Chereads / The Northern Grand Duke's Hamster / Chapter 2 - Suara Hamster di Tengah Malam (1)

Chapter 2 - Suara Hamster di Tengah Malam (1)

Menjadi Hamster.

Aku bertanya-tanya mengapa ada suara hamster di tengah malam.

Bulu keemasan yang bahkan tidak kehilangan sinar dalam gelap, empat kaki merah muda yang lucu,

kumis memanjang yang bergerak setiap pipi berkedut. Kain hitam mengepak dan setiap kali cahaya masuk, mata biru terpantul di jeruji besi …

… Tunggu sebentar, jeruji besi?

Jeruji besi?!

—Mencicit (Mengapa?!)

Biarkan aku berpikir sendiri.

Aku bukan hanya seekor hamster, tetapi seekor hamster yang terperangkap dalam sangkar dan

dibawa ke sesuatu tempat.

.

Bergemuruh, bergemuruh, bergemuruh.

Sangkar besi yang memenjarakanku bergetar kasar. Ketika terguncang dan bergerak, tubuh

mungilku berguling ke segala arah dan menabrak barang berulang kali.

Siapa ini? Siapa yang berkendara seperti ini? Kemudikan dengan aman!

Gedebuk!

Tubuhku kembali terhempas ke sudut, benturan itu membuat bokongku tersengat.

Suara dengkuran kuda terdengar. Kemampuan berkendaranya fantastis. Jika fantastis itu menjadi dua kali, aku akan menyapa Raja Yeomra.

(tl/n: Yeomra juga dikenal sebagai yeomra-daewang, dewa kematian dalam Korea)

Kemana sih kita akan pergi? Kanapa aku menjadi hamster? Lagi pula, mengapa dia menunggangi kuda dan bukan mobil, bus atau kereta api?

Ini tidak adil. Ini sangat tidak adil. Bahkan ini sangat absurd untuk dijelaskan, tapi aku seorang manusia, bukan seekor hamster!

'Ya! Aku seorang manusia!'

Bae Soohyun. Aku 27th tahun ini. Meskipun jalan hidupku berduri, aku tidak menyerah dan terus bertahan hidup.

Siang, malam, subuh, dan pagi sama seperti Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, dan Jumat, tapi aku tidak ragu jika kerja kerasku akan membuahkan hasil suatu hari nanti.

Dan setelah bertahun-tahun bekerja keras, hari yang cerah akhirnya datang. Hari dimana game yang kukembangkan dengan kerja keras mendapatkan jackpot—keberuntungan besar.

'… Aku mati?'

Aku. Aku sudah mati.

Rasa khawatirku seakan terangkat, kenangan terakhir mulai muncul dibenak sedikit demi sedikit.

Jadi, setelah mendapatkan pembayaran pertama untuk penyelesaian awal game, seperti anak kecil yang baru saja berhasil di box office, aku tak mampu mengendalikan debaran jantungku dan melayang pulang …

Gemuruh.

Pada saat itu, kandang terguncang seakan akan melompat. Ketika aku berguling ke segala arah di seberang kandang dan kepalaku terbentur, Aku bisa melihat warna di penglihatanku.

'Apakah kamu bercanda?'

Aku sangat marah hingga menendang pagar besi dengan kaki kecilku, dan sebuah suara yang tak jauh asalnya terdengar.

"Maafkan aku."

Sebuah suara yang asing, rendah, dan ramah.

"Tenanglah."

Tapi kukira aku pernah mendengar kata-kata ini di suatu tempat.

'Maafkan aku. Tenanglah. Aku akan segera membawamu ke rumah barumu dengan segera.'

Oh, aku ingat.

Di persimpangan jalan di depan rumah baruku, aku bertabrakan dengan seorang anak kecil yang

sedang berjalan terburu-buru sambil memeluk kandang hamster dan terdorong ke jalan raya, menyebabkanku tertabrak mobil.

Saat itu, secara naluri aku merasakan kematianku. Kematian, yang datang secara tiba-tiba, menguasai panca indraku, dan saat kesadaran memudar…

Berkilau.

Cahaya biru berkelebat di depan mataku.

'Tidak, tunggu … Biru?'

[Halo Dunia!]

Tiba-tiba, jendela biru sistem memenuhi penglihatan, aku terpana.

Itu adalah kalimat yang sangat familiar. Itu kalimat paling dasar yang diketahui oleh siapa pun yang mengerjakan pemrograman. Saat kamu menyalakan program apa pun untuk kali pertama, kalimat

ini akan muncul.

Beberapa jendela muncul satu demi satu di atas jendela sistem yang tiba-tiba muncul.

[Koneksi dikonfirmasi. Memeriksa data.]

[Penempatan misi.]

[Menghitung angka keajaiban.]

[Hanya beberapa materi yang bisa dibaca.]

[Sinkronasi tidak selesai. Harap tunggu sebentar!]

