hal hal tidak berlangsung lama dan tiba tiba beberapa pria kekar mengabaikan jas hitam masuk ke dalam rumah ku.
"tuan Lee jingso, tolong ikuti kami" kata salah satu pria yg ada di dekat ku.
"kenapa aku harus mengikuti kalian." aku masih tenang seperti biasanya dan pria tadi langsung tersenyum mendengar pertanyaan ku.
pria itu menoleh ke arah pintu dan salah satu temannya segera masuk sambil membawa Yan kecil yg sedang meronta di pelukannya. "kakak Lee jangan pedulikan Yan kecil..."
pria yg memegang Yan kecil tiba tiba mengeluarkan pistol dan menodong nya ke arah Yan kecil, teman lainnya nya juga mulai mengeluarkan pistol mengarahkannya ke seo yuhui dan seonhwa.
"bagaimana tuan Lee jingso."
"bunuh aku saja... jangan ganggu kakak Lee... pergi kalian bajingan..." Yan kecil meronta ronta sekuat tenaga nya.
"apa menurutmu senjata primitif itu bisa mengancam ku" nada acuh tak acuh ku membuat pria tadi sedikit kesal, tapi itu tidak bertahan lama karena tangan mereka bergerak sendiri dan mengarahkan senjata mereka ke kepala mereka masing masing.
"apa yg kamu lakukan." ketakutan mulai muncul di wajah semua orang.
"lepaskan Yan kecil dan aku akan membiarkan salah satu dari kalian pulang hidup hidup." lalu aku menjentikkan jari ku dan suara retakan kaca tiba tiba terdengar.
"apa itu..."
"ohhh aku membawa kalian semua masuk ke dimensi cermin, jadi aku tidak perlu repot repot membersihkan mayat kalian."
"tidak mungkin...."
"3.." aku mulai menghitung.
"2.."
"tunggu... akan kami lepaskan."
"1.."
"cepat lepaskan wanita itu..." teriak pria yg ada di dekat ku dan "terlambat..."
"door" salah satu kepala temanya langsung pecah seperti semangka dan suasana tiba tiba menjadi hening.
lalu aku menunjuk ke pria yg masih memegang Yan kecil. "lepaskan."
"ya ya ya." pria itu penuh dengan expresi ketakutan dan segera melepaskan Yan kecil yg ada di pelukannya.
"kakak..." Yan kecil dengan cepat berlari ke arah ku dan melemparkan dirinya kepelukan ku. "whhhuuuuu semua salah Yan kecil..."
aku dengan lembut membelai rambut Yan kecil untuk menenangkannya. "kamu tidak salah, target mereka adalah aku. kamu hanya korban."
lalu aku menatap preman berjas rapi itu dengan senyum ringan. "aku hanya butuh satu orang untuk menjawab, jadi mari kita buat sebuah permainan." dengan jentikan jari, rumahku tiba tiba mulai terlipat dan membentuk sebuah labirin yg sangat besar.
sedangkan aku, Yan kecil, seo yuhui dan seonhwa duduk di bagian atas yg dapat melihat semua sisi labirin.
"lari lah, sampai hanya ada satu orang yg tersisa." aku menatap para preman berjas yg ada di tengah labirin sambil menunjukan jari ku ke arah mereka.
seketika 4 lingkaran sihir merah muncul di antara mereka dan mahluk dengan kain hitam memegang sabut perlahan muncul dari lingkaran sihir tersebut.
"kiiiaaaaaakkkkkk" keempat mahluk itu membuka mulut nya lebar lebar dan mulai berteriak pada preman di depan mereka yg sudah gemetar ketakutan.
"lari....." teriak salah satu dari mereka yg sudah berlari terlebih dahulu.
"tolong..." mereka semua mulai berhamburan dan keempat hantu dengan sabit itu juga mulai mengejar mereka.
"kakak Lee...." Yan kecil menatap ku dengan mata anak anjing yg membuatku sedikit merinding. "bukan untuk di ajarkan."
Yan kecil langsung terkejut sebelum berubah kesal. "siapa yg ingin belajar."
