Harlan memapah Shafira berjalan ke teras depan rumah Chen Dong. Shafira jenuh dikerem dalam Kamar saja. Meski ditemanin Harlan dan Chen Tao. Entah kenapa Chen Tao tanpa disuruh atau diminta menemanin Shafira. Bocah kecil berhati bersih ini sudah mendengar Shafira tertusuk Belati Iblis milik Raja Arthur, tergerak untuk menjaga Shafira. Hal lain Chen Tao merasa Shafira menyenangkan.
Harlan kemudian mendudukan Shafira di kursi yang ada di teras, lalu jongkok dihadapan Shafira yang wajahnya masih pucat.
"Yang Mulia." Harlan menegur Shafira, "Anda baik saja?" dia sedikit cemas.
"Hais dokter ini." Shafira manyun mendengar perkataan Harlan yang formal banget. "Perasaan sewaktu kita di Taiwan, dokter tidak formal gini bicara ke Aku."
"Maaf Yang Mulia," Harlan tersenyum mendengar ini, "Saat itu Hamba kurangajar ke Anda. Saya belum pasti identitas asli Anda yang ternyata Putri tunggal Yang Mulia Kaisar Agung junjungan Hamba di Kerajaan Dewa 13 Alam."
"Sudah jangan formal ke Aku. Usiaku jauh lebih muda dari dokter. Panggil saja Fira."
"Baiklah. Tapi Kamu panggil Aku dengan Harlan ya, tidak dokter. Meski Aku lebih tua darimu, tapi kedudukanmu di atasku."
"Iyalah, dokter Harlan."
"Umm kamu menggemaskan." Harlan sedikit menjitak sayang kening Shafira.
"Duduk di sebelahku, Har." Shafira menunjuk salah satu lengan kursi yang terbuat dari kayu bagus dan kokoh. "Aku pengen nyender ke bahumu."
Harlan tersenyum, sadar Shafira mulai ketergantungan sama dekapannya. Harlan segera duduk di lengan kursi, lalu pelan menyandarkan Shafira ke dekapannya. Dia lalu merasakan Shafira sedikit melesakan wajah ke dada bidangnya.
"Harlan."
"Ya, Fira?"
"Siapa Aku ini sebenarnya?"
Harlan terkesiap mendengar pertanyaan Shafira, diangkat wajah Shafira, dipandanginnya.
"Sejak bertemu dan mengenal Pak Andrew," Shafira bicara, "Aku merasa diriku ada ikatan darah sama Beliau. Lalu saat Aku bertarung sama Raja Arthur dan Demon Kung, kenapa dari badanku bisa merubah pakaianku dengan baju zirah yang kurasa seperti baju zirah di Kerajaan Kuno dalam sejarah atau film." Tuturnya polos.
Harlan mendengar ini sambil mempelajari tiap perkataan Shafira yang menurutnya sedikit aneh. Apa Shafira memang tidak tahu adalah putrinya Andrew Sang Kaisar Vikael? Sepertinya iya, sebab saat di Studi Banding, Shafira terheran didekati dan diberi banyak pertanyaan seputar dirinya dan orangtuanya oleh Andrew.
"Lalu kenapa Aku dipanggil Yang Mulia Putri Mahkota Kerajaan Dewa 13 Alam? Apakah ada Kerajaan itu? Setahuku Kerajaan itu hanya dongeng dalam Buku atau Film Fantasy."
"Apa Pak Vikael tidak mengatakan apa pun selama ini ke Kamu mengenai siapa Kamu, apa itu Kerajaan Dewa 13 Alam?"
"Tidak. Papa Vikael hanya mencekokinku banyak Les, termasuk Kungfu dan menggunakan Six Senseku."
"I see." Harlan paham, "Fira, Kerajaan Dewa 13 Alam nyata ada di Alam Semesta ini. Letaknya di Lapisan Ketujuh di Alam Semesta. Kerajaan itu tempat tinggal para Dewa Dewi yang ditugaskan untuk memerangi Bangsa Black semacam Raja Arthur dan Demon Kung. Kerajaan itu dipimpin oleh Kaisar Agung. Kerajaan itu memiliki 13 Kerajaan Dewa."
"Lalu siapa Aku? Kenapa Aku disebut Putri Mahkota Kerajaan itu?"
"Karena itu Identitas aslimu, Fira."
"Identitas asliku?"
"Iya. Kamu dilahirkan dari percintaan Pak Andrew yang adalah Kaisar Agung Kerajaan Dewa 13 Alam dengan Ibumu."
"Aku?"
"Iya Kamu. Kamu adalah Putri kandung Pak Andrew Sang Kaisar Agung Pimpinan tertinggi Kerajaan Dewa 13 Alam. Dan Kamu dipilih menjadi Pewaris Tahta berikut di Kerajaan Dewa 13 Alam."
