat pada gadis itu.

Lalu gadis itu berbicara

"Wahai budakku, mulai sekarang ku namakan kau Golem. Tugas mu adalah menghancurkan semua yang ada didepan mu, hancurkan segalanya yang menurut mu harus dihancurkan"

Lalu Golem membalas itu dengan hormat

"Serahkan pada saya, nona Lucifer" 

"Ya, aku menyerahkan nya pada mu"

Makhluk itu merubah wujudnya menjadi kegelapan lalu menghilang.

Gadis itu berbalik lalu berjalan sedikit ke arah tepi gedung, ia lalu melihat ke bawah sambil bergumam

"Lama tak melihatmu, keturunan Ayah"

◇◇◇

Sementara itu di lobby

Rendy mengambil handphone nya yang tersimpan di saku, lalu mengoperasikannya. Di handphone nya terpampang jelas bahwa jam sudah menunjukkkan 4 sore, dibandingkan dengan keberangkatan Rendy yaitu jam 9 pagi, ia sudah menghabiskan waktu cukup lama.

Ya meskipun itu wajar, karena Rendy telah mengelilingi semua toko buku dan perpustakaan di mall tersebut untuk membeli atau meminjam novel yang sedang ia ikuti, yaitu raja iblis yang bersekolah.

Kabarnya novel bergenre fantasi tersebut sudah merilis Volume ke 9, karena itu Rendy mencarinya mati-matian. Meskipun Rendy bisa membacanya di web illegal, tapi Rendy menghormati author nya yang sudah bekerja keras dan lebih memilih membelinya.

Saat berjalan keluar lobby, tiba-tiba terjadi kepanikan. Orang-orang berlari berhamburan, dan entah kenapa bangunan mulai bergetar seolah-olah akan jatuh.

"Ada apa ini? Kenapa bangunan bergetar seperti ini"

Rendy berlari dengan cepat keluar pintu untuk mencari tau apa yang sedang terjadi

Dan saat sudah diluar.

Ia melihat seorang gadis bertarung dengan sosok yang mengerikan

Saat itu

Detik itu

Pandangan Rendy...

Pikiran Rendy...

Bahkan hati Rendy...

Teralihkan oleh ketangguhan serta kecantikan gadis itu

Gadis itu bertarung dengan sangat hebat, bahkan tidak masuk akal

Karena dapat membuat sosok mengerikan yang seperti golem itu kewalahan.

Rambut indah gadis itu terurai, disaat ia melepaskan beberapa tendangan memutar

Pada kedua kaki nya dilapisi oleh sebuah Nano tech, seperti nya itu sumber kekuatan tidak masuk dari gadis itu

Gadis itu melompat dan menendang kaki kirinya memutar hingga mengenai kepala monster itu, dan dengan sedikit dorongan monster itu jatuh ke tanah. Gadis itu mengangkat kakinya dan menghentakkannya ke punggung monster itu yang terbuat dari batu. Namun monster itu menggulingkan badan nya di tanah untuk menghindari serangan lanjutan. Jalan beraspal seketika terbelah disaat kaki berlapis nano tech itu menyentuh tanah, suara benturan yang sangat keras pun menggema, dan disaat itu juga gadis itu menendang kakinya ke atas, tapi karena monster itu sudah hafal dengan pergerakan gadis itu. Ia berhasil menghindar tepat waktu dan mengurangi dampak yang diakibatkan tendangan gadis itu. Dengan kecepatan yang tak bisa di lihat mata, monster itu mengarahkan pukulan nya ke arah gadis itu

"...Hah?"

Gadis itu menyinglangkan kedua tangan nya untuk melindungi dirinya sembari menutup kelopak matanya

Tapi...

Beberapa detik telah berlalu

Yang terasa bukan lah rasa sakit

Namun hanya terdengar sebuah suara

Suara benturan tembok yang sangat keras

Gadis Dengan perlahan membuka kelopak matanya karena tak menerima rangsangan apapun

Dan disaat itu, seorang pria dengan gagah berdiri di depannya sembari mengepalkan tinju

Gadis itu hanya bisa menatap pria di depannya dengan tatapan kosong

("Siapa dia? Apa pria ini yang memukul Enternity tadi?")

Tanpa sadar, gadis itu berbicara sendiri di hatinya                                                       

Gadis itu terus memikirkan situasi yang terjadi tiba-tiba. Tapi bukannya jawaban yang muncul, yang ada hanyalah jalan buntu yang tak tau kapan berakhir

Situasi yang tak bisa dijelaskan oleh akal sehat telah terjadi

Gadis itu terus berfikir menggunakan  akal sehat berserta imajinasi yang bercampur menjadi satu

Namun disaat memikirkan itu

Pria itu... Rendy itu menoleh.

Dan disaat bersamaan, gadis  itu langsung terpesona akan ketampanan Rendy.

Mata perak seperti berlian. Rambut hitam nya yang legam menghiasi wajah Rendy. Wajah tampan seperti pangeran-pangeran pada cerita dongeng.

("Ketampanan ini, apakah nyata?")

Gadis itu bergumamam pada dirinya sendiri saat melihat ketampanan Rendy

Pupil Rendy bergerak kesana kemari seakan memastikan kondisi gadis itu. Rendy tersenyum dan mengangkat bibirnya

"Tadi itu sangat gawat ya nona,apa kau baik-baik saja?"

"....."

Disaat bersamaan, lamunan itu hancur dan membuat gadis itu tersadar

("Tidak ada waktu luang untuk memikirkan ini")

Gadis itu melihat serta mencerna keadaan sekitar dengan cepat. Saat itu juga matanya membulat sempurna karena menyadari hal itu.

("S-siapa pria ini, mengapa warga sipil seperti dia mampu melawan balik enternty dengan mudah?")

Pikirannya menjadi kacau, yang hanya ada dipikirannya saat ini adalah bagaimana pria yang ada di depannya mampu melawan monster itu tanpa alat bantu sekalipun. Bagaimana bisa  dan bagaimana mungkin itu terjadi

Pria yang berdiri di depannya muncul dengan kondisi mengepalkan tinju yang seakan-akan melindunginya. Dan disaat pria itu muncul, monster yang bertarung dengan nya menghilang entah kemana. Artinya, pria itu melawan balik dan membuat monster itu terpental, dan itu hanya dengan sekali serangan. Yang berarti pria itu memiliki kekuatan yang sangat setara dengan monster itu

Gadis itu hanya terdiam sambil memikirkan apa yang telah terjadi

Jika itu benar, maka pria yang didepan gadis ini bukan seorang manusia

"Siapa sebenarnya pria ini? Apakah pria ini manusia? Atau..."

Gadis itu kembali melamun karena memikirkan itu

"Apa kau baik-baik saja, nona?" Rendy sedikit meninggikan suara

Gadis itu kembali sadar dari lamunannya dan berkata dengan nada lirih

"Ah... A-aku baik-baik saja"

Rendy menghela nafas lega seakan bersyukur tentang apa yang ia dengar lalu berbicara

"Apa yang kau pikirkan? Kenapa kau tidak menghindar, jika kau menerima pukulan itu tentu saja kau akan mati loh"

Gadis itu hanya menundukkan kepalanya

"Ma-maafkan aku"

Suara penyesalan terdalam terdengar.

