Daniel :
Sudah seminggu ini adik ku murung , mungkin karena kepergian Fabian yang mendadak, tapi intuisi ku berkata ada yang lebih besar daripada itu, ada sesuatu yang Julian sembunyikan dari ku, entah apa itu. Kemarin pengacara telah datang untuk memberikan pengumuman hak waris , bibi Florencia akan menjadi wali kami hingga kami bisa menjalankan bisnis hotel yang dimana aku pun terhambat karena memilih bekerja sebagai kasir di took klontong yang di tinggalkan mama ku untuk usaha kecil kecilan ku. Entah apa yang akan terjadi hari ini, dan yang di harapkan tiba telah datang bibi Florencia "rich aunty" dari pihak papa, dia adalah Wanita single adik papa yang terpaut 20 tahun lebih tua daripada papa, sehingga dia sama sekali tidak memiliki koneksi atau hubungan yang dekat dengan papa kita, dan memilih kuliah di luar negeri ketika menginjak usia remaja. Suara bell di luar sudah di pastikan itu adalah bibi Florence karena bel dengan nada custom tersebut hanya di gunakan oleh bibi Florence ketika datang ke rumah ini. Dengan berlari aku membuka pintu rumah ku dan bibi Florence melemparkan sebuah lembaran yang tejatuh karen aku tak siap untuk menangkap nya, dan terlihat di depan selebaran tersebut adalah sebuah tiket ke Miami," kamu ke Miami langsung, waktu mu tidak banyak, bawa saja barang seadanya , nanti aku dan julian akan menyusul" aku yang belum siap dengan berita ini berusaha memproses keadaan "kita pindah kemana ?, bibi? Aku rindu bibi" kata julian lalu memeluk bibi Florence dan seperti biasa bibi Florence berusaha sediplomatik mungkin untuk memberi tahukan sesuatu pada ku. "papa mu sudah menyangka hal ini akan terjadi, dia meminta aku untuk menjual semua asset termasuk hotel dan memindahkan nya ke Miami sesegera mungkin, waktu kita sudah tidak banyak" aku yang masih tetap kebingungan hanya bisa mengangguk tak mengerti namun julian yang dari kemarin tak mengeluarkan suara satu pun akhinya berbicara juga "kita akan hidup baru di Miami dan kamu melanjutkan kuliah seprti yang papa mu minta, aku tahu ini berat tapi setidaknya ada aku disini ,kalian semua keponakan ku, walau aku dan papa mu tidak begitu dekat, aku tak ingin kalian berdua tanpa masa depan yang jelas" bibi terlihat frustasi ketika mengatakan tersebut, kematian orang tua kami membuat dampak yang buruk bagi bibi yang bernecana menjadi warga negara Indonesia di bali, namun rencana nya ia kurung dan menanggung kami berdua sampai kami mendapatkan hak waris kami di usia 25 tahun.
Persiapan ke Miami serasa ricuh ketika ternyata Julian tak sengaja sms teman sekelas nya ia akan ke Miami , dalam beberapa jam kabar itu menyebar ke telinga Kailan Stuphin, dan Kailan yang selalu menjadi sohib ku sejak dulu tak menerima berita kepindahan mendadak diri ku
"dude !!, aku sudah kehilangan fabian minggu ini tanpa kabar yang jelas , sekarang kamu pergi juga?" Stuphin menatap jengah ketika melihat ku yang sudah bersiap siap, dia memeluk ku dan tak mau melepaskan pelukan nya, "gimana rencana kita buat usaha sanda crocc merk crocoroc ?" stuphin menahan tangis nya dan aku saat ini tak bisa apa apa, penerbangan masih 5 jam lagi, aku melihat ke bibi Florence , dia mengangguk mengerti , "masih ada waktu beberapa jam , ke bowling alley ?" tawar ku kapada nya dan dia setuju , kita sepakat berjalan kaki ke sana mencoba untuk membuat dia mengerti aku pergi demi kebaikan keluarga ku, aku tak ingin menjadi tulang pungung yang selalu di khawatirkan oleh adik ku, namun akan menjadi orang yang sukses agar julian bisa bangga terhadap ku.
