"But you have me now gra, you can tell me everythings"
Satu kalimat yang pada akhirnya membuatku tenang selama 23 tahun hidupku di bumi ini dan membuatku tersadar bahwa aku membutuhkan orang lain untuk berada disisiku, melindungiku, dan membuatku menyebutnya rumah. Aku memeluknya erat dan menumpahkan sisa emosi dan tenagaku dalam pelukannya, pelukannya terasa begitu hangat dan secara suka rela merengkuhku saat aku sendiri merasa bahwa aku sudah menjadi monster untuk diriku sendiri dan meneriakinya. Dia membuatku kembali tenang dan membuatku terlelap untuk mengisi energi setelah beberapa hari merasa tidak tenang.
Setelah bangun, hari sudah sore, aku terbangun dengan mata yang berat karena sembab dan sesak di dada, berusaha mencari udara segar dengan keluar kamar dan duduk di teras. Banyak yang membantu pada hari itu, hari dimana orang selama ini membuatku berjuang dengan segala keadaan dan membencinya dengan sepenuh hidupku dan kembali menyapa ketika sudah 3 tahun kami berpisah, hari ayahku meninggal. Aku tahu sebagian orang yang datang kesini dan membantu, semua karena merasa kasian kepada bundaku, lalu sebagian adalah orang-orang yang aku dan kakakku sewa untuk membantu menyiapkan acara selama 7 hari pengajian.
"You need anything else?"
Kalimat yang di ucapkan lembut oleh dia, dan kalimat yang pada akhirnya aku dengar yang ditujukan kepadaku tanpa embel-embel apapun. Dan untuk pertama kalinya aku merasa bahwa dia adalah orangnya, satu picic lego yang hilang dan datang kedalam hidupku, aku tidak mau kehilangannya, aku menginginkannya untuk saat ini dan menjadi partnerku selamanya.
"Enggak, kamu disini sudah lebih dari cukup" ucapku
Dia duduk disampingku dan aku menggenggam tangannya begitu erat, aku menemukan jari-jari yang akhirnya mengisi sela-sela jariku. Dia tersenyum kepadaku lalu mengatakan
"Okey, aku disini sampai semua selesai"
"Terimakasih banyak ya dho" ucapku.
Setelah acara hari terakhir selesai, aku mengajaknya untuk menaiki gunung di kotaku untuk melihat sunrise ke esokan harinya, yang selama aku hidup di kota ini aku hanya dapat mendengar cerita dan melihat foto-foto orang-orang saat berada di puncak gunung tersebut. Aku tau kalau besok adalah hari rapat yang akan dilakukan oleh keluarga ayahku, aku tahu poin-poin yang akan mereka bicarakan besok, aku butuh banyak berpikir dan menyiapkan secara tegas jawabanku untuk besok. Wajahnya terlihat khawatir saat kami menuju puncak malam itu, dia berjalan di belakangku, sesampainya dipuncak aku tidak dapat menutup mata, otakku sedang bekerja keras menyiapkan segalanya dan hatiku sedang menyiapkan mental untuk besok. Dia melihatku yang berada disampingnya, lalu dia menggenggam tanganku dengan wajah khawatirnya, aku hanya dapat tersenyum sebisaku.
Benar dugaanku saat kami kembali pulang ke rumah besar, semua sudah berkumpul diruang tengah, Mas Sana duduk diteras tersenyum khawatir kepadaku dan memelukku saat aku sudah di dekatnya.
"aku bisa" bisikku dengan mantap
Pakde pertama menyambutku dan menyuruhku untuk bergabung di ruang tengah, sudah aku duga apa yang akan dibicarakan, poin-poin itu yang selama ini aku pikirkan, sekarang dibicarakan. Semua berdebat dan menyudutkan bunda, kak Lintang, aku, dan adekku, setelah semua puas berbicara pada akhirnya pihak kami diberi waktu untuk berbicara. Aku mengatakan secara tegas, padat, dan lantang tentang segalanya, semua terlihat kaget dan bingung. Setelah aku selesai dengan apa yang aku ucapkan aku dan keluargaku keluar dari ruangan tersebut dan keluar dari rumah tersebut.
Diteras aku melihat senyum lega dan bangga yang ada diwajah Mas Sana, dan wajah kaget dan khawatir Mas Ridho. Dalam perjalanan setelah meninggalkan rumah besar aku melingkarkan tanganku dari belakang dan memelukya dengan erat
"Terimaksih sudah berada disana dan membuatku kuat" ucapku
Tangannya membalas dengan mengusap lembut tanganku. Hingga malam tiba keluargaku memutuskan makan bersama dan merencanakan berlibur keesokan harinya. Saat perjalanan pulang dia bertanya, yang membuatku berpikir keras untuk menjawabnya, pertanyaan yang seharusnya aku tanyakan pada diriku sendiri setelah semua yang aku lewati, pertanyaan yang seharusnya aku tahu harus menjawab apa.
