Chereads / Enn || Transmigrasi / Chapter 2 - 01. Awal

Chapter 2 - 01. Awal

SMAN 1, sekolah dengan Akreditasi A, fasilitasnya luarbiasa, lapangan olahraga hampir semuanya ada.

Gurunya berpendidikan, dan benar-benar mengajar tidak hanya numpang nama apalagi makan gaji buta.

Tepat bel masuk berbunyi jam 7, siswa diberi waktu menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya 5 menit dan berdoa menurut kepercayaan masing-masing. Setelahnya guru akan segera datang dan mengajar.

Mendapatkan Jamkos itu seperti menemukan Api di dalam lautan, seperti mustahil namun ada (jarang).

Sekolah ini menjadi sekolah favorit selama 12 tahun berturut-turut. Dan hal ini berlaku pada Enn, si Perempuan biasa yang juga memasukkan sekolah ini ke daftar sekolah Favorit utamanya.

Enn itu serba biasa, biasa wajahnya, biasa kastanya, biasa sifatnya dan mungkin hanya 1 yang bisa dibanggakan, otaknya yang encer dan cepat menerima pelajaran.

Dibalik indahnya SMAN 1, orang luar tidak ada yang tahu bahwa disana perundungan masih marak dilakukan.

Namun bukan gadis cupu lemah yang biasa dibully, melainkan gadis populer yang tak punya teman. Contohnya sendiri seperti Enn.

Sebenarnya, hidup awalnya tentram penuh ketenangan. Tapi porak poranda gara gara kakak kelasnya yang merasa tersaingi didalam Ekstrakurikuler Karya Ilmiah.

Seperti saat ini tatapan sinis Kakak kelasnya berikan padanya, "Masih punya nyali? Sudah gue bilang, jangan pernah daftar lomba Karya ilmiah lagi!"

Enn berusaha tenang, walaupun jantungnya sudah berdegup takut tidak karuan.

Ia lebih lemah saat pembullyan lewat kata-kata. Karena setiap kata pasti tidak masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Melainkan masuk telinga kanan dibawa ke otak dipikirkan berhari-hari.

Atau di masukkan ke telinga kiri lalu diterjunkan kehati, hingga akhirnya merasakan rasa sakit dan sesak sendiri.

Venca, kakak kelasnya dari Xl Mipa 1 ini memang memiliki ke minatan tinggi dalam karya ilmiah. Berani Menyainginya? Siap siap berhadapan dengan dia.

"Tuli kali Van, jadi lo omongin berapa kalipun gak denger," Timpal teman Vanca, Denita namanya. Matanya menatap Enn penuh ejekan.

"Kayaknya dia juga bisu deh, lihat aja, dari tadi diajak ngobrol dia nggak beri tanggapan sama sekali." Tambah Gifta, yang tak lain juga temannya Vanca.

"Hajar aja lah Van, yang modelan kayak gini kalau diberi keringanan malah ngelunjak." Usul Denita, ada secarik senyum menyeramkan dibibirnya.

Dia mendekat pada Vanca, membisikkan kata-kata yang tak terdengar dari telinga Enn. Setelahnya mereka saling tatap dan mengulas senyum puas.

Vanca memutari tubuh Enn beberapa kali, mata Vanca menangkap formulir pendaftaran yang berada dalam belakang tubuh Enn dan tertutup oleh tas punggungnya.

Srett

Dalam sekejap formulir sudah dalam tangan Vanca, tanpa adanya drama dahulu, Vanca segera menyobek kertas formulir menjadi bagian-bagian kecil dan dia lemparkan pada Enn.

Tawa renyah keluar dari mulut Vanca dan Denita. Berbeda dengan Gifta, "kurang keras ini," Ucap Gifta sembari mendorong kuat-kuat tubuh Enn.

Tubuh Enn yang memang tidak siap langsung terjerembab kebelakang tanpa perlawanan.

"Cih, lemah banget kayak Yeen." Cetus Gifta sebelum berlalu pergi.

Sedangkan Enn dalam batinnya sudah berkoar koar. 'Bukan gue yang lemah kayak Yeen, Sabun Gif!. Tapi gue nggak siap nerima dorongan lo yang pakai tenaga ultramen.'

"Ututu, kasian ihh. Yuk gue tolongin." Tangan Denita terulur indah didepan mata Enn.

Dengan bodohnya Enn menerima uluran itu, padahal sudah jelas jelas di depannya ini musuhnya, mana mungkin mereka benar-benar menolongnya.

Saat tangan Enn sudah menggenggam jemari Denita, perempuan itu segera menariknya, dan setelahnya melepaskan secara tiba-tiba, dan hasilnya Enn terjatuh untuk kedua kalinya.

"MAMPUS!" Teriak Vanca dan Denita sebelum akhirnya bertos ria dan berlalu pergi.

Kini sisalah Enn yang masih dalam keadaan terduduk di tanah. Menarik napas mencoba menenangkan pikirannya yang kacau saat melihat kertas formulir yang tak berbentuk lagi.

"Nasip, nasipp," Gumamnya sembari beranjak untuk pergi dari lapangan Bola Voli.

◆◇◆◇◆◇◆◇

Di atas kasur tipis dalam kamar kost, Enn rebahan manja menikmati masa libur hari sabtunya dengan membaca Novel.

Setelah kemarin menggalau karena masalah formulir, sekarang menurutnya saatnya mengajak otak kecilnya untuk healing.

Novel ini mengisahkan tentang perjuangan El (seorang Pemuda tampan, namun tak dianggap oleh orangtuanya) dan Eyca (Gadis manis yang begitu dikekang hidupnya oleh keluarganya)

untuk bisa menikah.  Namun mereka harus melalui rintangan terhalangnya restu orang-tua.

"Enak ya jadi Eyca. Cantik?, iya. Pinter?, iya. Tinggi?, iya. Udah gitu hidupnya beruntung."

"Populer tapi baik baik aja. Keluarganya juga sayang banget, bahkan semesta begitu menjaga dia seakan-akan kayak nggak boleh dia disakiti. Beda banget sama gue."

Mengeluh dan mengeluh yang Enn lakukan setiap membaca bagian yang dimainkan protagonis wanita.

Dia akui, dia iri. Dia ingin merasakan kebahagiaan yang dirasakan Eyca.

...

Buah pepaya di makan Bu Asih,

Sekian dari saya, dan terimakasih.❤