"lalu ada apa dengan mata anak anjing itu."
"ayo menikah dan hidup bersama, lupakan kakak seonhwa yg jahat itu."
"berapa umurmu."
"ada apa dengan umur, tubuh Yan kecil sudah siap pakai dan masih perawan. kakak seonhwa belum tentu, karena dia sudah sempat tinggal bersama dengan Seol."
seonhwa langsung gelisah mendengar kata kata Yan kecil dan seo yuhui hanya menatap kami dengan senyum main main.
aku mengangguk ringan pada Yan kecil. "tapi apa kakak mu mengijinkannya."
"kenapa perlu meminta ijinnya, apa dia pernah meminta ijinku saat dia pacaran dengan Seol dan tinggal bersama." Yan kecil menatap seonhwa dengan kesal untuk sesaat sebelum kembali membenamkan wajahnya di dada ku.
melihat ini seonhwa hanya menggertakkan giginya sambil meremas kedua tangannya dengan erat.
"Yan kecil..." aku melembutkan nada bicara ku. "sebenarnya aku sudah memiliki beberapa istri."
seketika Yan kecil menegang untuk sesaat sebelum berkata dengan sedih. "kenapa... sejak kapan... di mana...."
"saat aku pergi, aku bertemu seseorang yg sangat mencintai ku dan kami semua menikah."
"lalu aku... aku juga mencintai mu.... tapi kenapa...."
"jika kamu menikah dengan ku, kamu tidak bisa lagi tinggal di sini."
"...."
"karena tempat tinggal ku sangat indah, udara yg sejuk, sawah yg membentang luas, sihir dimana mana, bahkan ada perahu terbang. itu sangat berbeda dengan tempat ini."
"...." Yan kecil langsung menatapku dengan bingung.
"apa kamu masih mau menikah dengan ku dan tinggal di tempat yg sangat menyenangkan seperti itu."
Yan kecil memiringkan kepalanya. "apa kakak Lee ingin menakut nakuti ku atau menggoda ku."
aku mengangkat bahu ku. "aku hanya mengatakan yg sebenarnya."
"seunghae jangan percaya kata kata nya, tempat itu pasti berbahaya."
Yan kecil kembali menatap seonhwa dengan kesal. "selama aku bisa bersama kakak Lee, aku tidak akan peduli bahkan jika tempat itu neraka."
"seunghae..."
"cukup kak.." Yan kecil membentak seonhwa yg membuat nya langsung terdiam.
"kali ini saja kak, aku mohon..." Yan kecil kembali membenamkan wajahnya di dadaku dan mencengkram pelukannya erat erat. "aku hanya ingin bahagia"
"ok ok sudah cukup Yan kecil, aku sudah menerima perasaan mu."
"kakak Lee.."
aku mengangguk ringan pada Yan kecil. "aku tahu dari dulu kamu memiliki perasaan pada ku, tapi aku harus mengujinya apakah itu hanya rasa suka anak anak atau cinta yg tulus."
"jadi..." aku tersenyum melihat mata penuh harapan Yan kecil dan perlahan aku memasukan cincin yg sangat indah ke jari manisnya.
Yan kecil menutup mulutnya dengan mata yg penuh kejutan untuk beberapa saat sebelum air mata kebahagian mulai mengalir deras dari matanya. "kakak Lee.. Yan kecil akan selalu mencintai mu dan tidak akan meninggalkan mu seperti kakak seonhwa."
"ya ya aku tahu itu."
"Yan kecil akan selalu berada di sisi mu"
"mm" aku membelai rambut Yan kecil yang kembali membenamkan wajahnya di dada ku.
"Yan kecil mencintai mu"
"sangat mencintai mu"
"jangan pernah pergi lagi."
Yan kecil terus bergumam hingga suaranya semakin mengecil dan akhirnya tertidur di pelukan ku.
lalu aku mengangkat tubuh Yan kecil dengan kedua tangan ku. lalu aku membuka portal untuk keluar dari ruang cermin.
"ayo keluar.." mereka berdua mengangguk dan kami semua kembali ke ruang tamu.