"Kamu kayak matahari ya gra"
"Maksutnya?"
"Kayak matahari, segelap apapun, semendung apapun keadaan, tetap mencoba memberikan cahayanya"
"Mungkin tugasku di dunia memang harus begitu, pikiran dan tubuhku sudah refleks mungkin melakukannya"
"Kalau hau bagaimana?"
"Kurang tau" jawabku
Aku hanya dapat menjawabnya begitu dan terdiam, aku memeluknya erat dan tangannya kembali menenangkanku.
"Kalau butuh aku bilang ya jangan sungkan, kalau mau istirahat ya istirahat. Kamu manusia juga gra, tidak semua harus cepat dan sempurna, matahari saja juga ada waktu istirahat, semua ada proses dan jika sudah waktunya untuk kamu, maka akan diberikan" kata dia
Aku tidak menjawab, aku hanya diam dan meng ngeratkan pelukanku kepada dia, lalu aku mencium pundaknya.
"Terimakasih sudah mau menjadi rumah buat Anggra dan mengajak aku belajar, mas" ucapku malam itu.
2 tahun sebelumnya, 2020
Perempuan itu bernama Anggra Ningdanae, 22 tahun, berpawakan sedang, tinggi 156cm, berambut panjang namun sering di ikat dengan gaya simpel namun terlihat tegas terkadang dia ikat cepol diatas saat merasa gerah dan setres. Dia sering memperkenalkan diri sebagai
"Nama saya Anggra Ningdanae, panggil saja Anggra"
Setiap bertemu orang baru dia akan memperkenalkan diri seperti itu dengan gaya bicaranya yang tegas dan tatapan yang dibuat ramah. Ketika ditanya apa arti namanya ia hanya akan menjawab, bahwa Anggra nama yang diberikan ayahnya dengan ambisius, Ning adalah nama setiap anak perempuan di keluarga bundanya, danae nama yunani. Dia meruapakan anak kedua dari tiga bersaudara, kakaknya perempuan bernama Lintang Ningaliza, yang sudah berumah tangga memiliki dua anak dan adiknya laki-laki bernama Winah Asher kelas 1 SMK, ketiga bersaudara yang memiliki jarak umur yang jauh-jauh. Mereka tumbuh dengan segala kondisi yang sebelumnya tidak terbayangkan akan mereka lalui, terutama pada Anggra dan adiknya. Mereka beruda tumbuh ketika semua tidak baik-baik saja, kedua orangtua mereka mulai bergoncang. Dan dua kejadian yang membuat Anggra menutup diri dari masalah laki-laki, yang pertama saat ia masih SMP kelas 3 melihat ayahnya hampir memukul bunda dengan botol kecap kaca dan ia berusaha untuk melindungi adiknya yang saat itu masih SD untuk tetap berada di kamarnya dengan mengganjal pintu dan meneriaki "KAMU TETAP DIKAMAR, ENGGAK USAH KELUAR!", dan melindungi bundanya dengan memasang badan di depan ayahnya yang sudah mengangkat botol kecap, lalu ketika mendengar teriakan Anggra "AYO CEPAT PUKUL, KALAU BERANI!" kak Lintang merasa sudah muak dan keluar kamar memasang badan di sebelah Anggra yang sedang memeluk bunda. Kejadian kedua, Anggra berkelahi fisik dengan ayahnya perkara montor yang akan ia gunakan untuk menjemput kak Lintang yang saat itu sudah selesai jam kerja, ayahnya bersikeras meminjam montor dan tidak mau menggunakan vespanya sendiri untuk membeli burung, nyeri di punggung ketika teringat hal itu masih sering dirasakan Anggra.
Setelah muak mengalami dan melihat hal-hal tersebut selama beberapa tahun, ia berani bertindak tegas kepada bunda dengan mengatakan
"Sekarang bunda yang harus mikir dan tegas! Bunda mau gini terus? Aku, kak Lintang, sudah cukup jadi korban, aku enggak mau adik kayak aku bun! Pokoknya saat 3 bulan lagi aku berangkat mulai masa kuliah, aku enggak mau denger berita dari rumah yang kayak gini lagi! Kak Lintang sudah berkeluarga, aku bisa kuliah sambil kerja, buat ngebantu setidaknya jajannya adik!"
Bundanya merasa kaget mendengar emosi Anggra, dan pada akhirnya seminggu setelah Anggra berkata begitu, mereka memutuskan pindah dan menumpang sementara dirumah kakaknya bunda. Mulai saat itu mereka memutus kontak dengan ayah. Saat mengisi waktu menunggu masa kuliah, Aggra mulai bekerja disalah satu perusahaan provider, itu adalah pengalaman kerja pertama Anggra.