***
enam tahun lalu , aku dan Stuphin mencari kodok untuk praktek biology dan akhirnya kita mencapai hutan dekat trailer park, 2,5 kilo meter dari rumah ku, dua anak kecil hampir remaja berjalan sendirian ke hutan bukanlah ide yang bagus, bahkan mendekati buruk, kami terjerembab beberapa kali, Stuphin masih tetap bisa tertawa mengejar katak yang terus melompat, sejauh ini kita hanya bisa mendapatkan 1 selama dua jam,dan ketika dalam hitungan ke tiga Stuphin melompat mencoba untuk menangkap katak yang jadi target nya namun , tombak kayu menghunus katak tersebut duluan "katak kuuu!" erang stuphin , sesosok anak kecil sepantaran dengan kita mengambil katak yang sudah mati itu dan memasukan nya ke kantung kresek, "kalian mau katak juga ?, aku punya banyak" kata anak tersebut tersenyum ramah dan membuka kresek nya yang sudah berisi sekitar 3 lusin katak "kamu mau apakan katak itu ?" tanya ku gugup dan anak tersebut memandang ku heran seperti tak tahu kegunaan katak "ehmm makan? di panggang ?" aku dan stuphin bertatapan tidak percaya dan entah 20 menit kemudian kami malah bergabung untuk ikut memanggang katak bersama nya di trailer park, anak tersebut berlari ke rumah nya dan membawa sepasang piring untuk aku dan stuphin, selama acara masak memasak jalur primitive ini, aku hanya bertatapan dengan stuphin karena baru tahu katak bisa di makan juga, "nama ku Fabian , kalian berdua?" tanya anak yang benama fabian tersebut "aku Stuphin" sergah stuphin dan "aku Daniel , mengulurkan tangan untuk berkenalan , aku melihat tangan dan kuku nya nya yang kotor , aku harap aku tak mencret sehabis ini pikir ku dalam hati tapi tuhan tahu aku bukan bermaksud mrendahkan anak ini, dia sangat baik aku hanya mengkhawatirkan pencernaan ku , namun sikap Fabian membuat ku takjub, bahkan membawa orang asing untuk makan adalah langkah yang berani, "ayo makan" kata nya dan aku yang terlihat ragu pun mencoba memakan paha katak tersebut, gigitan pertama sangat lembut, seperti ayam namun lebih mudah di gigit, "ini enak, darimana kamu tahu ini bisa di makan?" stuphin tercengan dan meng ayun ayunkan paha katak tersebut "karena di rumah tidak ada makanan,jadi aku cari makanan di hutan dekat trailer park" suasana menjadi canggung dan hening, "ibu mu kemana?" tanya ku lagi supaya mencairkan suasana "ibu ku meninggal" semakin canggung lah acara memakan katak panggang ini, hanya suara radiator mesin tetangga yang terdengar, "well, kamu punya katak yang masih hidup?" tanya stuphin memulia pembicaraan baru , dan senyum fabian muncul seketika ketika ia mengeluarkan salah satu katak yang belum mati dalam kresek.
***
Saat ini aku dan stuphin masih tidak bisa menyatukan pikiran kita, dia masih kekeh dengan pendirian nya agar aku tak ke Miami , tapi yang harus kami lakukan aku dan bibi ku adalah pindah ke Miami agar kami bisa bertahan hidup, "kalau begitu kenapa tidak kamu yang ikut kami ke Miami !" bentak ku tak akruan dan dia terdiam untuk sementara, dia seperti menemukan solusi danberkah ketika senyum nya mekar, lalu menagngguk, "baik kalau begitu!" teriak nya dan mendorong aku "kamu tinggal dengan kami di Miami!" kata ku sambil mendorong stuphin lebih keras "siapa takut!" kata nya sambil akhinya kami menemukan alan tengah nya, aku harap ayah nya stuphin mengijinkan anaknya tinggal di Miami dengan kita.