Bersamaan dengan ekspresi yang sama gadis itu mengalihkan pandangannya

Rendy merasakan penyesalan gadis itu. Gadis itu nampak sedih karena telah merepotkan orang yang tidak gadis itu kenal

Kecantikan gadis itu terbuang sia-sia bersamaan dengan rasa penyeselan mendalam. Rendy tak ingin gadis itu merasakan penyesalan mendalam karena hal sepele.  Untuk menghibur gadis itu, Rendy tersenyum puas dan berbicara

"Kau tidak perlu menyesal. Semua manusia juga melakukan kesalahan, yang terpenting kau selamat" Ucap Rendy sambil tersenyum puas

Perkataan menghibur itu membuat gadis itu mengangkat kepalanya. Dan ia melihat senyumannya

Saat melihat senyum Rendy, entah kenapa waktu seolah-olah berhenti, dan juga tiba-tiba tubuhnya menjadi panas, pipinya merona kemerona kemerahan

Tubuh gadis itu menolak untuk bergerak, padahal ia masih memiliki energi untuk bergerak tapi entah mengapa tubuhnya tak bisa digerakkan.

Lalu dengan malu-malu, gadis itu menjawab

"Y-ya. Terimakasih"  

Situasi sempat damai beberapa saat. Namun kedamaian itu hancur dikarenakan suara reruntuhan yang bergerak

Rendy langsung menoleh ke arah reruntuhan dengan tatapan serius untuk sementara, lalu menghela nafas. Sambil menyerahkan tas belanja nya pada gadis itu, Rendy berbicara

"Aku titip ini" ucap Rendy dengan nada tegas

Gadis itu menerima tas belanja itu dan memeluknya

"Jaga baik-baik ya, aku akan kembali secepatnya"

"....."

Gadis itu hanya mengangguk bisu

Rendy berjalan ke arah reruntuhan itu, sambil menyiapkan tinju

Saat sedang berjalan ke sumber suara, Rendy melihat sekitar.

Sungguh pertarungan yang hebat. Bekas pertarungannya saja menunjukkan jika pertarungan yang cukup sengit baru saja terjadi

Jalan aspal yang retak tersebar dimana-mana. Pohon-pohon yang tinggi jatuh ke tanah. Dan ada salah satu bekas pertarungan yang sangat mencolok

Yaitu tangan besar yang membekas di tanah. Bekas itu juga membuat lubang besar yang membelah tanah.

Dari situ Rendy menyimpulkan.

"Oh... Jika monster itu serius, mungkin dia bisa menghancurkan gedung pencakar langit"

Sambil menyeringai, Rendy bergumam di hatinya  

("Apa perlu aku mengeluarkannya? Sepertinya tidak. Ya, menahan diri lebih bagus daripada menunjukkan kartu as")

Rendy melanjutkan perjalanannya ke  monster itu  dengan langkah yang sedikit cepat

Monster itu berusaha untuk keluar dari puing-puing yang menimpanya. Disaat keluar, ia melihat sebuah bayang-bayang.

Bayang-bayang itu tertutupi debu-debu reruntuhan, bayangan itu terus berjalan kearah nya. lalu dengan matanya yang bersinar terang, monster tersebut meningkatkan penglihatannya, namun tidak bisa, bayang-bayang itu tetap ditutupi tebal nya debu reruntuhan

Namun saat debu reruntuhan itu mulai menghilang, betapa terkejutnya ia. Yang ada di hadapannya adalah seorang pria yang tak menggunakan  alat apapun, ia murni ingin menantang nya dengan tangan kosong.

Monster itu tertawa dengan apa yang ia lihat, karena dia mengira pria yang ia lihat adalah manusia biasa

Tapi sebenarnya pria yang didepannya adalah orang yang membuatnya terpental

Lalu monster itu berkata

"Hahahaha.....seorang manusia berusaha mengalahkan ku, apa yang kau bisa lakukan manusia!" monster itu berkata dengan meninggikan suaranya

"Sombong sekali kau, apa kau lupa siapa yang membuatmu terpental?"

Sosok Rendy mulai terlihat disaat Rendy mengatakan gertakan itu

Monster itu sempat memundurkan langkah nya, dan berkata  

"Hah? Aku tak peduli, lagipula aku lengah saat kau memukulku"

Rendy Menyeringai saat mendengar bantahan itu

"Begitu ya"

Rendy langsung mempererat tinjunya, disaat itu Rendy langsung melompat sambil berteriak menuju monster itu. monster itu berhasil menghindar, tapi dengan tangan nya Rendy mendorong monster tersebut lalu menendang nya.

Monster itu terpental sampai menembus sisi lain mall. Tapi dengan cepat Rendy menyusul monster itu dan memukul nya sampai aspal jalan retak karena benturan yang terjadi akibat tangan Rendy dan tubuh monster itu. Monster itu hanya bisa merintih kesakitan, sambil berkata

"Guh....Si-siapa kau sebenarnya?"

"Aku? Hanya anak SMA biasa"

Jawaban itu sangat tidak memuaskan. Monster itu melakukan perlawanan

"Tch. HAAAAAAAAAA!"

Monster itu pun berteriak dengan sekuat tenaga

Seketika aura kegelapan keluar dari tubuh monster itu. Rendy langsung melompat untuk membuat jarak karena merasakan bahaya

Dengan perlahan, monster itu berdiri, aura kegelapan yang menyelimuti tubuhnya itu mulai menyebar.

Aura kegelapan itu mulai mengikis apapun yang ia lewati seakan-akan aura itu menguraikan semuanya dalam bentuk asli

Rendy merasakan suatu kengerian dari aura itu, Rendy membalikkan badan dan berlari

Dengan kecepatan yang tak masuk akal, Rendy sampai ke tempat gadis itu dengan sekejap.

Gadis itu kembali menatap Rendy dengan tatapan kosong karena Rendy muncul di depannya tiba-tiba.

Dan tanpa sadar, gadis itu memiringkan kepalanya

"Eh...."

"Yo" Rendy mengucapkan itu dengan sangat santai. Seakan sudah membereskan masalah

"Ah...hai"               

Tanpa sadar Gadis itu membalas sapaan Ringan Rendy.

Keadaan sempat hening sesaat

Saat itu juga pikiran gadis itu berhasil mencerna apa yang terjadi.

"Yo dari hongkong! Bukan waktunya untuk saling menyapa seperti ini!"

Rendy tertawa seolah tak tahan lagi dengan ekspresi gadis itu.

Gadis itu cemberut karena ia ditertawai, lalu berbicaa

"Apa yang lucu!"

Rendy menghentikan tawanya dan menghela nafas

"Maaf-maaf"

"Lalu bagaimana kondisi monster itu? Apa kau berhasil mengalahkannya?"

Saat mendengar itu, Rendy membalikkan badannya. Ia melihat ke arah gedung mall yang saat ini masih utuh dari depan.  Gadis itu menatap bingung ke arah Rendy. Dan Rendy berbicara

"Tidak, urusan ku dengannya belum selesai"

Rendy menoleh

Bersamaan dengan itu

Aura hitam memenuhi mall itu sepenuhnya,disaat itu juga seluruh mall terurai. Yang ada hanya tanah kosong yang sangat luas

Ditengah-tengah aura kegelapan itu, suatu entitas berjalan dengan santai

Entitas itu menjadi sumber dari aura kegelapan yang menyebar layaknya awan.

Itulah monster yang Rendy dan gadis itu lawan sebelumnya, Golem

Gadis itu melihat Aura yang dipancarkan Monster itu. Ia terperangah saat mengetahui Aura itu

Gadis itu berteriak kepada pria tersebut dengan nada ketakutan

"Lari lah! Monster itu mengeluarkan nya, jika kau terkena aura itu kau akan mati!"

"...."

Rendy tak memperdulikan peringatan gadis itu, seakan-akan ia tau dalam kondisi seperti ini ia harus bagaimana

Gadis itu semakin khawatir pada Rendy, sekali lagi ia memperingatkannya untuk lari

"Oi! Apa kau mendengar ku"

"..."