Setelah Bunda, Kak Lintang, Anggra, dan adiknya memilih untuk keluar dari rumah Besar tersebut, Anggra merasa lega, ada rasa beban terangkat sedikit dari pundaknya. Ia berangkat ke kota tempat ia kuliah dengan perasaan lega dan bebas, ya bebas, bebas dari mendengar teriakan-teriakan ibunya, bebas dari steriotipe orang-orang sekitar yang selalu mengagungkan kakaknya, dan bebas dari melindungi adiknya. Ia merasa menemukan kebebasan yang selama ini di mimpikan. Anggra diterima lewat jalur undangan di suatu fakultas humaniora yang tidak ada matematika dan yang dibutuhkan daya ingat pasal-pasal warisan Belanda. Yaa menurutnya itu suatu kebanggan tersendiri bagi dirinya yang dapat ia buktikan pada orang-orang bahwa ia tidak sebodoh yang mereka pikirkan, bahwa ia bisa sedikit seperti kakaknya. Namun pada saat pengumuman resmi diterima ia merasa sedikit kecewa karena mendapat respon tidak menyenangkan dari bunda "Jangan senang dulu, ayahmu itu mau tidak membiayainya?", tidak ada kata selamat atau pelukan hangat yang selama ini Anggra bayangkan ketika ia mencapai titik tersebut. Namun Anggra tetap memasang senyum dengan pemikiran positifnya yang dipaksakan 'setidaknya aku mendapat sedikit murah pembayaran uang semester' katanya dalam hati.
Memasuki masa kuliah pertama yang ternyata tidak lebih baik dari masa-masa sekolahnya dulu, dia mencari teman dengan cara yang salah, hingga pada akhirnya dia menjadi memiliki permasalahan pertama dalam hidup kuliahnya, bertengkar dengan teman sekamar yang membuatnya harus menanggung beban yang ternyata lebih dari itu.
Hingga dia menemukan UKM yang membuatnya berpikir lebih luas dan membuka hal-hal baru dalam dirinya, ini juga berkat teman sekamarnya dulu. Masuk dalam UKM tersebut dia seperti merasakan hal-hal baru, rasa-rasa baru, menemukan dirinya yang lain yang selama ini bersembunyi. Mulai dari UKM tersebut dia mulai mengerti karakternya, mulai mengerti dirinya seperti apa dan mengapa melakukan hal-hal di masa lalu. UKM Yout Mas Amarship (YL), membuat Anggra menemukan siapa dirinya yang baru dan mulai memaafkan hal-hal di masa lalunya, ia mulai paham dan mengerti yang terjadinya padanya adalah Broken Home yang sering ia lihat di tayangan TV dan tidak menyangka itu terjadi padanya. Prosentase kepribadian introvertnya tinggi, malu dan takut bertemu orang, tertutup, dan memulai pertemanan dengan cara yang buruk.
Dalam YL ia secara tidak langsung di latih untuk percaya diri, menjadi pemimpin yang berani, dan diberi kepercayaan. Dalam YL terdapat berbagai event nasional yang dilaksanakan setiap tahun, untuk pertama kalinya ia ikut serta dalam panitia sebuah acara nasional yang anggota nya tidak lebih dari 15 orang. Ia gugup,takut, dan merasa tidak percaya diri, tapi ketua nya memberikan kepercayaan yang besar dan berbicara dengan tegas padanya
"Aku yakin dan percaya kamu bisa"
Dengan kalimat tersebut Anggra memberanikan dirinya, menyelesaikan semua Job Desk yang diberikan, mengikuti semua pertemuan untuk melaporkan perkembangan acara yang akan digelar, membantu lain yang membutuhkan bantuannya. Mulai belajar membuka diri untuk berteman dan mengetahui tipe yang seperti apa dirinya dan akan cocok berteman dengan siapa. Anggra tidak lagi menggunakan cara-cara buruk dalam mencari teman, ia mulai mengetahui teman yang bagaimana yang akan bertema dengannya, teman seperti apa yang akan berada disisinya.
Hingga pada satu situasi yang membuatnya sedikit mengambil jarak dengan salah satu temannya dalam acara tersebut, Rizzy dan Asta. Anggra dan Rizzy di rumorkan memilki hubungan, karena dimata acara tersebut mereka terlihat dekat dan sering telepon entah pagi,siang, atau malam, mereka berpikir seperti itu karena mereka berada di divisi berbeda tapi terlihat terlalu dekat. Padahal pada kenyataannya Anggra hanya berusaha bersikap baik dan mencoba membuat nyaman lWira bicaranya. Ketika dengan Asta, Anggra merasa nyaman dan merasa belajar bersama dengannya, Asta selalu mengingatkan dan mengajaknya beribadah bersama di setiap sela-sela hari-hari kesibukan persiapan menuju acara yang tidak pernah Anggra temukan ketika berteman dengan laki-laki.