"Bagaimana bisa? Bukannya Dewa Dewi tidak turun ke Bumi?"
"Setelah Manusia diusir dari Surga, diciptakan Dewa dan Dewi dengan Raga Manusia tapi soul Mahkluk khusus. Karena mereka bertugas memerangin Bangsa Black yang juga di usir dari Surga dan dikutuk karena membuat Manusia tergelincir dan diusir dari Surga sebelum soul Manusia sempurna. Soul itu berisi sifat-sifat baik."
"Lalu kenapa bisa turun ke Bumi?"
"Sebab Bangsa Black berkeliaran di Bumi. Bukan hanya di Bumi, tapi di Alam Semesta. Dewa dan Dewi harus memerangin mereka kan? Makanya bisa turun di Bumi atau di Planet, atau bahkan di Tata Surya, kecuali di Matahari dan Bulan."
"Berarti Aku juga bisa itu?"
"Iya."
"Bagaimana bisa Aku lahir dari Pak Andrew dan Mama? Kapan keduanya bertemu dan menjalin cinta? Rasaku Mama sangat setia sama Papa."
"Yang bisa menjawab itu hanya Pak Andrew. Nantilah kalo kamu sudah sehat, Beliau pasti menemuimu untuk menjelaskan semua pertanyaanmu tadi."
"Yang Mulia Cie Cie!"
Terdengar suara riang Chen Tao dari arah halaman Rumah, lalu muncul sosoknya yang berlari riang membawa kotak makan dari Bambu.
Shafira melihat Chen Tao langsung tersenyum senang. Selama di sini, Chen Tao selalu membuat Shafira senang dengan sikap polos anak itu.
Harlan juga seneng melihat Chen Tao, teringat Dia sama Afi anak kedua Kurnia bapak angkatnya yang sebenarnya kakak sepupunya. Afi hanya muda 2 tahun dari Chen Tao, dan periang seperti Chen Tao.
Chen Tao kini menaikin tangga dengan berlari. Chen Tao masih menggenakan seragam sekolahnya berupa stelan baju khas di zaman Dinasti Qing Kerajaan kuno di Bumi ini.
"Yang Mulia Cie Cie." Chen Tao mengatur nafasnya sejenak, lalu menyodorkan Kotak makan ditangannya ke Shafira, "Ini untuk Yang Mulia Cie Cie."
Kok Chen Tao memanggil Shafira dengan Yang Mulia Cie Cie, bukan Yang Mulia Putri Mahkota? Chen Tao dari awal bertemu Shafira, sudah menyetel Lidahnya memanggil Cie Cie yang artinya Kakak Perempuan, ke Shafira. Nah saat Kepala Suku Hung Lee mengatakan Identitas asli Shafira, Lidah Chen Tao langsung menyetel memanggil Shafira dengan Yang Mulia Cie Cie. Padahal Chen Dong sudah berusaha mengubah stelan itu Lidah, agar Chen Tao memanggil Shafira dengan Yang Mulia Putri Mahkota, tapi tetep saja Chen Tao memanggil Yang Mulia Cie Cie.
Shafira tidak permasalahkan hal itu, tahu Chen Tao masih bocah, dan senang memanggil dengan apa yang diinginkan anak itu.
"Apa ini, Chen Tao?" tanya Shafira heran.
"Yang Mulia Cie Cie lihat saja sendiri." Chen Tao tersenyum, lalu memberikan satu Kotak makan lagi ke Harlan, "Ini untuk Yang Mulia Keke." Katanya tulus.
Chen Tao juga menyukai Harlan, dan memanggilnya dengan Yang Mulia Keke. Keke artinya Kakak Laki-laki.
"Terima kasih, De De." Harlan mengucapkan terima kasih dengan memanggil De De ke Chen Tao. De De artinya adik Laki-Laki.
Shafira sudah membuka tutup Kotak, lalu di sana tersusun rapih Gula-Gula dengan beberapa bentuk Bunga dan Hewan. Gula-Gula ini seperti yang Shafira lihat di Film-Film Silat Mandarin Klasik.
"Gula-Gula?" tanya Shafira memandang Chen Tao dengan senang.
"Iya. Hari ini Chen Tao minta uang jajan lebih ke Ayah, terus pulang dari Sekolah mampir ke Pasar, beli Gula-Gula ini untuk Yang Mulia Cie Cie ama Yang Mulia Keke. Chen Tao yakin kalian pasti suka Gula-Gula kemilan enak Perkampungan Suku Rubah ini."