Namun Rendy tetap tak menjawab seolah-olah ia tak mendengar perkataan nya

Aura kegelapan monster itu terus mendekati Rendy, namun Rendy hanya memundurkan langkah nya untuk menghindari aura mengerikan monster itu

Rendy pun menoleh ke belakang lalu berbicara

"Maaf, kali ini aku tak bisa mundur. Sudah cukup aku hampir kehilangan segalanya, aku tidak mau mengalaminya lagi...karena itu.."

Perkataan Rendy tiba-tiba berhenti

Rendy tersenyum puas  Lalu melanjutkan perkataannya

"Aku akan melindungi mu, meski aku mati sekalipun. Karena kau....cinta pertama ku" ucap Rendy dengan nada riang

Mendengar tekad Rendy, Gadis itu hanya menundukkan kepalanya, lalu tiba-tiba air mata mengalir keluar dari matanya itu

Air matanya terus mengalir dan mengalir. Ia tak bisa menghentikan air mata itu, bahkan ia tak tau cara menghentikannya

("Kenapa, kenapa kau mengatakan itu, jangan berkata seolah-olah sebentar lagi kau akan mati")                  

Pikiran gadis itu dipenuhi oleh kata-kata itu, ia tak tau alasan pria yang ada depannya ini berjuang sekeras ini. Meski pria itu berkata kalau ia mencintainya, ia tak tau apakah ia bisa membuka hatinya untuk pria itu

Rendy balik menoleh. Sambil berkata

"Karena itu, jika kau bisa lari, larilah! Sebelum semuanya terlambat" ucap Rendy dengan meninggikan suaraanya

Namun gadis itu tak bergerak sedikitpun, tubuhnya kaku seakan-akan tak mempunyai tenaga untuk bergerak

Mengetahui itu, Rendy hanya menghela nafasnya

"Tidak ada pilihan lain ya, baiklah"

Rendy mulai menghirup nafas, lalu mengeluarkannya lewat mulut. Dan langsung berlari menuju aura  hitam pengurai itu

Melihat itu, monster itu tak bisa menahan tawanya, meskipun pria itu tau kalau memasuki auranya sama saja dengan menggali kuburannya sendiri. Pria itu tetap berlari ke arah nya

"Benar-benar kebodohan yang luar biasa"

Namun saat Rendy memasuki aura itu, ia tak mengalami apa-apa, ia tak terurai atau mengalami hal serupa. Seakan-akan Rendy mengabaikan efek dari aura itu

Menyadari hal itu, baik monster maupun gadis itu menjadi terkejut.

"Bagaimana kau melakukannya, kenapa Kau tak terpengaruh oleh aura ku, kenapa?"

Monster itu berfikir dengan keras, tapi ia tetap tak bisa menemukan jawabannya

Gadis itu hanya terdiam, ia tak mampu berfikir lagi

Rendy terus berlari dengan cepat ke arah monster itu sembari mengepalkan tinjunya untuk melepaskan pukulan mentah pada monster itu

Begitu juga dengan monster itu, monster itu mulai memfokuskan energinya pada tangan nya, lalu mengepalkan tinju untuk membalas pukulan yang akan dilancarkan pria itu

Disaat posisinya mulai mendekati monster itu dengan sekuat tenaga Rendy melompat, dan mengarahkan pukulan nya pada monster itu

Begitu juga dengan monster itu, dengan sekuat tenaga ia melepaskan tinjunya pada Pria itu

"haaaaa!"  teriakan terdengar jelas dari Rendy

Pukulan mereka saling bergores dan saling menembus pertahanan masing-masing

Pukulan itu saling bertemu

Dentuman keras yang mengakibatkan gendang telinga pecah terjadi

Dentuman itu menyebar layaknya angin tornado yang melibas segalanya

Membuat gadis itu terpental jauh dari tempat kejadian

Beberapa saat telah berlalu

Dentuman yang mengerikan itu telah menghilang

Gadis itu mencoba membuka kelopak matanya

Saat itu, keadaan sekitar sangat kacau

Kehancuran tersebar dimana-mana, dalam jarak 100 meter, yang ada hanyalah reruntuhan bekas gedung-gedung pencakar langit

Tapi entah kenapa gadis itu masih bertahan  dalam kondisi mengerikan yang terjadi, dengan linglung, gadis itu mencoba berdiri sambil mengucek matanya yang berdebu

Disaat itu, dari kejauhan, Gadis itu melihat kejadian tak terduga

Gadis itu terperangah tak percaya akan yang terjadi

Ia yakin pria itu mampu mengalahkan monster itu, kekuatannya saja mampu mengungguli monster itu

Tapi sayangnya, realita berkata lain

Pria yang menyelamatkannya, pria yang dengan tangan kosong mampu melawan balik monster itu

Sekarang ini...

Dicekik monster itu...

Wajah pria itu tampak tak berdaya, tapi di wajahnya tidak ditampilkan kalau ia sedang kesakitan atau ketakutan.

Sontak gadis itu menyadari suatu keanehan

"Tidak. Pria itu masih memasang topeng nya, artinya ia belum serius dari awal pertempuran, dengan kata lain  masih ada kekuatan yang ia sembunyikan"

Gadis itu semakin bingung dengan pria tersebut

("Siapa sebenarnya pria itu? Kenapa ia menahan diri sampai sejauh ini? Apa seberbahaya itukah kekuatan nya hingga membuat nya menahan diri seperti ini? Apa pria itu tak ingin menunjukkan kekuatan aslinya karena akan ada orang yang akan menjadi korban? Jika benar begitu maka....")

Gadis itu langsung membuang semua pikirannya. Dengan sekuat tenaga ia berusaha berdiri dari tempat nya saat itu, namun tak bisa

Gadis itu terus dan terus memaksa dirinya agar berdiri, tapi hasilnya nihil

"Ku mohon, bergeraklah"

Gadis itu menangis dalam keputusasaan

"Kumohon..."

Gadis itu berteriak, meratapi ketidakberdayaan nya yang menyedihkan

Namun ada harapan terlintas di pikirannya

Dengan cepat gadis itu mengambil handphone yang tersimpan di sakunya, dan mengoperasikannya, lalu menelpon seseorang

Gadis itu tak tau harus bagaimana lagi, satu-satunya cara yang ia pikirkan hanyalah itu

Sesasat kemudian lingkaran sihir muncul di sebelah gadis itu, cahaya kebiruaan menerangi lingkaran sihir itu. Muncul seorang pria yang memakai mantel hitam bercorak biru dan memakai rompi  berwarna hitam dari lingkaran sihir itu

Pria itu mengampiri gadis yang disebelahnya lalu menanyakan kabarnya

"Apa kau baik-baik saja"

"Aku baik-baik saja, tapi jangan pedulikan aku, selamatkan orang itu" gadis itu menunjukkan jarinya ke depan

Pria itu langsung menoleh

Dan saat itu, pemandangan seorang pemuda yang dicekik monster itu terlihat

Tanpa ragu pria itu menarik pedang dari sarung nya, mencoba menyelamatkan pemuda itu

Namun sepertinya sudah terlambat

Monster itu sudah mengarahkan tinjunya yang diiringi oleh energi kegelapan ke arah wajah pemuda itu.

Namun disaat semuanya hampir berakhir, Rendy berkata dengan sangat lirih sampai-sampai tak bisa didengar siapapun

"Dengan kekuatan sekecil ini, kau ingin mengalahkan ku?"

Sesaat kemudian

Pedang berbungkus api jatuh dari langit

Membuat Rendy dan monster itu terpental

Benturan pedang berbungkus api dengan tanah, membuat daerah disekitar pedang itu ditelan api yang ganas

Pria itu yang melihat dari jauh, hanya bisa terperangah karena kemunculan pedang itu

Kakinya, matanya, tak bisa dialihkan dan hanya bisa menatap pedang berkobar api itu

"Pedang itu..."