Ketika mendengar rumor tersebut, Anggra mulai sedikit membatasi berhubungan dengan Rizzy, dan lebih memilih semakin bercanda dan berbincang dengan Asta. Hingga pada suatu hari setelah beberapa bulan acara tersebut sudah selesai, mereka tetap berteman, dan Rizzy mengajaknya untuk keluar berdua, Anggra meng iyakan. Anggra mulai merasakan sinyal-sinyal aneh pada Rizzy, saat menjemputnya di kos, Rizzy mengganti montornya dengan meminjam montor temannya. Dari hal tersebut Anggra langsung mengerti maksut Rizzy akan ke arah mana, karena ini bukan pertama kalinya Anggra dekat dengan laki-laki. Laki-laki pertama yang bersamanya juga melakukan hal tersebut, dia datang dan mejalin hubungan dengan Anggra yang masih emosi labil dan dalam keadaan keluarga yang buruk. Anggra mulai takut dengan Rizzy, akan membatalkan rencana tersebut dengan berbagai alasan yang ada dalam kepalanya, namun ia mereasa kasian kepada Rizzy. Hingga pada akhirnya mereka pergi menonton, dan terjadi hal-hal lain ketika laki-laki sedang mendekati seseorang, Anggra semakin takut dan merasa tidak nyaman. Dan pada akhirnya Anggra memutuskan untuk mengobrol dan berkata secara tersirat bahwa mereka berteman saja. Setelah kejadian tersebut Rizzy menghilang lumayan lama, lalu muncul dengan pacarnya. Mereka bertemu di suatu kedai makan pinggir jalan dibawah jembatan, Anggra bersama temannya Arin, Anggra melihat Rizzy dan menyapanya dengan mengagukkan kepala, namun Rizzy mengacuhkannya.
Mereka tidak berkomunikasi selama hampir setahun setelah kejadian itu. Anggra kembali ke kehidupan kuliahya yang mulai begitu banyak tugas dan praktek dan tidak memikirkan hal itu kembali. Ia dipercaya kembali untuk menjadi panitia acara nasional YL, kali ini ia dipilih menjadi ketua divisi acara. Anggra kembali bingung dan ketakutan akan bagaimana acara tersebut, karena acara tersebut merupakan acara nasional pertama yang diberikan di regionalnya, terlalu banyak ekspektasi yang terngiang, terlalu cepat baginya untuk menerima kepercayaan besar seperti ini. Hingga acara dimulai banyak sekali kejadian-kejadian yang tidak terduga yang membuatnya takut, marah dan menangis di ruang panitia. Namun ketika evaluasi semua mengapresiasi kerja kerasnya demi kelancaran acara tersebut.
Dari kegiatan-kegiatan di YL yang sering Anggra bagikan di Instagram, ketika liburan semester ia dihubungi oleh salah satu Event Organizer (EO) dan Wedding Organizer (WO) di kotanya. Mereka sedang membutuhkan orang untuk membantu sebuah acara, Anggra meng iyakan. Hari ke 3 menju acara ia membantu pendaftaran, bersama Mas Amar EO, Mas Amar. Anggra kagum melihat Mas Amar, saat dia selesai menjalankan ibadah dan masih tersisa air bekas wudhunya, entah kagum karena apa, mungkin kagum karena dia tetap menjalankan ibadah meskipun dalam hari-hari yang padat.
Hingga beberapa acara berikutnya di EO tersebut Anggra selalu dipanggil, dan pada akhirnya dijadikan inti mereka, dan hatinya merasa senang dan berkata kagum dengan Mas Amar, hanya rasa kagum. Sampai pada suatu hari ada dua acara bersamaan yang membuat EO dipecah, dan acara lokasi A yang mengharuskan mereka berdua dalam satu yang berisi 4 orang, dan Anggra diberi kepercayaan untuk menjadi koordinator tersebut. Semua berjalan lancar, sampai ada satu permsalahan yang membuatnya sedikit berdebat dengan Mas Amar, dan pada akhinya Mas Amar pasrah dan berkata
"Hufff, aku angkat tangan ya gra, aku serahin ke kamu, aku ke lokasi satunya" dengan menepuk pundak Anggra
Anggra terlihat sedikit kesal dengan Mas Amar, ia merasa di tinggal dengan masalah yang harus diselesaikan sendiri dan Mas Amar pergi tanpa adanya solusi. Hingga hampir satu jam Anggra memikirkan bagaimana masalah ini segera mendapatkan solusi, ia memberanikan diri untuk memulai bicara kepada pihak klien dan mengemukakan idenya, dan bersyukur kliennya menerima usul tersebut dan menyerahkan semua solusi kepada Anggra. Selanjutnya setelah masalah selesai, ia bermaksud untuk istirahat sejenak di kamar hotel bersama temannya, hingga ia menyadri perutnya terasa sakit karena belum terisi makanan sama sekali, hanya penuh dengan air minum sejak tadi pagi. Ia lalu mengabari berita solusi tersebut kepada Mas Amar dan meminta jatah makannya.
