"Victor apa yg kamu lakukan, kenapa penampilanmu berubah dan semua lukaku juga sudah sembuh. katakan Victor, apa kamu melakukan sesuatu yg berbahaya." mendengar nada cemas alea, aku membelai rambutnya dengan lembut. "aku hanya meminjam kekuatan yg luar biasa dari para dewa untuk sementara dengan harga beberapa tahun umurku. ini sihir terlarang yg pernah aku baca, tapi kelihatannya hasilnya sangat bagus. aku mungkin seumuran dengan mu sekarang, he he he jadi kamu tidak bisa memanggilku adik kecil lagi." semua orang langsung terkejut mendengar semua itu dan alea langsung memukuli dada ku sambil berkata dengan marah. "kamu bodoh, bodoh, bodoh, kenapa kamu melakukan itu. umur sangat berharga, kenapa kamu membuang buangnya begitu saja" dan semua orang dengan mudah percaya dengan omong kosong yg aku katakan.
"lalu untuk apa aku hidup lama jika kamu tidak ada di sisi ku" seketika tubuh alea langsung menegang dan dia mulai menangis lagi seperti anak kecil. "whuuuu whuuuuu kita akan akan selalu bersama kan. whuuuu whuuuu aku akan berhenti dari Lance agar bisa selalu bersama mu whuuuuu whuuuuu. tapi kamu harus berjanji tidak menggunakan kekuatan itu lagi whhuuuuuu." aku dengan lembut menghapus air mata alea. "aku berjanji" saat itu aku mengeluarkan sebuah gitar dan mulai memetik nya. suara petikan gitar ku perlahan menenangkan hati alea dan air matanya mulai berhenti mengalir.
"oh, terpikir masa masa muda kita"
"hanya kau dan aku"
"kita masih muda liar dan bebas"
"kini tak ada yg bisa mengambil mu dari ku"
"kita pernah melewati jalan itu"
"namun kini berakhir sudah"
"kamu membuatku terus ingin mengulangi masa masa itu"
"dan kasih kaulah yg kuinginkan"
"saat kau berbaring di pelukan ku"
"sulit ku percaya"
"kita ada di surga"
"dan cinta lah yg ku butuhkan"
"dan kutemukan itu di hati mu"
"tak terlalu sulit di lihat"
"kita ada di surga"
mendengar lagu yg indah itu, alea mulai meringkuk lebih dalam di dalam pelukanku dan perlahan menutup matanya. hingga lagu berakhir alea akhirnya tertidur dengan senyum bahagia di pelukanku. melihat alea yg sudah tertidur, aku perlahan menatap profesor glory yg masih menatapku dengan expresi yg rumit. "apa aku terlihat lebih tampan saat dewasa, jangan bilang profesor tiba tiba tertarik pada ku." profesor glory langsung memalingkan matanya sambil berkata berkata dengan mulut yg agak mengerucut. "apa benar kamu mengorbankan umurmu, berapa tahun yg kamu korbankan." aku dengan santai menjawab. "mungkin 5 atau tujuh tahun."
tapi art saat itu mendekat dengan expresi sedih. "ibu pasti akan sedih mengetahui semua ini" aku dengan santai menganggukkan kepala. "tentu saja ibu akan sedih, setelah itu ibu akan memarahi mu karena tidak bisa menghentikan ku. he he he he persiapkan diri mu art." seketika tubuh art langsung menegang dan Claire juga perlahan mendekat sambil berkata. "apa lance alea baik baik saja"
"lance alea sudah mati dan yg ada di pelukanku saat ini adalah seorang warga elf biasa yg akan menjadi istriku setelah membayar harga yg sangat mahal" mereka langsung terkejut mendengar perkataan ku dan perlahan aku bangkit dari tanah sambil menggendong alea yg tertidur manis seperti bayi, lalu menuju gerbong kereta sambil berkata pada profesor glory. "lebih baik kita kembali" aku melihat profesor glory segera mengangguk dan memerintahkan semua siswa untuk segera berkemas.
___________________________________
di dalam gerbong kereta, alea yg ada di dalam pelukanku akhirnya perlahan membuka matanya. lalu dengan tangan lembutnya dia membelai wajahku. "ternyata bukan mimpi" dengan senyum manis di kembali menyandarkan kepalnya di bahu ku, sampai suara tessi sedikit mengejutkannya. "nona alea, apa kamu baik baik saja" dengan malu malu alea menjawab. "aku baik baik saja, semua berkat Victor. tapi kenapa kalian berkumpul bersama." dan tessi pun menjelaskan tujuan mereka semua datang ke dongeon saat ini dan semua hal yg terjadi.
mendengar semua ini, alea langsung berkata dengan serius. "lebih baik kalian jangan mendekati dongeon untuk saat ini, karena musuh dari benua luar sedang bersembunyi di sana. semua pasukan yg aku miliki musnah hanya dengan satu musuh dan aku juga hampir mati jika bukan karena gelang yg di berikan oleh Victor." saat alea menunjukan gelangnya, tessi juga melihat gelang yg ada ditangannya lalu melihat gelang milik alea untuk membandingkan nya. karena semuanya hampir sama, tessi langsung menatapku dan alea juga kembali menatapku.
melihat ini aku langsung menatap keluar jendela sambil menyenandungkan nada nada dengan mulut ku. tapi alea menggunakan kedua tangannya untuk mengarahkan wajahku agar mau mantapnya. "jelaskan" melihat expresi kesal alea yg imut, aku langsung mencium bibirnya sebentar sebelum menjelaskan. "aku hanya tidak ingin adik ipar ku terluka. apa yg salah untuk itu, kembalikan jika kalian tidak menginginkannya. benda ini sangat mahal, bahkan jika kamu punya uang tidak mungkin untuk membelinya." saat itu tessi berkata. "lalu di mana kamu mendapatkannya." aku langsung menunjukan expresi sombong ku pada mereka. "tentu saja aku membuatnya, jadi berbanggalah karena kamu memilki kakak ipar seperti ku, tapi jangan berharap aku akan mengorbankan umurku untuk mu." tessi langsung mengembunkan pipinya dan segera memeluk lengan art yg ada di sebelahnya. "aku tidak butuh, masih ada art yg akan melakukannya untuk ku" tapi art hanya bisa tersenyum canggung. "aku tidak bisa menggunakan sihir seperti itu" tessi langsung melebarkan matanya sambil menatap art dengan kesal.
aku dan alea yg melihat ini hanya tertawa kecil kemudian saling menatap dengan mata penuh cinta. tentu saja hasil akhirnya adalah ciuman mesra yg membuat tessi merah dan art hanya bisa pura pura tidak melihat. hingga setelah beberapa waktu akhirnya kami sampai pada kedepan rumah kami. "tessi apa kamu akan tinggal di sini atau kembali ke kerajaan elf, jika kamu kembali aku akan ikut dengan mu untuk bertemu dengan ayah mu." tessi dengan cepat menjawab. "aku akan langsung kembali, kamu dan nona alea juga bisa ikut. hal ini juga harus segera di sampaikan pada ayah ku"