Tanpa sadar pria itu nengucapkannya

Berganti ke Rendy

Cahaya mulai memenuhi matanya. Dengan perlahan, Rendy mulai membuka kelopak matanya

"Uhuk-uhuk"

Rendy bangun dari pingsan nya, mencoba melihat sekitar

Pemandangan sejauh mata memandang hanya kumpulan api yang sangat panas. Api itu menghalang keadaan yang berada di luar

Rendy berusaha berdiri  

Karena ada sesuatu yang harus ia selesaikan

Setelah berdiri, Rendy melangkahkan kakinya dengan perlahan. Dan mulai mengangkat kepalanya yang masih menunduk

Saat itu, Rendy melihatnya. Sebuah pedang yang dilapisi oleh panasnya api

Pedang itu nampak indah

Api yang melapisi pedang itu seolah-olah melindungi pedang itu dari orang asing yang berusaha memegang nya

Pedang itu sangat kuat, dan pastinya memiliki kehendak sendiri.

Rendy terpengarah kagum dengan pedang itu

Dan disaat itu juga, sebuah suara memasuki pikiran Rendy

Suara itu dengan lembut mengisi pikiran Rendy

"Peganglah pedang itu, jika kau memegangnya, kau dapat melindungi apa yang berharga darimu dari apapun"

Suara yang tak asing

Tapi Rendy mengabaikan itu dan memikirkan tawaran suara itu

("Apa aku benar-benar bisa melindungi semuanya? Apa aku benar-benar tak akan kehilangan orang yang berharga bagi ku?")

Kebingungan melanda hatinya. Meskipun berusaha sekuat apapun, pasti ada sesuatu yang dikorbankan jika dalam sebuah pertarungan. Tapi dihatinya ia ingin melindungi segalanya dari apapun itu.

Seakan mendengar suara hati Rendy, suara itu menjawab

"Ya....kau mampu melindungi nya, jika kau berusaha"

Jawaban nya sedikit mengcewakan

Tapi dengan tatapan penuh tekad, Rendy berjalan ke arah pedang itu

Meski api membara yang melindungi pedang itu sangat panas, Rendy melewatinya dengan santai seoalah-olah ia tak bisa merasakan panas sama sekali.

Rendy mencoba menjulurkan tangan nya dan meraih pedang itu

Sensasi panas yang luar biasa langsung terasa

"Guh..."

Api langsung membakar tangan Rendy

Merubah tangan yang ditutupi kulit menjadi tulang belulang

("Hmp, aku jadi bernolstalgia. Rasa sakit yang benar-benar menyakitkan")

Gumam Rendy di hatinya

Rendy berusaha mengangkat pedang itu, namun  pedang itu sangat berat meski diangkat Rendy sekalipun.

Meski Rendy berusaha sekuat apapun, ia tak bisa mengangkat pedang itu.

Rendy pun menghela nafas, dan mengucapkan permohonannya

"Wahai pedang, tolong izinkan aku menggunakan mu untuk melindungi apa yang ingin ku lindungi, izinkan aku menggunakan kekuatan mu yang besar ini untuk melindungi hal yang berharga. Karena itu, pilihlah aku"

Dengan sepenuh hati Rendy mengatakan permohonan itu kepada pedang yang berselimut api, dan berusaha menariknya

Disaat ia menariknya, entah kenapa pedang itu menjadi ringan. Ia pun mengangkat pedang itu dengan sekuat tenaga

Bersamaan dengan tertarik nya pedang dari tempatnya, api membakar tubuh Rendy.

Api itu telah padam

Dan di tubuh Rendy, Mantel hitam bercorak emas terpakai di badan Rendy. Di balik mantel itu, kaos dan celana serba hitam melapisi tubuh Rendy

saat melihat penampilan nya itu, Rendy pun tersenyum kecil sambil berkata

"Pakaian yang bagus"  

Rendy menurunkan pedang itu, dengan nada percaya diri Rendy berkata kepada monster itu

"Sekarang, ayo kita mulai ronde kedua, monster sialan!"

Saat monster itu melihat pedang yang dipegang Rendy, ia langsung berkeringat dingin. Lalu dengan nada kesal, monster itu berbicara

"Pedang itu... Jangan-jangan"

Monster itu terkejut dengan pedang yang dipegang Rendy.

Seolah-olah ia sudah mengetahui pedang itu

Monster itu menghentakkan kakinya ke tanah. Tanah tiba-tiba terbelah, dan dari tanah yang terbelah itu, Goblin dengan jumlah tak terhitung bangkit dari hasil hentakan iti

Para Goblin-Goblin itu membentuk setengah lingkaran seolah-olah melindungi monster itu. 

"Maju"

Monster itu berkata singkat. Dan Goblin-Goblin itu berlarian menuju Rendy

Rendy mengangkat pedang nya tinggi-tinggi, sambil mengumpulkan energi yang ada pada pedang itu. Rendy menebas pedang itu secara horizontal

Tebasan energi pun tercipta dari pedang itu

Dengan cepat tebasan energi itu menguraikan apa yang ia lewati. Semua Goblin yang berjumlah tak terhitung itu lenyap seketika

Monster itu tak percaya dengan apa yang ia lihat, dan berlari menyerang Rendy. Rendy juga langsung berlari

Adu serangan antara manusia dan entitas asing pun di mulai

Rendy mulai mengangkat pedangnya, dengan kecepatan yang tak bisa diikuti mata, Rendy langsung melesat dan memberi monster itu tebasan menyilang. Sambil dilapisi api, Rendy terus memberi monster itu tebasan menyilang. 10 kali, tidak bahkan lebih dari 20 kali Rendy terus mengulangi gerakan yang sama dan tak memberi kesempatan monster itu menyerang balik.

Saat dirasa sudah cukup, Rendy pun mengganti gaya tebasannya menjadi tebasan Vertikal. Saat Rendy menebas secara vertikal monster itu langsung terlempar ke atas dan Rendy pun langsung melompat ke atas mengikuti monster itu dan menendang moster itu di pundak

Monster itu langsung terpental ke bawah hingga membentuk kawah kecil. Namun serangan Rendy tak berhenti dari situ saja, dengan kecepatan yang melebihi suara, Rendy pun  menusuk-nusuk titik vital dari monster itu.

Ledakan terbentuk saat pedang Rendy dan tubuh monster itu bergesekan.

Ledakan kuat itu meruntuhkan gedung-gedung dalam jarak 300 meter dan terus meledak tanpa istarahat

Efek pertarungan ganas mereka menyebar kemana-mana

Dengan menggunakan pedangnya, pria yang disamping gadis itu mulai membentuk perisai air karena sangking ganas nya pertarungan.

Pria itu melihat Rendy dengan tatapan kagum, lalu berbicara

"Sungguh pertarungan yang luar biasa, para pengguna dari pedang legenda itu memang sangat hebat"

Lalu gadis yang disebelah pria itu membalas

"Pertarungan ini, apakah bisa dilakukan oleh kesatria suci yang baru terpilih?"

"Entah lah, tapi yang pasti, pria yang dipilih oleh pedang itu sangatlah spesial, makanya pria itu mampu menggunakan semua potensi yang ada pedang legenda"

Perkataan yang masuk akal, gadis yang berada disebelah pria itu tak bisa membantah pendapat pria itu dan hanya bisa melihat pertarungan dari jauh

Rendy yang telah menusuk-nusuk monster itu hingga berkali-kali, akhirnya memberi monster itu istirahat.