Saat Mas Amar datang dan membawa makanan, ia langsung mengambil posisi yang nyaman untuk makan bersama satu anggotanya. Lalu Mas Amar mengambil tempat untuk makan di sisi kiri Anggra, Anggra merasa tidak ada tempat untuk bergerak dan merasa terkunci di tempat,karena posisinya sebelah kanan Anggra adalah meja dan tembok, belakangnya tempat tidur, depannya anggota nya. Ia pasrah dan memakan jatah makannya, hingga pada saat Mas Amar secara tiba-tiba membuka obrolan
"Aku sakit hati gra, sama cewek"
"Ha?" jawab Anggra singkat karena secara Mas Amar membuka obrolan
"Iya, aku sakit hati gra, cewek itu sama saja"
"Ha? Maksutnya?" jawab Anggra dengan wajah heran
Lalu Mas Amar menceritakan kisah asmaranya dan bagaimana kisah itu berahkir sedikit menyedihkan
"Jadi gitu gra, pokoknya aku sakit hati sama cewek" mengahiri ceritanya
"Ya enggak semua cewek bisa dipukul rata kayak mantan mas lah, yakali" jawab Anggra membela kaumnya
"Semua gitu gra, bikin sakit hati"
"Ya enggak bisa gitu mas, coba kalo aku bilang semua cowok kayak mantanku, semua cowok sama aja, mas sebel enggak?" jawab Anggra
"Ya… agak sih"
"Ya gitu mas, sama aja, enggak semua bisa di pukul rata, bisa jadi salahnya bukan di mbaknya saja, di mas juga salah, mungkin kurang ada komunikasi dan kejelasan. Cewek cuman butuh kejelasan dan kepastian mas, eh mas tukar lauk dong aku enggak bisa makan ayam, itu tempe tahumu aku tuker ya boleh?"
"Kan aku sudah ngasih gra, dengan usahaku, tapi nyatanya apa coba? Aku tetep di tinggal nikah juga, iya wes ambil aja sekalian nih sayur-sayurnya, eh ini tempenya habis aku makan"
"Mas sudah benar usaha buat cepat lulus, tapi enggak di utarakan, enggak dikomunikasikan, enggak ngasih kepastian yang di omongin, mungkin sih, enggak gitu konsepnya haaduhh, barter lauk doang ini konsepnya bukan aku ngerampok laukmu, enggak apa-apa potek aja yang bekas kamu gigit" jawab Anggra
Satu anggota yang duduk bersama dengan mereka berasa menjadi penonton atas perdebatan Anggra dan Mas Amar, sama sekali diacuhkan dan hanya tertawa melihat mereka berdebat.
Ting..ting.. ting..
Gawai Anggra berdering, terdapat panggilan dari MUA pengantin yang mengkonfirmasi yang akan segera merias untuk acara selanjutnya. Ia segera menyelesaikan makannya, namun perdebatannya tidak selesai
"Yaudah gitu pokoknya mas, enggak semua cewek bisa di pukul rata kayak mantan mas, dan inget cewek cuman butuh kepastian dan kejelasan"
"Haduhh graa, pokoknya cewek sama aja"
"Yaudah berarti cowok sama aja, cepet cari cewek lagi deh mas, dari pada setres terus ngilang lagi kayak ceritamu tadi, biar enggak galau dan setres lagi, oke bos?" jawab Anggra yang mempersiapkan diri untuk bertemu fotografer dan MUA untuk acara selanjutnya
"Ya enggak gitu gra, ada kok gra cewek yang aku suka tapi aku masih diam sih" jawab Leadenya dengan rebahan di tempat tidur
"Nah gitu mas, cepet deh di sampaikan, dari pada nanti ditinggal lagi, eh kamunya setres lagi, terus ngilang, yaapa coba enggak ada yang ngajak kerja keluar kota lagi aku hahahahahaha" jawab Anggra seranya bercanda dengan menatap ke Mas Amar.
Tanpa sengaja mata mereka bertemu, dan Anggra segera mengalihkan matanya dengan menyematkan tanda pengenal WO nya dan membenarkan riasannya.
