***
Aruna duduk dengan gugup dihadapan Arshaka. Beliau dosen sekaligus kaprodi jurusa Sastra Indonesia di kampus tempatnya kuliah. Arshaka menatap Aruna dengan tajam itulah yang ia yakini. Hari ini Aruna mendatangi Arshaka untuk mengajukan judul skripsinya. Jantungnya berdegup dengan kencang menunggu pernyataan Arshaka. Ia berharap judulnya segera di ACC.
Arshaka Nasri Daniel di usaianya yang terbilang muda telah sukses menjadi seorang dosen dan juga memiliki perusahaan. Dari SD, SMP, sampai SMA ia mengikuti kelas akselerasi. Selain dibekali otak yang cerdas, Shaka juga memiliki wajah tampan sehingga banyak dari kalangan dosen muda dan mahasiswi yang menyukainya. Idaman para kaum hawa sekali bukan. Tetapi, sayang saat di kelas membuat merinding para mahasiswanya. Aruna pernah merasakannya.
"Kamu Aruna Damaris Aileen?"
"Iya pak." jawab Aruna gugup.
"Kamu hobinya halu bukan?" otak Aruna berusah mencerna apa yang ia dengar dari mulut dosennya itu. Saat ini mereka sedang mendiskusikan masalah skripsinya tapi kenapa malah membahas hal yang tidak penting begini.
"Maksud bapak apa ya?"
"Kamu yang menulis cerita cinta tentang dosen yang mengejar mahasiswanya?" mulut Aruna ternganga mendengar itu. Bagaimana bisa? Dari mana dosennya ini tau? Apa dosennya ini menjadi salah satu pembaca ceritanya di salah satu platform penulisan? Kalau iya ini sangat memalukan. Bagaimana tidak banyak sekali adegan dewasa yang ia bubuhkan dalam ceritanya itu. Mampus sudah dirinya.
"Bapak pasti salah orang."
"Bagaimana saya salah orang? saya pembaca cerita kamu dan saya juga mengikuti semua akun medsos kamu."
Deg!
Jantung Aruna seakan berhenti berdetak ia begitu terkejut mendengar pernyataan dosennya itu. Bagaimana dosennya yang yang terkenal galak itu membaca ceritanya dan apa katanya tadi mengikuti semua akun medosnya? Kepala Aruna rasanya pening memikirkan hal itu. Rasanya ia ingin hilang ditelan bumi saja. Sungguh ia sangat malu.
"Iya pak." hanya itu yang mampu Aruna ucapkan.
"Kembangkan terus bakat halumu itu atau kamu mau apa yang kamu tulis itu menjadi kenyataan?" Arshaka mengatakan hal itu dengan datar, tetapi bisa membuat Aruna berdebar. Apa maksud dari perkataan dosennya itu? Mewujudkan tulisannya menjadi nyata? Pipi Aruna bersemu mengingat hal-hal yang ia tulis dalam ceritanya. Sebuah cerita cinta dimana seorang mahasiswi jatuh cinta kepada dosen pembimbingnya.
"Bapak bisa saja." ungkap Aruna malu-malu. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jika ceritanya itu menjadi nyata. Apalagi sampai mendaptkan dosen pembimbing yang sangat galak seperti dosen yang duduk di depannya ini. Bisa gila dirinya.
"Saya tidak menyangkan kalau bapak juga hobi baca novel."
"Saya memang suka membaca novel. Jadi apa yang salah dengan membaca novel?"
"Tidak ada pak." bapak selalu benar, saya yang salah keluh Aruna dalam hati.
"Menurut saya judul kamu ini terlalu gampang."
Gampang?
Ingin sekali Aruna menyelanya, gampang dari mana?Kalau gampang kenapa engga bapak ACC aja. Dijalani saja belum. Baginya tidak ada judul skripsi yang mudah. Kalau ada pasti semua mahasiswa di Indonesia menyukai skripsi. Mungkin otak bapak aja yang terlalu pintar. Berbeda dengan Aruna yang pintar dalam berhalu ria.
"Dan ini juga tidak sesuai dengan passion kamu."
Hah? Passion?
Kepala Aruna sangat pening, ia tidak mengerti apa yang dikatakn dosennya itu. Otaknya sibuk berpikir untuk mencari korelasi antara passion dan skripsi. Hah lama-lama ia bisa gila berada disini.
