Pagi hari telah tiba, Kirani terbangun di pagi hari dan merenggang kan otot-ototnya, "Nyaman sekali" ucapnya masi di dalam selimut, "oh ya aku dimana" sambil melihat sekeliling dengan wajah khas bagun tidur.
Kirani menepuk jidatnya, "Aku hampir saja lupa kalau gue udah nikah, tapi om CEO itu di mana yah?" pikirnya kemudian berjalan masuk kamar mandi.
Kirani turun tangga dan berjalan ke dapur, terlihat beberapa pelayang sedang sibuk di sana.
Pelayan melihat Kirani langsung menyapanya, "Eh non sudah bagun" ucapnya sopan.
"Ya bi" ucapnya santi.
"Kenalkan non saya bi Ira".
"Kalau saya bi yati no" timpal yang lain.
"Kalau saya bi narti no" timpal pelayan yang sedang cuci piring. Kirani hanya tersenyum mengangguk.
"Kalau aku mang ujang non, kenalkan saya tukang kebun di sini" tiba-tiba ucap pria paruh baya yang datang dari pintu dapur.
"Ya udah bi, mang selamat bekerja, bi Ira sediakan aku nasi goreng yah, aku mandi dulu" ucap Kirani dengan ramah.
"iya non" jawab ni Ira.
"Oh ya, Marvin kemana bi?" tanya Kirani sambil mengambil air dan duduk di kursi meja makan.
"Maaf yah non, tuan Marvin memang jarang pulang" jawab bi Yati menunduk.
"Oh gitu yah, jadi rumah ini bukan rumah utama dong" tanya Kirani lagi.
"Tidak non, rumah ini rumah utama, cuman kami kurang tau kenapa tuan Marvin jarang pulang" timpal bi Ira. Kirani hanya mengangguk sambil menghabiskan airnya.
Kemudian Kirani berjalan naik kamarnya lagi, setelah Kirani pergi, bi Narti yang sedang cuci piring secepatnya berkumpul bersama temannya, "Kasian nona Kirani yah, setelah menikah pun tuan Marvin masi main di luar", "Semoga saja tuan Marvin segera berubah" timpal bi Ira.Tapi Kirani bisa mendengar semua itu.
Setelah sampai di kamarnya, Kirani segera mandi. Kemudian Kirani memperhatikan dirinya di depan cermin setelah mandi, "Gue haru jga diri dengan om CEO itu, dia tidak boleh menyentuh ku dan membuang ku begitu saja".
Sementara itu, Marvin sedang ada di perusahaannya dia sedang bersama Ryan. Wajahnya nampak kesal mengingat kelakuan istri barunya yang berani melawannya.
"Hey boss ada apa, sepertinya ada masalah?" tanya Ryan dengan gaya santainya.
"Kancil kecil itu berani melawanku" jawabnya sambil menekan suaranya. Ryan memasang wajah heran, karena tidak tau siapa yang di maksud dengan kancil kecil oleh bosnya.
Karena tidak ada jawaban dari Ryan, Marvin menoleh melihat Asisten pribadinya itu, "Maksudku, wanita yang menjadi istri ku itu" ucap Marvin.
"Hati-hati loh bos, Gadis seperti itu akan mudah mengambil hati" ucap Ryan.
"Kamu sedang bosan tinggal di kota ini Ryan" tanya Marvin penuh ancaman.
Ryan langsung merubah ekspresinya menjadi serius, "Maaf bos, bercanda".
"Ya sudah, jemput Kirani di rumah utama dan bawa kesini" perintahnya tidak melihat Ryan.
"Baik bos, saya berangkat" kemudian keluar dari ruangan Marvin.
Berapa saat kemudian pintu di kamar Kirani di ketuk seseorang, "non, pak Ryan ingin bertemu" teriak bi Ira.
Kirani secepatnya membuka pintu, "Selamat pagi nona Kirani" ucap Ryan.
"Ada apa kak Ryan" tanya Kirani sambil bersandar di pintu.
"Tuan Marvin memerintahkan ku untuk menjemput nona" ucapnya dengan hormat.
"Baik kak, gue siap-siap dulu" sambil tersenyum manis dan menutup pintu.
"Gila, manis banget senyuman istri pak bos, bisa-bisa diabetes kalau ketemu tiap hari" Gumam Ryan di depan kamar Bosnya.
Kirani masi berdiri di depan cermin sambil berfikir, dan di akhiri dengan senyum penuh arti.