[ … Singkronasi 0% selesai]

Suara apa ini? Data? Misi? Sinkronasi … ?'

Ketika serangkaian hal tak masuk akal terjadi, aku kebingungan dan tidak tahu harus terkejut karena apa.

Aaat aku linglung karena terkejut, kuda yang terus bergerak sepanjang waktu akhirnya berhenti.

Pemilik suara sepertinya turun dengan kandang besi. Suara berisik sudah berhenti, tapi perutku

terus berputar.

Aku menggigil dalam angin dingin yang bertiup dari suatu tempat, dan suara lain terdengar.

"Yang Mulia, apakah Anda benar-benar tidak akan membuangnya?

… Yang Mulia?

Aku turun dari kuda dan sekarang berbicara dengan 'Yang Mulia'? Apa yang dia maksud dengan 'Yang Mulia' di Korea abad ke-21? Cerita macam ini biasanya untuk pria tua yang memakai jubah naga (baju tradisional korea) di drama sejarah yang aku tonton saat masih kecil.

Sebuah suara rendah mengikuti.

"Hanya seekor bayi yang jatuh dari tandu. Bukankah kasihan?"

"Maafkan saya, Tuanku. Karena itu anak binatang buas. Ketika mereka sudah dewasa, mereka menggoda mangsanya ..."

Aku menyipitkan mata dan menjelajahi tubuh mungilku.

Menggoda dengan tubuhku ini? Apakah masuk akal? Aku bukan binatang buas, hanya hamster biasa. Kedengarannya konyol, tetapi dia menganggapnya serius, tampak agak masuk akal.

Pria dengan suara rendah memotong kata-kata dengan dingin.

"Ini masih bayi."

"Itulah yang saya katakan, Yang Mulia."

"Ya. Itu hanya seekor bayi."

"Ini penting karena ini anak binatang buas!"

'Hei, apakah apakah mereka bisa berhenti bicara tentang bayi? Aku merasa sedikit ... '

Saat aku bergumam dalam hati pada diriku sendiri, suara pria itu bercampur dengan kemarahan.

"Apakah kamu tidak senang dengan keputusanku?"

Ini adalah kata tanya, tetapi momentum menakutkan yang bercampur dengan setiap suku kata hanya menunjuk pada satu jawaban yang benar.

Suara lawan bicaranya gentar saat menjawab.

"T-Tidak. Saya hanya merasa tidak terbiasa dengan sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya. Bagaimana saya bisa ragu dengan yang dilakukan Grand Duke?"

"Bagus. Aku akan merawatnya. Kau pikir aku lebih lemah dari binatang buas yang lebih kecil dari kepalan tanganku?"

Bukan hanya 'Yang Mulia', tapi 'Grand Duke?'

"Saya sudah mengirim seseorang ke perkebunan, menyuruh mereka menyiapkan rumah. Akan terlihat konyol jika nanti menjadi hiasan."

"Kamu bisa memelihara seekor tikus biasa. Haruskah aku mengatakan pada mereka untuk mencari satu?"

"Tidak. Jangan membuatku mengulanginya lagi."

"... Ya."

Kamu keras kepala.

Setiap kali dia membawaku dan mengambil langkah, suara armor berbenturan dan langkah kaki yang berat bergema. Seperti menaiki tangga, aku merasakan udara di sekitarku semakin hangat.

Sepertinya musim dingin di luar. Saat itu musim panas ketika aku meninggal, dan baru sekarang aku menyadari sekali lagi bahwa situasiku tidak normal.

Pria itu membawaku ke sebuah ruangan dan melepaskan kain yang menutupi kandangku.

"Nah, kita sudah sampai."

Aku berjongkok di sudut, meringkuk dan berpura-pura tidur dengan putus asa.

Rasanya, aku seperti harus melakukan itu. Aku hanya tidak bisa berbicara dengan benar, dan bahkan jika aku melakukannya, aku merasa kepalaku akan dipenggal karena aku adalah monster.

' ... Bagaimana aku bisa menjadi seperti ini?'

Kembalikan, pembayaranku. Kerja kerasku. Masa depan emasku yang terbentang cerah... ...!

"Ck, ck."

Pria itu mendecakkan lidahnya. Sepertinya dia tampak menghela napas dalam.

Aku tahu situasi ini memilukan, tapi kenapa kau mendecakkan lidahmu?

Lidahku tidak enak, bahkan ketika aku mencoba menggulungnya. Oh, tidak. Kita seharusnya tidak bertatapan satu sama lain. Aku harusnya pura-pura tidur, pura-pura tidur...

"Apakah tidak ada yang namanya hati manusia?"

Dia bergumam.

'... Hati siapa?'

"Jika kamu melihat mata polos, mempesona ini sebelum berpikir jika ini seekor binatang buas ..."

'Polos... Apanya? Kenapa dengan matanya? Tolong, apa kau sedang berbicara tentangku?