"Maaf maksud bapak bagaimana ya?" tanya Aruna tidak mengerti.
"Kamu itu berbakat dalam hal menulis. Seharusnya kamu itu mengambil judul yang sesuai dengan kemampuan kamu. Misalnya creative writing."
Aruna terdiam mendengar penuturan dosennya. Ia memang mengambil judul yang mudah dan dapat ia pahami. Tetapi disini dosennya itu seolah-olah lebih mengenal dirinya ketimbang ia sendiri. Apa ini artinya ia harus mencari judul lain. Mencari satu judul saja kepalanya sudah mau pecah. Sampai-sampai ia belum bisa update ceritanya selama seminggu lebih karena skripsi ini.
Sepertinya Aruna salah telah menulis cerita di salah satu platform itu. Gara-gara hal ini dia menderita. Kenapa juga dosennya itu bisa menjadi salah satu pembaca ceritanya. Rasanya Aruna ingin pulang dan menangis saja. Malang sekali nasibnya saat ini.
"Jadi saya harus ganti judulnya pak?"
"Tentu saja."
"Baik, pak."
Saat Aruna akan mengambil kertas yang hanya dicoret-coret Shaka it. Tiba-tiba Shaka menuliskan sesuatu sehingga Aruna mengurungkan niatnya untuk mengambilnya.
"Setelah mendapatkan judul silakan datang lagi."
"Baik,pak."
"Oh ya satu lagi."
"Apa lagi ya pak?"
"Kamu jadi anak bimbingan saya."
Hah?Apa? Tapi dia belum mendapatkan judul. Kenapa dia sudah mendapatkan dosen pembimbing? Ia jadi bingung. Ini bagaimana konsepnya? Sungguh memikirkannya membuat kepala Aruna pusing.
"Saya? Jadi anak bimbingan bapak?" tunjuk Aruna pada dirinya sendiri.
"Iya."
"Nggak bisa gitu dong pak, kan saya belum dapat judulnya pak." sumpah demi apapun Aruna berharap ini hanya mimpi. Dari sekian banyaknya dosen Shaka adalah list pertama yang ia hindari sebagai dosen pembimbing. Kakak tingkatnya pernah bilang bahwa dosennya ini sangat sulit memberikan ACC. Kalau begini kapan dia lulusnya. Sementara di rumah orang tuanya sudah menanyakan kapan dirinya lulus.
"Kenapa nggak bisa? Saya pemegang kekuasaan tertinggi di jurusan ini. Harusnya kamu bangga bisa di didik langsung oleh dosen jenius seperti saya." ucap Shaka cool dengan tatapan tajam yang mampu membuat Aruna ketar-ketir. Tapi sangat menyebalkan untuk di dengarkan telinga Aruna.
Ingin rasanya Aruna menolak. Tapi bagaimana caranya? Bisakah ia menolak? Tapj apalah daya ia hanya mahasiswa yang selalu salah dimata dosen. Kalau menolak ia takut akan lebih dipersulit. Kenapa ini bisa terjadi pada dirinya?
"Baik, pak."
"Kalau begitu kamu resmi jadi anak bimbingan saya Aruna Damaris Aileen." ini artinya ia akan terus bertemu dengan dosennya ini. Judul saja belum di ACC bagaimana dengan yang lainnya.
Sejak saat itu Aruna merasa hidupnya tidak lagi tenang. Semoga ada keajaiban yang membantunya untuk mengerjakan skripsi. Dan semoga saja ia tidak dipermainkan oleh dosennya ini. Ia hanya ingin lulus dengan cepat, ia tidak ingin mewujudkan kehaluan dalam ceritanya yang menikah dengan dosen pembimbingnya.
"Aruna."
"Iya, pak." baru saja Aruna akan melangkahkan kakinya keluar, Shaka sudah memanggil dirinya.
"Jangan lupa update cerita kamu. Sudah seminggu lebih saya menunggunya."
Aruna ingin menangis sekarang juga. Kenapa hidupnya jadi begini? Semua gara-gara cerita yang ia buat. Ingin rasanya ia menghapus ceritanya itu supaya Shaka tidak bisa membacanya lagi. Sungguh ia malu mengingat ceritanya sangat bucin dan terdapat adegan kiss. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana ekspresi Shaka saat membaca ceritanya. Mau ditaruh dimana harga dirinya sekarang.
Huaaa mama tolong Aruna...