Rendy menendang monster itu dan monster itu pun terpental sampai membuat tanah terbelah menjadi dua

Rendy menurunkan kakinya, sambil menancapkan pedang nya ke tanah sambil berkata

"Inilah akhirmu, monster"

Monster itu hanya bisa terengah-engah sambil menatap Rendy dengan kesal

"Sialan kau, haaaaaa"  monster itu berteriak dengan keras

Seketika aura kegelapan meluap keluar dari tubuh monster itu. Disaat itu juga cuaca yang asalnya cerah berubah menjadi gelap gulita karena aura kegelapan nya itu.

Aura itu semakin kuat

Tapi Rendy tetap tenang, sambil menunggu kapan waktunya untuk bertindak

Sementara itu gadis yang berada dalam lindungan perisai air pria yang disampingnya menjadi bingung dengan keadaan yang terjadi, gadis itu menoleh kebingungan. Namun pria yang ada disebelahnya terus mengamati Rendy

Seiring dengan menyembarnya petir, tubuh monster itu bersatu dengan reruntuhan sekitar dan bertambah besar hingga sebesar gedung pencakar langit.

Lalu dengan amarah yang berapi-rapi, monster itu melancarkan pukulannya ke arah Rendy, monster itu yakin dengan keadaan saat ini kemenangan pasti ada di pihaknya. Namun semua itu tak sesuai dengan yang monster itu bayangkan

Ada yang menahan pukulannya

Saat itu akhirnya monster sadar, kalau tangan nya dihalangi oleh pisau-pisau yang terbuat dari api

Lalu Rendy yang dibawah berkata

"Kau pikir hanya dengan ukuran dan kekuatan kau bisa mengalahkan ku?"

Rendy menatap monster itu dengan tatapan yang tak mununjukkan belas kasih

Rendy mengangkat tangan nya, dan menjentikkan jarinyaa bersamaan dengan mengatakan suatu jurus

""

Seketika pisau yang terbuat dari api tercipta dengan jumlah yang tak terhitung. Pisau-pisau terus tercipta dan mengelilingi monster itu dari semua arah hingga membuat monster itu tak bisa bergerak karena sangking banyaknya pedang yang mengelilinginya

Rendy lalu mengepalkan tinju.

Seketika pedang-pedang tak terhitung menghujani monster itu, monster itu bahkan tak diberi satu detik pun istirahat, ia terus dihujani oleh pedang yang mampu menguraikan segala sifat.

Monster itu hanya mampu berteriak kesakitan tanpa diberi kesempatan untuk membalas.

Monster itu akhirnya lenyap.

Tapi ada yang tersisa dari monster itu

Energi hitam yang menghilang entah kemana

Rendy melihat ke arah energi hitam yang sudah menghilang itu, dan berbicara

"Energi apa itu?"

Rendy berusaha memikirkan energi apa yang barusan menghilang itu

Tapi Rendy sadar....

("Hmp. kenapa aku memikirkan hal yang sia-sia")

Rendy pun membalikkan badan nya dan mulai berjalan. Tubuh Rendy pun ditutupi api sesaat, saat api itu padam ia terlihat tidak membawa pedang nya maupun memakai jubahnya

Sepertinya itu adalah mode terbatas yang diakses saat memegang pedang itu

Pria yang bersama gadis itu yang mengetahui kalau pertempuran sudah selesai menghilangkan pelindung air nya. Lalu sambi menyiapkan portal teleportasi, pria itu berkata

"Aku kembali dulu ya, apa tidak sekalian ikut kembali bersama ku?"

Namun gadis itu menunduk sambil melihat tas belanja yang dibawanya, gadis itu menggelengkan kepalanya sambil berkata

"Hmmmm, aku ingin mengucapkan terimakasih pada pria itu"

"Begitu ya, kalau bergitu aku pergi dulu ya"

"Ya"

Lingkaran sihir kebiruan itu muncul, pria itu langsung tertelan oleh cahaya biru dan menghilang. Gadis itu pun berdiri dari tempatnya lalu berjalan kearah Rendy.

Saat Rendy berjalan melewati  kabut debu yang tebal, Rendy mulai merenungkan apa yang terjadi. Lalu sambil sedikit tertawa Rendy berkata dalam hatinya

("Haha, entah kenapa alurnya seperti dicerita Light novel")

Jelas saja kebetulan seperti ini sangat aneh. Tapi Rendy tak terlalu memikirkan itu, karena memikirkan hal yang sia-sia seperti itu tidak terlalu penting

Yang penting adalah kerusakan yang terjadi disini. Ya, masalah yang paling nyata didepan matanya

("Apa aku harus membayar semua ini ya")

Gumam Rendy di hatinya sambil berkeringat dingin

Ya sepertinya Rendy harus kabur saat ini juga sebelum berita tentang kejadian ini tersebar, namun sebelum itu Rendy harus menemui gadis yang tak dikenal nya itu untuk mengambil pakaian dalam yang diminta Vera.

Disaat kabut itu mulai menipis, terdapat sebuah bayangan yang berlari padanya.

"Ah…..bayangan itu pasti"

Rendy langsung berlari menuju bayangan itu.

Dan benar saja, bayangan itu merupakan gadis yang ia selamatkan tadi.

Dengan terengah-engah, gadis itu mengulurkan kedua tangannya, untuk memberi tas belanja Rendy

"Ah...Terimakasih"

Rendy tersenyum canggung saat gadis itu memberi tas belanja nya

Namun setelah itu ia tak tau harus membicarakan apa, suasana menjadi dingin lanyaknya es, mereka hanya saling diam dan tak membalas. Namun Gadis itu memecah suasana dingin tersebut dengan berbicara

"Eeee…..tentang apa yang kau katakan itu, bisakah aku memberi jawaban nya saat hatiku sudah siap"

Mendengar itu, Rendy memasang wajah seperti "Ahh…begitu ya" lalu Rendy berbicara

"Tidak apa-apa, pikirkan jawaban mu itu baik-baik. Aku tidak ingin kau menyesal memilihku"

"Terimakasih" ucap gadis itu dengan lirih

"Sama-sama"

Setelah membahas itu, suasana kembali menjadi seperti semula. Namun kali ini Rendy yang memecahkan suasana itu dengan berkata

"Namamu siapa?"

"Eh? Namaku?"

"Ya namamu"

"Ah, namaku aishia, kalau namamu"

"Namaku Arsenio Rendy, salam kenal Aishia"

"Ya, salam kenal A-arsenio" Aishia mengucapkan nama pria itu dengan ragu

"Eeee panggil aku Rendy saja, itu nama keluarga ku, hehe"

"Yang benar"

Gadis itu terkejut tak percaya. Karena jarang orang indonesia yang memiliki nama keluarga, apalagi di jawa ini. Jika ada orang yang memiliki nama keluarga, pastinya leluhurnya adalah anggota kerajaan

Gadis itu memperbaiki panggilannya, yang awalnya Arsenio menjadi Rendy

"Kalau begitu, salam kenal Rendy"

"Ya, salam kenal Aishia"

Rendy tersenyum, diikuti dengan gadis itu yang tersenyum bahagia. Momen itu adalah momen yang sangat indah, namun sayangnya momen itu harus segera berakhir karena waktu yang semakin mendekati malam

Rendy lalu berbicara pada gadis itu untuk pamit pulang

"Aku pamit pulang dulu, sampai jumpa Aishia"

Rendy langsung berbalik dan berjalan pergi. Sebelum Rendy berjalan terlalu jauh, Aishia teringat dengan barang yang dibawanya, ia pun memanggil Rendy dengan keras

"Rendy! Barang mu!"