"Ya, tidak ada yang namanya kasih sayang. Apa aku pergi terlalu jauh ke Utara? Kamu terlihat dingin. Ck, ck."

Tiba-tiba, dia membuka kunci di sangkar besi, kemudian sebuah tangan besar, kasar meraihku.

—Mendecit. (Hah?)

Saat itu, aku terlalu terkejut dan lupa berpura-pura tidur, aku membuka mata lebar-lebar dan menatapnya.

Pada saat yang sama ...

[Singkronasi 50% selesai.]

[Kyle Jane Meinhardt. Archduke Blake.]

Sebuah jendela system datar melayang di wajahnya.

Tunggu sebentar.

'... Di mana Aku mendengar nama ini? Di mana aku mendengarnya?'

Tanpa mengetahui seberapa fokus aku dalam renungan, dia mengangkatku dengan tangan bekas luka dan kapalan. Lalu, dia mengusap bulu lembut pipiku. Tidak, tunggu sebentar. Permisi!

"Ahh, Cashew—Jambu Mete. Kamu pasti bosan sepanjang waktu."

Bosan? Itu adalah hal yang membuatku terkejut dan horror.

Tidak, terlepas dari itu. Apa-apaan? Ada apa dengan ini? Entah bagaimana, si pria tampan, sedikit-gila di depanku mengangkatku ke aras ... Hey! Jangan cium aku!

—Mendecit, mendecit. Mendecit. (Apa kamu jatuh cinta!?)

"Ya ya. Aku tahu isi hatimu."

'Apa yang kau tahu? Kau tidak mengerti apa-apa!'

Dia menciumku seperti dia kelaparan akan kasih sayang ... ciuman ...

—Mendecit! Men-Mendecit! Mendecit. Mendecit. (Bocah Edan!! Apa yang kau lakukan!)

"Ini membuat lega."

—Mendeciiiiit! (Aku bilang hentikan!)

"Apa kau menyukaiku?"

Aku kau tidak mendengarku?!

'... Tunggu sebentar. Wajah ini.'

Aku melirik wajahnya, yang begitu berkilau menyilaukan, untuk sesaat.

Kulitnya tidak terlihat dengan jelas. Kulitnya terlihat pucat tapi kokoh, alisnya tegas, dia memiliki rambut hitam dan mata merah; seorang pria yang terlihat tegas dan tampan.

——Mendecit! (Grand Duke of Blake?)

Aku ingat. The Northern Grand Duke, Kyle.

Dia adalah tokoh pendukung dalam novel yang kubaca beberapa hari yang lalu dalam perjalanan pulang-pergi dari tempat kerja.

Dia adalah karakter yang mati di pertengahan cerita, dan begitu akhir tragisnya di konfirmasi, aku berhenti membaca ceritanya tanpa keraguan.

Alasan kenapa aku mengingatnya dengan baik, bukan karena dia protagonist pria maupun wanita, tapi karena dia punya kehidupan yang paling sulit diantara puluhan karakter dalam novel itu. Sampai-sampai aku tidak tahu berapa kali meratapi nasib yang menimpa karakter sepertinya, yang kejam seperti kepribadiannya.

'Jadi ...'

Aku mati, tapi aku dipindah ke novel?

"Cashew?"

Cashew. Itu namaku—bukan, maksudku itu nama hamster ini.

Kyle menatapku dengan seksama. Dia tampaknya khawatir jika aku kesakitan. Ada kelembutan yang begitu besar sampai-sampai di matanya, yang memperhatikan tubuh kecilku, nampak berat.

Tatapan matamu membuat lubang ditubuhku. Berhenti menatapku. Aku cepat-cepat memelototinya dengan warna tatapan mata yang paling tidak sopan.

"Tampang itu ..."

Ya, menyeramkan, bukan? Apa kau takut mati? Apa kau sangat merinding? Aku seperti monster berbahaya, kan?

[Dingin dan tegas. Bersih dan cukup untuk menjadi maniak kebersihan. Keji dan tidak berbelas kasih.]

Turunkan aku. Dasar kau setan tukang cium.

(tl/n: setan tukang cium yang Cashew maksud adalah seseorang yang gila akan ciuman, seseorang yang seperti lintah ketika mencium seseorang/berlebihan)

"Kau terlihat sangat manis saat menatapku seperti itu."

Apa kau kedinginan sampai mati membeku?! Lepaskan aku! Lepaskan! Sistem bilang kau penggila kebersihan! Sistem bilang kau teliti! Katanya kau keji! Katanya kau tidak punya belas kasihan!

——Mendecit! (Lepaskan!)

Untuk waktu yang lama setelah itu, aku harus bertahan dengan keangkuhan yang tidak realistis dan ciuman menyeramkan di tangan Grand Duke.

Orang ini...

Tidak, selamatkan hamster ini!!