Seluruh siswa-siswi berkumpul di aula gedung utama. Berbaris sesuai dengan kelas dan angkatan masing-masing. Walau baru memasuki angkatan ketiga, namun jumlah siswa di angkatan ketiga cukup banyak.
Kepala sekolah, Mrs. Melly memasuki panggung aula. Upacara penyambutan siswa-siswi baru telah dibuka sejak tadi. Mrs. Melly kurang lebih baru menjabat sebagai kepala sekolah selama dua tahun lebih. Rambut wanita itu pendek berwarna hitam. Bola mata berwarna hitam. Dengan anggun, mengenakan setelan berwarna abu-abu dan rok selutut.
Pertama-tama, Melly mengetuk mikrofon yang ada di mimbar hadapannya. Perlahan dia mulai membuka mulut.
"Selamat pagi, seluruh siswa dan siswi baru Magical Academy. Selamat datang sebelumnya, hari ini merupakan tahun ajaran baru angkatan ketiga Magical Academy. Sebenarnya ada beberapa poin penting yang ingin saya sampaikan. Pertama terima kasih sudah memilih Magical Academy sebagai pilihan kalian." Wajah Melly sedikit pucat ketika berbicara. Karena ada hal-hal yang cukup sensitif yang akan dibicarakan. Soal bagaimana mempertahankan reputasi.
"Saat ini kurang lebih ada lima sekolah penyihir di Miracle, salah satunya adalah Magical Academy. Namun, tidak disangka Magical Academy masih termasuk dalam pilihan kalian. Saat ini persaingan antar sekolah telah dimulai. Kalau boleh tahu yang sebenarnya saya hanya ingin meminta tolong pada kalian semua. Naikkan reputasi Magical Academy. Saat ini sekolah ini bisa dibilang mengalami penurunan kualitas. Entah mengapa banyak kualitas yang menurut. Satu-satunya cara untuk membalikan semua itu adalah bertarung."
Nara yang berada di antara barisan para siswa baru sedikit tertunduk. Kekecewaan mulai menyelimuti dirinya ketika Mrs. Melly mengatakan ada penurunan kualitas di Magical Academy. Sekolah yang menjadi impiannya ini sudah tidak seperti sedia kala. Meski masih terkenal, namun hal ini boleh jadi masalah yang cukup serius. Nara mengepalkan tangan dengan erat. Tidak mungkin juga dia hanya diam sendiri tanpa melakukan apapun.
"Meski begitu, akan banyak kesempatan untuk menaikan reputasi sekolah. Seperti kompetisi-kompetisi di bidang akademik maupun non-akademik. Dari sini seharusnya kalian bisa menaikkan reputasi sekolah. Kemungkinan tahun ini akan banyak kompetisi pertama di Miracle, dan itu bisa menjadi kesempatan yang bagus untuk kalian," lanjut Mrs. Melly.
Nara masih tetap tertunduk, entah kenapa hasrat ingin menaikkan nama baik sekolah itu mulai membakar seluruh semangatnya. Bukan karena ingin populer, namun lebih ke tanggung jawab sebagai siswa. Akan tetapi, banyak yang harus dilakukan. Belajar ilmu sihir, Nara masih sadar kemampuannya masih dasar. Harus belajar di mana kalau begini? Nara masih memikirkan jalan keluar.
Pidato ditutup kemudian, setelah lima belas menit berlalu. Nara melangkah pelan di antara para siswa-siswi. Rasanya jadi mengerikan juga sekolah di sini. Dulu sewaktu di Surabaya, Nara tidak sesemangat ini. Apa boleh buat, lagian masa SMA merupakan masa paling berwarna.
Saat tengah melangkah tiba-tiba saja Nara menabrak seorang gadis yang di hadapannya. Gadis yang ada di hadapannya menoleh menatap Nara. Sejenak Nara menatap menatap gadis itu, tampak lebih tinggi darinya. Dan juga wajahnya tidak asing. Nara pernah melihatnya.
"Eh, Kak M-Misaki?" Nara terbata-bata.
"Halo, kamu pasti siswa baru kan? Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya."
Nara mengangguk dengan pelan. Dahinya bercucuran dengan keringat. Ini sebuah keajaiban atau bagaimana, tetapi baru pertama kalinya Nara bertemu dengan Misaki. Sosok yang sering terdengar di surat kabar, karena menyelesaikan kasus Magical Academy pada tahun 2019 dan pertempuran di Surabaya pada tahun 2020 bersama tim besar, Magical Starz.
"Siapa namamu?" tanya Misaki.
"Nara Harumi."
Misaki sedikit terkekeh. "Nama yang bagus, apa kamu keturunan penyihir?"
"Iya, hanya saja darah itu mengalir dari kakekku. Kedua orangtuaku tidak bisa menggunakan kemampuan sihir."
"Berarti kamu memulai dari nol?"
"Iya, Kak."
Misaki membelai rambut Nara. "Santai saja, kalau kamu perlu bantuan tinggal bilang aku saja."
Nara mengangguk. "T-terima kasih, kalau begitu aku duluan ya kak."
Nara meninggalkan Misaki sendirian.
"Tidak kusangka kamu dapat akrab dengan adik kelas." Zane muncul dari belakang Misaki.
"Tenang saja, yang satu ini berbeda."
"Bagaimana kamu yakin?" tanya Zane.
"Iyeps, entah perasaanku atau bagaimana, tetapi dia mirip denganku tiga tahun yang lalu."
Benar saja, Nara seperti Misaki dua tahun yang lalu. Merupakan penyihir yang tidak bisa mengendalikan sihir. Namun, perlahan dia bisa mengendalikan pada akhirnya. Proses yang tidak cepat. Sedikit menyebalkan, tetapi kalau dipikir itu adalah masalah yang rumit sekaligus menyenangkan.
***
Kelas dimulai, Nara mengambil duduk dekat dengan jendela. Tempat yang menjadi favoritnya. Ditambah lokasi tempat duduknya depan. Kelas perlahan mulai kedatangan siswa yang seangkatan dengannya.
Nara menopang dagu sembari melirik ke luar. Tampak jelas taman yang dikelilingi bangunan dengan air mancur yang menyala. Beberapa siswa ada yang tengah duduk sembari membaca buku di sekeliling air mancur. Ada juga yang asyik bermain ponsel.
Tidak lama bel kelas mulai berbunyi, bersamaan dengan itu, sosok guru mulai memasuki kelas. Pelajaran berlangsung satu jam. Pelajaran mengenai sejarah penyihir.
Mrs. Yuli merupakan guru yang mengajar sejarah penyihir. Banyak hal yang terjadi di masa lalu. Masa-masa kelam para penyihir. Diburu tanpa kejelasan, banyak penyihir yang difitnah padahal dia tidak melakukan kejahatan. Meski tidak melakukan apapun, tetapi jika statusnya penyihir sudah dicap sebagai penjahat dan dibakar hidup-hidup. Masa itu disebut perburuan penyihir dengan undang-undang Witchcraft.
"Para penyihir dahulu hidup sangat sengsara, tetapi sejak tahun 2010 undang-undang itu dihapus. Jadi tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Para penyihir sama seperti manusia biasa memiliki hak. Ada yang ingin ditanyakan?"