Seketika Rendy langsung berhenti, ia pun berkeringat dingin kalau seandainya ia pulang tanpa membawa apa yang Vera pesan. Rendy langsung berbalik dan berjalan ke arah Aishia dan mengambilnya. Dengan senyum masam, Rendy mengucapkan salam perpisahan dengan benar, dan pergi dari tempat itu.

Disaat Rendy sudah menghilang dari penglihatan Aishia, Aishia baru sadar kalau ia lupa meminta nomor Rendy dan itu membuat Aishia berfikir apa ia harus membuntutinya

Aishia menghela nafas besar sambil berjalan kearah yang Rendy lewati sambil membuat wajah lesu

◇◇◇

Sore menjelang malam, pada jam 17:50 di kediaman Arsenio

Vera saat ini sedang menonton TV di ruang keluarga.

Vera melihat TV sambil meminum teh hangat. Saat ini Vera memakai pakaian rumah pada umumnya, yaitu kaos oblong bewarna ungu serta celana yang cukup ketat, meskipun memakai itu dianggap 'berbahaya' karena ia tinggal bersama kakaknya yang merupakan seorang laki-laki, tapi Vera masih memakai itu.

Sepertinya Vera memiliki kepercayaan yang tinggi akan keamanan dirinya sendiri dirumah orang tuanya.

Di ruang keluarga, semua tampak rapi dan bersih. Bahkan sangking bersihnya lantai di ruang itu mampu memantulkan cahaya. Tapi tentu saja bukan hanya ruang keluarga yang Vera bersihkan, semua ruang baik itu sudut terkecil sekalipun sudah dibersihkan sebersih mungkin. Mungkin itu alasan Vera menonton TV, ia tidak tau apa yang harus ia lakukan selanjutnya dan akhirnya menonton TV.

Vera merupakan seeorang yang rajin, ia tidak pernah menonton TV jika ada pekerjaan rumah yang harus ia kerjakan, hanya waktu senggang inilah Vera menonton TV

Selain menikmati waktu senggang, ada alasan lain Vera menonton TV, ia menunggu kepulangan kakaknya. Ya, dari jam 9 sampai saat ini jam 17:50, Rendy masih saja belum pulang. Entah apa yang terjadi tapi semoga itu bukan hal yang buruk

(ting tong)

Suara bel menggema dari pintu

Vera pun menoleh, ia langsung tau siapa yang ada dibalik pintu itu

Tentu saja itu kakaknya, siapa lagi memangnya?

Vera langsung berdiri dan berjalan ke arah pintu, lalu membukanya

Dan benar saja, yang Dibalik pintu itu adalah Rendy yang sedang memasang senyum masam seolah-olah berkata "Aku pulang"

Melihat itu, dengan nada yang seolah-olah melihat seorang sampah, Vera berkata

"Lama sekali pulang nya, apa kakak berburu doujinshi?"

Mendengar tuduhan palsu itu, Rendy hanya bisa menghela nafas lalu menjelaskan alasannya pulang telat

"Aku mencari Novel tau"

"Maaf tapi aku tidak mempercayai itu, lagipula, sesusah itukah memilih pakain dalam untukku"

"Kau ini ya" ucap Rendy dengan kesal

"Jadi, kau tidak mau masuk? Kututup pintunya loh" balas Vera dengan ketus

"Ya aku masuk"

Setelah menyelesaikan percakapan itu, Rendy melepas sepatunya lalu memasuki rumahnya. Lalu berjalan ke arah ruang keluarga

Setelah sampai, Rendy langsung duduk pada sofa yang terletak di ruang keluarga. Entah kenapa ia merasa lelah setelah pertarungan tadi

("Ah, sudah lama aku merasakan lelah")

Pikir rendy sambil melihat ke arah tangan nya

Rendy  mengabaikan semua itu, lalu bertanya ke Vera mau di taruh mana pakaian dalamnya itu

"Ver.."

"Hmmm?"

"Ini pakaian dalam mu ditaruh dimana?"

Vera menundukkan kepala, seakan berfikir mau diapakan celana dalam itu

"Buang saja, aku tidak membutuhkannya" dengan mudah nya Vera mengatakan itu

"Lalu untuk apa kau menyuruh ku membeli pakaian dalam mu bajingan!" ucap Rendy dengan kesal

"Aku hanya mencari bukti, lagipula untuk apa aku repot-repot menyuruh mu untuk membeli pakaian dalam ku?" Vera mengatakan itu dengan nada santai

Mendengar itu, Rendy pun menelan ludah. Ternyata dugaan nya benar kalau Vera memiliki rencana tersendiri

"Bukti? Bukti apa"

Vera mengambil sesuatu dari sakunya, lalu mengeluarkan sebuah flasdisk

"Ini buktinya"

Rendy langsung berkeringat dingin, flasdisk itu bukan sembarang flasdisk

Flasdisk yang menyimpan berbagai hal yang disukai laki-laki

Isi dari flasdisk itu, pastinya harta karun laki-laki

"Ini flasdisk saat kakak masih menjadi pimpinan pinguin alaska kan? Mulai hari ini akan kusita"

Rendy hanya bisa menerima kesialan yang terjadi pada dirinya

Lalu dengan nada seperti sudah merelakan, Rendy berbicara

"Terserah, lagipula aku sudah tidak membutuhkan itu lagi"

Vera lalu tersenyum licik, dan berbicara

"Baiklah, tapi aku yakin, Kakak pasti menyembunyikan cadangan nya kan? Beritau tempatnya"

"Aku tidak mempunyai hal seperti itu lagi, yang kau pegang adalah yang terakhir"

"Baiklah, aku mempercayaimu"

"Terimakasih Ver----"

Tepat setelah itu

Rendy jatuh tak sadarkan diri

(Gedebuk)

Suara itu membuat Vera panik

"Kak! Apa kau baik-baik saja? oi kak"

Vera menggoyang-goyang badan Rendy untuk membuatnya bangun, tapi hasilnya nihil. Rendy benar-benar pingsan di saat itu juga

Rendy tak kunjung bangun, Vera memasang wajah putus asa dan tak percaya

"Apa mungkin mereka sudah bergerak?"

Vera memikirkan kemungkinan itu. Tapi kemungkinan itu sangat mustahil terjadi, sudah 8 tahun mereka hidup damai. Vera kira semuanya sudah berakhir, tapi sepertinya tidak.

Vera terus memikirkan itu, namun beberapa saat kemudian bel pintu berbunyi

(ting-tong)

Suara itu membuyarkan konsentrasi Vera.

Vera menggurutu

"benar-benar waktu terburuk yang ada, kenapa ada tamu disaat seperti ini"

Vera keluar berdiri dan berjalan ke arah pintu depan. Setelah sampai, Vera membukanya

Disaat itu Vera melihat gadis cantik memiliki ciri-ciri rambut se bahu dengan warna coklat muda yang mengenakan Cardigan dengan dalaman Blouse serta memakai celana Legging, sepatu yang ia pakai adalah Sneakers berwarna biru yang cocok dengan yang gadis itu kenakan

Mereka saling menatap sebentar, sebelum Vera memulai pembicaraan

"Permisi, Anda siapa ya?" ucap Vera dengan nada sopan

"Ah....saya Aishia, salam kenal, kalau namamu?"

"Namaku Isla Vera, salam kenal. Lalu apa tujuan mu kesini Aishia?"

Tiba-tiba Vera membawa pembicaraan ke intinya

Mendengar itu wajah Aishia tampak terkejut, sambil memalingkan pandangan nya, pipinya tiba-tiba memerah tanpa sebab.

Dengan-malu-malu, Aishia berbicara

"A-aku ingin bertemu Rendy, apa dia ada?"