"Sudah, aku mau ketemu fotografer sama MUA dulu, nanti kalo dicariin sama mbak Wira bilang aja gitu, aku disekitaran kamar pengantin, ya mas. Oiya, cepet deh di sampaikan perasaannya ke cewek itu, dari pada ditinggal terus galau enggak jelas hahahahha" jelas Anggra seranya memakai sepatu
"Hahahaha gra Anggra, lagian semua cewek isinya sama aja, dia hilang aku cari lagi" jawab Mas Amar
"Dasar Mas Amar gila" Anggra langsung kabur meninggalkan kamar hotel mereka dan menyelesaikan perdebatan mereka.
Saat berjalan menuju fotografer, pikiran Anggra ramai, untuk pertama kalinya ia bisa berbincang begitu lama dengan Mas Amar di luar masalah pekerjaan, untuk pertama kalinya ia berbicara lama dengan orang lain laki-laki diluar lingkaran petemananya dan keluarganya, dan untuk pertama kalinya jantungnya berdebar setelah beberapa tahun dianggap mati atau dikutuk sendiri menjadi batu oleh Anggra. Rasa kagumnya berubah menjadi rasa yang selama ini dihindari, dikutuk, dan dihilangkan dalam kamus hidup Anggra diakibatkan trauma yang ia pendam selama bertahun-tahun akibat kedua orang tuanya, yaitu rasa percaya dan suka dengan laki-laki. Sejak saat itu Anggra menyadari benteng dan kastil dengan kunci yang berkarat, telah berhasil dibuka oleh Mas Amar.
Namun mulai saat itu juga, ia menyimpannya rapat-rapat dan hanya mengagumi dan menyukai dalam diam, sudah hampir dua tahun Anggra menyimpan rasa itu, dan ketika bertemu Mas Amar, ia tidak lagi berdebar, namun ia merasakan kehangatan, ketenangan, sedikit rasa takut, dan rasa nyaman. Rasa itu muncul hanya ketika Anggra bertemu dan mengerti bisa melihat Mas Amar berada di sekitarnya, setiap ada kesempatan atau teringat, Anggra selalu mengirimkan doa yang di khususkan untuknya. Ya memendam rasa, Anggra pilih karena rasa takut akan perubahan terlalu besar, pikiran-pikiran aneh selalu muncul ketika ia berpikir jika Mas Amar mengetahui hal tersebut.
Rasa itu tidak serta merta diterima oleh hati dan tubuh Anggra, ada memori yang sulit dihilangkan dan membuat punggungnya sakit ketika teringa suatu kejadian tersebut, kejadian yang membuat Anggra semakin berpikir ulang ketika merasakan kehangaan dan kenyamanan yang diberikan oleh Mas Amar secara tidak langsung. Anggra yakin bahwa setiap inci tubuhnya mengingat akan setiap kejadian yang terjadi padanya.
Sudah hampir tiga bulan Anggra semakin sering pulang dikarenakan adanya event dalam EO nya. Pada awalanya Anggra hanya pulang enam bulan sekali di akhir semester, namun dikarenakan adanya rasa kepercayaan dari timnya, Anggra semakin sering dimintai pertolongan untuk ikut mengurus event yang ada. Hingga pada akhirnya Anggra dimasukan dalam tim inti EO tersebut.
Juni 2020
Memasuki tahun akhir kuliah, Anggra mengisi waktunya dengan melakukan berbagai hal untuk mengisi waktu luang menggu proses skripsinya. Suatu hari ia mendapat telepon dari Mas Amar untuk bergabung dalam tim yang akan mengurus acara pernikahan di Yogyakarta, tanpa berpikir panjang ia langsung menyanggupi. Pada sore harinya Anggra mendapat kabar bahwa ia akan berangkat besok ke Yogya bersama Mas Amar,mbak Wira sebagai ketua tim Agenda suah disana dikarenakan ada acara kantornya, mereka akan bertemu disana.
"Kamu bisa berangkat jam berapa gra?" tanya Mas Amar
"Kalau berangkat sore gimana mas? Paginya masih mau ngantar bunda chek up"
"Oke, sore jam 3 kita berangkat ya gra, aku jemput aja kerumah"
"Berapa hari mas kita disana?"
"Cuman sehari, kita sampai palingan langsung numpang hotelnya Wira buat bebersih, erus langsung ketemu klien, malamnya bisa langsung balik kita"
"Oke mas"
"Kabarin aja ya gra besok kalau sudah siap"
"Iya mas"
Setelah beberapa menit sambungan telepon ditutup, Anggra baru menyadari bahwa mereka akan berangkat hanya berdua.
'Sebentar? Berangkat berdua? Besok sore? Kamu yakin gra?' tanya Anggra dalam hati.
Diruang tamu Anggra terlihat termenung lama memikirkan hal tersebut.