Kirani kemudian mengambil baju oversize, dan menguncir 2 rambutnya dan berdiri mengambil kaca mata bulat kemudian memakainya. penampilan Kirani sudah persis kutu buku, 180% berbeda dengan penampilan keseharian Kirani yang seksi dan cantik.
"Kalau begini kan aman" ucapnya sambil mengamati penampilannya di dalam cermin, "Ya satu lagi, gue harus bawa baju ganti" sambungnya.
Sekarang Kirani dan Ryan sudah berada di dalam mobil menuju perusahaan jensen group, Ryan mengamati Kirani dalam kaca spion tengah.
"Kenapa penampilan nona Kirani sangat berbeda" batin Ryan.
Hingga tidak terasa mobil sudah sampai di loby perusahaan Jensen group, Ryan kemudian mengantar Kirani ke ruangan Marvin.
Di dalam ruangan Marvin, Marvin sedang bercumbu bersama wanitanya, dan pintu di ketuk Kirani, "Masuk" teriak Marvin tapi tidak menghentikan aksinya bersama wanita murahan itu.
Kirani langsung saja membuka pintu dan melihat pertunjukan panas di depannya, Kirani langsung memutar balik badannya.
"Mau kemana duduk lah dulu" ucap Marvin, masi menikmati dada wanita di depannya. Mau tidak mau Kirani harus duduk di sofa yang ada di ruangan itu.
Beberapa menit telah berlalu, apa yang di lakukan Marvin semakin panas, tubuh wanita yang di depannya sudah terbuka jelas di bagian atas, sedangkan penampilan Marvin masi rapi dia masi bisa mengendalikan aksinya sendiri, tapi lain halnya dengan wanita itu, dia sudah terbuai dengan apa yang di lakukan Marvin.
Pelan-Pelan wanita itu ingin melepas ikat pinggang Marvin, dan di saksi kan oleh Kirani, "Hentikan" teriak Kirani sambil mengebrak meja. Marvin menghentikan tangan wanita yang sudah haus ingin melumat eskrim miliknya.
"Om CEO, kalau aku dipanggil ke sini hanya untuk melihat hal gila yang kalian lakukan, lebih baik aku pergi ke kampus" sambil berdiri dari duduknya dan berjalan ingin keluar.
"Siapa yang menyuruhmu pergi" panggil Marvin dan Kirani menghentikan langkahnya.
"Kamu keluar dan ambil ini" ucap Marvin sambil lemparkan cek kepada wanita penghibur itu, secepatnya dia mengambilnya sambil memperbaiki bajunya yang terbuka, kemudian keluar dari ruangan Marvin dengan wajah kesal karena hasratnya belum tertuntaskan.
Kirani masi berdiri di tempatnya dengan ekspresi marah, Marvin mendekatinya dan memutari tubuh Kirani sambil mengamatinya, "Sepertinya ada yang berubah" bisik nya pas di teling Kirani.
Kirani mundur menjauh "Tidak ada yang berubah Om" ucapnya sambil menunduk kali ini.
Marvin melewati Kirani, lalu menarik kuncir rambut kirani kemudian berjalan duduk di sofa sambil bersandar.
Kirani melihat ke arah Marvin, "Mau om apa sih, aku tidak ada waktu untuk bermain-main karena menurutku waktu adalah uang" ucap Kirani dengan tegas.
Marvin langsung tersenyum miring, dan berdiri ke arah Kirani lagi, "Waktu adalah uang, apa tidak cukup uangku ini untuk kemewahan mu" ucapnya sambil tersenyum mengejek.
Kirani tidak menjawab, dia sudah terbiasa dengan hinaan Marvin, "Maaf om gue harus pergi, ada jadwal kuliah siang ini" ucap Kirani dengan nada yang melemah.
"Ganti baju mu, semalam aku tidak melihatmu seperti ini" ucapnya sambil berjalan ke kursi kebesarannya.
Setelah berganti baju dan sekarang Kirani sudah kembali rapi dan cantik seksi, kemudian kembali masuk ke ruangan Marvin.
Di dalam ruangan Marvin, Marvin dan Ryan sedang duduk di sofa menunggu Kirani, tampa mengetuk pintu Kirani masuk dengan santai, kedua pria dewasa yang menunggunya langsung menatap Kirani tampa berkedip, melihat kecantikan Kirani yang manis dan seksi
"Ryan jaga pandangan mu" ucap Marvin dan yang juga mengalihkan pandanganya.
Ryan menurunkan pandangannya, "Baik boss" sambil berbisik.