Vera sempat tersenyum kecil, dan mengembalikan ekspresi nya seperti sebelumnya

"Maaf, kakak sedang beristirahat dikamarnya, apa aku perlu membangunkannya?"

Vera mengabaikan fakta jika Rendy pingsan, tentunya untuk mengindari kekhawatiran yang tidak perlu. 

Mendengar itu, Aishia menurunkan kepalanya seolah-olah kecewa, lalu Aishia menggelengkan kepalanya lalu berkata

"Tidak perlu, biarkan dia istirahat"

"Baik"

"Aku pulang dulu ya, Terimakasih Vera"

"Jangan terburu-buru untuk pulang, kenapa tidak mampir sebentar?"

"Hehehe, maaf, hari mulai malam, dan juga kakak saya pasti akan marah jika saya pulang telat"

"Jadi kau punya kakak, pasti kakak mu orang yang bertanggung jawab ya, berbeda dengan kakakku yang pemalas"

"Begitu kah, tapi saat serius seorang pria pasti memiliki sifat yang berbeda"

"Ya, aku sangat setuju dengan ucapan mu itu"

"Kalau begitu aku pulang dulu ya, sampai jumpa"

"Ya, sampai jumpa"

Aishia membalikkan badannya dan berjalan pulang,

Saat Aishia mulai pergi, Vera menutup pintu depan dengan perlahan.

Lalu Vera befikir dalam hatinya

("Siapa Ya Aishia ini? Apa dia teman kakak? Tapi kalau teman kakak pastinya mustahil deh, kakak kan nolep. Pasti kakak tidak mempunyai teman perempuan disekolah, mungkin hanya sekedar kenal")

Vera lalu berjalan ke arah ruang keluarga

("Tapi dilihat dari ekspresinya, pasti kakak menggoda Aishia sampai membuat nya jatuh cinta.  Jika itu benar, kakak adalah sampah sih")

Vera membuka pintu ruang keluarga dan mengabaikan semua masalah yang ada di pikirannya

Dan beralih ke permasalah utama

"Sepertinya jatah makan malam kakak tidak ada ya, baiklah menu besok adalah nasi goreng"  

Di sebuah istana yang dihiasi cahaya bulan, seorang pria bersimpuh hormat kepada sosok yang di depannya itu. Sosok yang didepannya berpakaian layaknya seorang raja, sosok itu memiliki tatapan yang santai, seolah-olah informasi yang akan disampaikan bukanlah masalah yang terlalu berat.

Sosok yang dimaksud sepertinya adalah sosok yang penting, sosok yang dihormati dan dikagumi

Pria itu mengangkat sedikit suaranya sambil mengucapkan suara dengan nada tegas

"Lapor! Perfectly heaven. Seseorang yang sepertinya adalah kesatria api, akhirnya telah muncul!" ucap pria itu dengan nada tegas dan hormat

Seketika ekspresi sosok yang duduk di istana itu berubah 180 derajat, ia memasang ekspresi kaget sekaligus heran secara bersamaan

"Kesatria api katamu!?"

"Benar sekali yang mulia, setelah 100 ribu tahun akhirnya pemilik pedang itu muncul kembali"

"Lalu, siapa pemiliki pedang itu" ucap sosok itu

"Menurut informasi yang saya dapatkan, pemilik itu bernama Arsenio Rendy"

"Arsenio?" ucap sosok itu dengan heran

Seakan-akan mengetahui nama itu, sosok itu melanjutkan dengan tegas

"Awasi pria itu, selidiki latar belakang nya. Kalau benar nama itu adalah nama keluarga, undang pria itu ke tempat ini, aku ingin bertemu dengannya"

Mendengar perintah langsung dari sosok itu, pria itu hanya bisa menundukkan kepalanya sambil menundukkan kepala

"Baik!" ucap pria itu sambil meninggikan suaranya

◇◇◇

Dengan perlahan Rendy membuka kelopak matanya.

Cahaya matahari yang bersinar terang melewati jendela itu membuat matanya berkedip beberapa kali, pupil matanya tidak kuat untuk menerima informasi yang terlalu tiba-tiba. Setelah matanya sudah beradaptasi dengan cahaya matahari, sekali lagi Rendy mencoba membuka kelopak matanya

Cahaya matahari yang menyambut hari itu terlihat kabur di mata Rendy, lalu dengan kesadaran yang belum sepenuhnya kembali, Rendy mengalihkan matanya untuk melihat hal lain. Ia melihat kursi hitam dengan laptop yang dilipat, lalu kumpulan Light novel yang ia koleksi, berserakan seperti biasa. Baik itu dimeja, lantai, dan tempat lainnya

Ya, itu adalah pemandangan yang biasa di lihat Rendy di pagi hari

Namun disaat membalikkan badan, terdapat sebuah pemandangan yang indah, meski pandangan Rendy masih kabur tapi Rendy masih bisa melihat 'hal' itu dengan jelas

Yang Rendy lihat bukanlah gambar atau apa, yang Rendy lihat adalah seorang gadis telanjang tepat tidur disebelah nya

Saat melihat pemandangan itu, Rendy sempat tak percaya dengan yang ia lihat

"Hah? Apa ini ilusi"

Sambil berkata dengan kesadaran yang  belum sepenuhnya kembali, Rendy mengucek matanya.

Penglihatan yang awalnya kabur menjadi jelas, namun yang disebelahnya tetap sama, yaitu gadis telanjang yang seksi

Gadis itu cantik dan indah, dalam wajah polos nya yang tidur itu, ia bagaikan bidadari yang jatuh dari langit, kecantikan gadis itu benar-benar tak bisa digambarkan, siapapun yang melihatnya pasti akan langsung jatuh cinta

Gadis itu memiliki rambut yang merah yang terurai indah, kulit bening nya yang belum disinari cahaya matahari itu juga tampak indah. 

Bibirnya yang seksi itu sangat menggoda untuk dicium

Belahan yang menonjol di dadanya itu sangat besar

Sebagain besar tubuh gadis itu ditutupi oleh selimut putih yang ikut melapisi tubuh Rendy

Wajah gadis yang tertidur itu sangat nyaman dipandang, Rendy tidak melepaskan pandangan nya dari wajah gadis itu. Bahkan mengalihkan padangan serasa menggerakkan sebuah kapal pesiar dengan tangan

Namun disisi lain, tubuh gadis itu sepertinya sangat nikmat jika dicicipi

Insting pria Rendy berkata untuk berbuat aneh-aneh pada gadis telanjang yang berada di sebelahnya. Tangan Rendy sempat berusaha untuk memegang payudara gadis itu

Tapi dengan cepat Rendy membuang semua pikiran kotornya dan berusaha menahan diri.  Namun berlawanan dengan hati nuraninya, tubuh dan nafsu Rendy berusaha mengambil alih dirinya. Namun pada akhirnya Rendy berhasil menahan semua itu dan membuang nya jauh-jauh dan lebih memilih untuk berfikir logis

Di dalam hatinya, Rendy berkata

("Siapa gadis ini? Kenapa dia ada ada kamarku? Dan yang lebih penting kenapa dia telanjang")

Rendy terus berfikir, tapi sia-sia, malah waktunya yang terbuang. Tapi...

("Bukannya aku selalu menginginkan gadis seperti ini")      

Ya, gadis yang tepat tidur disebelahnya adalah tipe gadis yang Rendy inginkan selama ini

Gadis yang memiliki wajah cantik jika dilihat dari manapun, selalu terlihat riang, wajah polos nya saat tidur nyaman untuk dilihat, memiliki tubuh yaang seksi, dada yang besar, rambut nya bewarna merah panjang, memiliki sifat malu-malu tapi sebenarnya mau,  kuat, bisa melindungi dirinya sendiri, dan tentu saja yang paling utama, memiliki sifat mesum tersendiri saat berada di ranjang.