"Anggra kamu kenapa nak?" tanya bunda saat keluar dari kamar melihat Anggra termenung
"Ha? Apa bun?" Anggra tersadar dari lamunannya.
"Kamu kenapa kok diam habis menerima telepon? Telepon dari siapa?" tanya bunda
"Emm anu bun, besok sore Anggra beragkat ke Yogya sama Mas Amar buat ketemu klien nikahan"
"Kok mendadak banget? Pagi kamu jadi nemenin bunda kan?"
"Iya bund, biasa Mas Amar kan gitu sukanya, iya besok jadi nganterin bunda, kan akau berangkatnya sore"
Masih dihari yang sama, pukl 15:00
"Sudah siap semuanya gra?" tanya bunda
"Belum bund, ini masih baca rundownnya buat besok ngobrol sama klien"
"Ayo sini bunda bantu"
Mereka berdua menyiapkan barang-barang yang akan dibawa Anggra besok, saat bunda akan mengeluarkan koper, Aggra memberi tahu bahwa hanya akan sehari disana, jadi cukup dengan membawa ransel saja.
"Sama siapa aja gra besok berangkat?"
"Berdua saja sama Mas Amar, Mbak Wira sudah disana karena ada acara kantornya"
Bunda menghentikan kegiatannya, lalu menatap Anggra yang sedang menyiapkan perlengkapan bersih diri.
"Anggra…" panggil bunda lembut seranya memegang tangan Anggra
"Iya bund, ada apa?"
"Anggra yakin? Anggra siap? Kalau takut mendingan bilang ke Mas Amar buat mengajak satu anggota lagi" jawab bunda khawatir akan keadaan hati Anggra. Bunda mengerti bahwa putrinya telah menutup rapat-rapat jatinya, dan mengutuk segala perasaan kepada laki-laki akibat trauma yang dideritanya. Bunda juga tahu bahwa Anggra masih sering merasa sakit punggung secara tiba-tiba jika sekelebat teringat kejadian masa itu. Namun beberapa tahun terakhir saat Anggra mulai bekerja di EO yang menyebabkan putrinya sering pulang dari kota tempat ia berkuliah, bunda menyadari bahwa Anggra sudah mulai berdamai dengan masalahnya dan mulai ada yang membuka hati putrinya.
"Anggra enggak apa-apa bund" jawabnya dengan senyum
"Kamu yakin gra? Kalau merasa tidak nyaman langsung telepon bunda ya"
"Iya bun, Anggra akan selalu kabarin bunda"
Bunda melihat anak perempuan terakhirnya sudah tumbuh dewasa, jawaban doanya saat mangandung Anggra mulai terjawab.
'Semoga kamu menjadi anak yang kuat lahir batin, dapat membaca keadaan, dan menjadi tangguh menghadapi segala situasi yag ada'
Bunda merasa senang dan takut secara berlebihan. Saat tahun ketiga kuliah, Anggra tiba-tiba menghubungi dan menangis.
** tahun ke 3 kuliah**
Pukul 23:45
" Bund, aku kemarin lihat temanku kecelakaan. Di dua hari sebelumnya saat akan mengobrol dengannya aku melihat kejadian tersebut. Bukan itu saja, kemarin di kosanku ada kejadian kemalingan, beberapa hari sebelumnya aku seperti dapat melihat kejadian tersebut. Kejadian de javu ini sudah berulang kali bund, Anggra takut."
Saat itu juga nunda menyadari Anggra seperti kakaknya, namun berbeda keadaan. Bunda tidak mengerti bila hal-hal tersebut dapat menurun ke kedua putrinya secara berbeda, beliau hanya mengerti bila hal-hal seperti itu hanya akan menurun pada satu keturunan, namun tidak dengannya.
"Tenag dulu gra, tenangin diri dulu ya gra., kalau mengalami hal itu lagi di sekitarmu, kamu cukup mengatakan 'hati-hati ya' kepada temanmu, langsung istigfar ya nak, jangan membicarakan hal ini pada siapapun kecuali pada orang-orang yang tepat. Pesan bunda 'ojo ndisiki kersane gusti Allah'[1]. Setiap hal itu terjadi lagi kamu cukup istigfar dan berdoa sejenak, oke nak?"
"Iya bund"
Bunda mengerti, Anggra berusaha untuk menutup hal tersebut, karena ketakutannya melihat de javu orang-orang terdekatnya. Namun semakin ia berusah , semakin sering pula putrinya melihat hal tersebut. Hingga awal tahun ke empat masa kuliahnya, Anggra mengatakan pada bunda bahwa hal tersebut menghilang secara perlahan. Hanya dua kemungkinan hal tersebut bisa menghilang atau tertutup sementara. Yang pertama saat orang ini merasakan menyukai seseorang, dan yang kedua orang ini melakukan kegiatan lain untuk menutupnya. Dan Anggra berkata jujur pada bunda, bahwa ia dalam keadaan yang pertama, saat ditanya siapa orangnya, Anggra juga menjawab dengan jujur. Bunda senang sekali khawatir akan keadaan tersebut. Senang karena Anggra mulai merasa nyaman dan menghidupkan hatinya, dan khawatir jika hal tersebut muncul lagi saat Anggra bersama orang yang menghidupkan hatinya dan membuat Anggra takut. Bunda haya dapat tersenyum dan memeluk Anggra, dan merahasiakan ke khawatirannya.