"Astaga." Shafira tersenyum, lalu cium sayang pucuk Kepala Chen Tao, "Masih ya adikku sayang. Cie Cie pasti suka Gula-Gula ini." Katanya tulus, "Soalnya Cie Cie penasaran."
"Penasaran maksudmu apa nih?" tanya Harlan heran mendengar perkataan Shafira.
"Aku dari kecil suka nonton Film-Film Silat Mandarin Klasik. Nah selalu ada Gula-Gula seperti ini di semua Film itu. Gula-Gula khas Masyarakat Cina turun menurun."
"I see. Lalu Kamu penasaran ingin tahu rasanya seperti apa?"
"Yup." Shafira ambil satu gula-gula itu, dimakannya perlahan, "Ummm sangat enak. rasa madunya terasa banget." Dia merasa rasa Gula-Gula ini sangat enak, "Sayangnya di Abad 21 ini, tidak ada yang jual Gula-Gula seperti ini di Cina. Fira sudah mencarinya setiap Fira dibawa Papa Vikael sekeluarga ke Beijing atau Yu Nan."
"Jelas sudah tidak ada, sebab gula-gula saat ini diproses di pabrik modern. Dikemas pula dalam plastik yang cantik-cantik."
Shafira mau menanggapin, tapi terdengar suara Kepala Suku Hung Lee menyapanya dari Halaman.
"Salam Yang Mulia Putri Mahkota."
Shafira, Harlan, dan Chen Tao melihat ke Halaman. Tampak di Halaman, bukan hanya Kepala Suku Hung Lee, ada beberapa orang. Yang Pria setengah berlutut, yang perempuan berlutut.
Shafira taruh Kotak Makan ditangannya ke Meja di sebelahnya duduk, lalu dengan dibimbing Harlan dan Chen Tao berdiri. Perlahan turun ke Halaman.
"Salam Hung Lee." Sahut Shafira membalas salam Kepala Suku Hung Lee, "Hung Lee, mereka semua siapa?" ditunjuk orang-orang yang bersama Hung Lee. "Kalian berdirilah." Diminta mereka berdiri.
Kepala Suku Hung Lee lebih dulu berdiri, baru kemudian semua orang yang bersamanya berdiri.
"Maafkan Hamba, Yang Mulia Putri Mahkota." Hung Lee bicara, "Mereka ini adalah istri dan anak Hamba. Lalu Lan Ling wakil Hamba. Lan Ling membawa keluarganya pula. Mereka minta izin membesuk Yang Mulia Putri Mahkota. Mereka sudah tahu Anda mulai pulih kesehatannya."
"I see." Shafira paham, "Silahkan Kamu memperkenalkan mereka ke Saya."
"Terima kasih Yang Mulia Putri Mahkota." Hung Lee lega Shafira tidak berkeberatan menerima kunjungan mereka. "Ini Be Mei," ditunjuk Perempuan cantik berpenampilan sederhana dengan badan sedikit gemuk, "Be Mei istri hamba." Diperkenalkan Be Mei adalah istrinya. "Lalu ini Hung Ying, putra sulung kami. Kemudian ini Hung Pa, Hung Chen, Hung Tang, dan San San."
San San anak bungsu Hung Lee mengamati Shafira, lalu spontan saja berseru,
"Kamu Shafira kan?" Dia main menunjuk Shafira, "Kamu yang ikut Studi Banding di Taiwan kan?"
"San San!" Kepala Suku Hung Lee menghardik San San, "Jaga sikapmu. Beliau ini Yang Mulia Putri Mahkota Kerajaan Dewa 13 Alam."
"Tapi ini Shafira yang San San kenal di Studi Banding kemarin itu, Ayah."
"Tapi Beliau ini Putri Mahkota Kerajaan Dewa 13 Alam, Putri tunggal dari Yang Mulia Kaisar Agung. Nama beliau adalah Putri Michelle Salvador."
"Sudah-sudah." Sela Shafira menghentikan perdebatan ini, lalu tersenyum ke San San, "Kamu Hung San San salah satu peserta Studi Banding di Taiwan tempo hari kah?"
"Iya betul. Kamu Shafira kan?"
"Iya Aku Shafira."
"Tuh kan Ayah." San San menjadi senang, "Dia ini Shafira, bukan Putri Mahkota Kerajaan Dewa 13 Alam."
"Berlutut!" Hung Lee menghardik San San, "Lancang Kamu bicara seperti itu. Kamu berani mengatakan Beliau bukan Putri Mahkota Kerajaan Dewa 13 Alam, hmm?"
"Sudah Hung Lee!" sergah Shafira cepat, "Identitas asli Saya memang tidak semua Dewa mengetahuinya. Hanya Dewa Level A yang mengetahuinya. Jadi San San tidak salah dalam hal ini."
"Fira!"
+ TO BE CONTINUE +