Hampir semua tipe gadis yang Rendy sukai berada di gadis yang tidur disebelahnya itu

Tanpa sadar hasrat Rendy sudah menguasai dirinya, pikirannya menjadi kosong.

Tangannya bergerak menyentuh pipi gadis itu

Saat menyentuh pipi gadis itu, rasanya begitu kenyal dan lembut, pipinya juga terasa hangat

Lalu tangan Rendy mulai bergerak ke bawah, tangannya mulai bergerak untuk menyentuh payudara gadis itu.

Namun sebelum itu terjadi

Seorang gadis berambut hitam yang menggunakan celemek tiba-tiba memasuki kamar Rendy

Lalu dengan nada kasar, Vera berkata

"Dasar pemalas! Sampai kapan tid------"

Vera tiba-tiba terdiam dengan apa yang ia lihat. Tapi disaat itu juga matanya berubah menjadi merah darah, lalu Vera berteriak

"Apa yang kauu lakukan dasar mesummmmm!"

Rendy jadi sadar dengan apa yang ia lakukan.

Ia melepaskan tangan kanan nya dari tubuh gadis telanjang itu. Lalu dengan nada terkejut dan seolah-olah tak terjadi apa-apa, Rendy bangun dari tidur nya sambil berkata

"Apa yang kau lakukan disini Vera!"

"Seharusnya itu perkataan ku" Vera berkata dengan geram

Lalu ia menatap Rendy dengan sangat menyedihkan, sambil berbicara

"Jadi, bisa jelaskan siapa gadis itu...ah, jangan-jangan itu pelacur yang kau sewa ya kak. Kakak berani sekali ya membawa sorang pelacur di rumah ini" 

"Tidak-tidak, kau salah paham. Aku bisa menjelaskannya" Rendy mengangkat kedua tangan sejajar dengan bahu

"Kalau begitu jelaskan" Tatapan Vera semakin mengerikan dan mendalam

Vera lalu melanjutkan perkatannya

"Jelaskan secara rinci, sekarang juga"

Tatapan Vera semakin mengerikan, matanya yang berwarna merah darah tiba-tiba menjadi merah bercahaya. Terpancar aura membunuh yang sangat-sangat kuat dari Vera, jika manusia biasa melihat tatapan seperti itu, bahkan kumpulan geng sekalipun langsung ketakutan dan berlari terbirit-birit. Jika itu bukan tentara yang sudah dilatih baik mental maupun fisik, ia akan kalah dengan tatapan yang mengerikan itu

Rendy menyadari betapa marahnya Vera saat ini

Rendy pun segera turun dari kasur nya lalu bersujud meminta maaf. Lalu setelah itu Rendy menjelaskan apa yang sedang terjadi.

Beberapa menit berlalu. Setelah menjelaskan apa yang terjadi, Vera seolah-olah tak percaya dengan kesaksian Rendy pun berkata

"Hah! Kau pikir aku percaya, jangan samakan dunia imajinasi seperti Light novel dengan dunia nyata, kejadian seperti itu mana bisa terjadi di dunia nyata kak!" ucap Vera dengan meninggikan suara

"Tapi kenyataan nya tepat berada di depan matamu kan"

Vera lalu menoleh, melihat gadis yang tertidur itu

"Benar juga ya"

Rendy dan Vera terdiam, mereka tak bisa menemukan alasan dibalik kemunculan gadis itu

Rendy yang menyadari keadaan mulai kondusif mulai meminta keringanan dari Vera

"Hei Vera, kita abaikan masalah ini dan sarapan ya" ucap Rendy memelas

"Mana mungkin aku melakukan itu dasar babi tak berguna"

Rendy langsung terdiam dan menghela nafas pasrah

Sementara itu Vera terus berfikir dan akhirnya sampai pada satu kesimpulan

"Kak, bangunkan gadis itu, aku juga heran kenapa dengan keributan seperti ini dia masih tidur nyenyak"

"T-tapi"

"Tidak boleh menolak, lakukan sekarang"

"Ba-baiklah"

Rendy dengan berat hati berdiri, lalu berjalan ke arah gadis itu dengan niat membangunkannya. saat tangan Rendy hampir menyentuh pundak gadis itu, terdengar suara bel dari pintu depan. 

Rendy dan Vera langsung menoleh ketika suara lonceng itu menggema. Rendy menyeringai, mencoba memanfaatkan situasi yang begitu menguntungkan

"Ngomong-ngomong, bisakah kau menyambut tamu itu?"

"Hah? Kau pikir aku akan menuruti perkataan sampah" penolakan yang kasar itu terucap dari bibir Vera

Tawaran itu langsung di tolak oleh kepribadian lain Vera. Rendy yang mendengar itu hanya bisa bersujud dihadapan Vera

"Kumohon!" ucap Rendy memelas

Vera menghela nafas

"Baiklah, tapi kau harus menceritakannya lebih detail nanti"

"Hah? Terimakasih banyak"

"Sama-sama"

Vera lalu berdiri dan meninggalkan Rendy berdua bersama gadis itu

"Aaahh, syukurlah"

Rendy menghela nafas lega

Rasa aman dan tenang menyelimuti hati Rendy

Tapi ada yang membuatnya penasaran

Identitas gadis telanjang itu

Rendy menghela nafas, ujung-ujungnya Rendy mewancarai gadis itu

Rendy pun menggoyang-goyangkan badan Gadis itu untuk membangunkannya

Setelah beberapa saat akhirnya gadis itu terbangun, dengan perlahan ia membuka kelopak matanya.

Saat gadis itu terbangun, ia tampak linglung. Lalu dengan wajah kebingungan, gadis itu berkata

"Tuan?" gadis itu melihat Rendy sambil memiringkan kepala

"Tuan?" Rendy memasang ekspresi bingung, ia bingung kenapa gadis yang tak ia kenal itu memanggil nya tuan

Lalu Rendy mulai Mewancarai gadis itu.

"Begitu rupanya, pantas saja"

Setelah beberapa menit ia mewancarai gadis itu, Rendy jadi tau kalau gadis itu merupakan pedang yang ia gunakan kemarin, dan sekarang gadis itu telah memilih Rendy sebagai tuannya.

Dan alasan gadis itu muncul dengan wujud gadis idealnya. Karena ia mampu mengakses pikiran tuannya dan berubah menjadi bentuk ideal atau yang tuannya suka. Atau wujud lainnya yang tuannya inginkan, yang berarti gadis itu mampu meniru wujud waifu Rendy dan kedepannya mungkin ia akan menyuruh gadis itu untuk meniru bentuk dari karakter light novel

Dan menurut kesaksiannya, ia memiliki 9 saudara lainnya yang berwujud pedang

Ya, situasi ini saat ini memang cukup rumit, sepertinya Rendy akan berurusan dengan hal yang menganggu kehidupan damai nya

Tapi jika itu terjadi, Rendy hanya tinggal menghadapinya lalu menyelesaikannya.

Sekarang semua keanehan yang terjadi sudah jelas, saat ini Rendy bisa bersantai sejenak

Namun semua itu tidak seperti yang ia kira

"Kak! Ada orang yang bertemu dengan kakak! Cepat turun ke ruang keluarga!"

Dari bawah terdengar suara Vera memanggil Rendy karena ada yang ingin menemuinya.

Rendy hanya bisa menghela nafas panjang sambil mengeluh, lalu sembari berjalan keluar kamarnya. Rendy menyuruh gadis itu untuk menjadi jaket, gadis  itu langsung menuruti perintah tuannya dan langsung berubah menjadi jaket.

Rendy pun memakai jaket itu sambil berjalan ke bawah