Juni 2020
Keesokan paginya, Anggra dan bunda sudah siap untuk berangkat chek up, namun tiba-tiba terdengar suara tangisan keponakannya Zumi.
"Te, mau kemana, itu tasnya tante kok penuh? Tante mau pergi?" tanya Zumi disela tangisannya dan memeluk kaki Anggra
"Iya Tante mau pergi tapi anti sore berangkatnya, enggak sekarang" awab Anggra
"Mau pergi kemana? Kata ibun, tante mau pergi jauh, Zumi ikut ya te?" cerocos Zumi
"Mau ke Yogya, Tante kerja disana mi, enggak main, Zumi dirumah saja ya, nanti tante belikan oleh-oleh" bujuk Anggra
"Oke Tante , tapi anti kalau mau berangkat Zumi mau ngantar tante"
"Iyaaaaaaa, sudah sana masuk, tante mau nemenin bundati dulu"
"Oke te" jawab Zumi seranya lari masuk rumah
"Dasar ponakannya Anggra" gumam bunda
Pukul 15:00
"Kamu yakin?" tanya bunda saat melihat Anggra bersiap-siap akan berangkat.
"Yakin bund… Anggra enggak apa-apa, bisa jaga diri bismillah" jawab Anggra
"Sudah menghubungi Mas Amar?"
"Sudah, dia perjalanan kesini"
Beberapa menit kemudian, Mas Amar datang turun dari mobil
"Asslamualaikum, Anggra.. Anggra"
"Waalaikumsallam, bentar mas pake sepatu"
"Oke santai gra"
"Bund, masnya sudah datang, Anggra berangkat dulu ya" pamit Anggra dari teras
Bunda sebenarnya masih khawatir dengan Anggra, beliau berusaha berseikap bisa saja dan keluar menju teras.
"Iya, gra hati-hati ya, mas titip Anggra ya.." jawab bunda tersenyum
"Iya tante.. kami pamit dulu ya.. gra cuman bawa ini?" kata Mas Amar
"Iya mas, yuk, bund Assalamualikum" Anggra berpamitan dan mencium tangan bunda.
"Waalaikum salam " jawab bunda
Pukul 19:30
Sudah 5 ajam dalam perjalanan, Anggra tertidur. Mereka benar-benar terdiam selama perjalanan dan hanya mengobrol pendek atau meminta mengganti lagu yang terkoneksi digawai Anggra. Mas Amar membiarkannya tertidur, ia tersenyum melihat.
'Kok ada cewek kayak kamu gra' batin Mas Amar
"Ha? Apa mas?" Anggra tiba-tiba terbangun
Mas Amar kaget saat tiba-tiba Anggra seperti menjawab pertanyaannya.
"Enggak ada apa-apa gra, eh kamu mau makan apa?" tanya Mas Amar
"Jam berapa sekarag?"
"Jam setengah delapan lebih sedikit"
"Mkan seadanya saja, se ketemunya aja, enggak apa-apa, sekalian mas istirahat" jawab Anggra
"Ayam? Masih alergi ayam?"
"Sudah enggak sih, tapi kalau gatel tinggal minum obat alergi"
"Oke lalapan ayam ya, depan kelihatannya ada"
"Mas, sorry tadi aku tidur enggak menemani nyetir"
"Enggak apa-apa gra, habis begadang?"
"Iya,biasa semester akhir biar cepet selesai"
"Semangat ya"
Tanpa Mas Amarnya sadari, detak jantung Anggra bergerak lebih cepat dan Anggra berusaha menenangkannya dengan memilih lagu di dalam gawainya. Setelah sampai di tempat makan, terlihat suasana canggung.
"Gra, suka nggak kerja kayak gini?"tanya Mas Amar berusaha memecah canggung
"Suka, suka banget malah, bisa jalan-jalan hemat ongkos hahahaha"
"Kamu sebenernya cita-citanya apaan?"
"Kalo sekarang sih masih bingung, cuman mau ngejalani aja yang ada di depan mata mas, dulu sih pengen jadia astronot gara-gara nilai IPA waktu SD bagus sampai awal kelas 2SMP nilai fisika bagus. Tapi makin kebelakang malah nilai sejarah yang bagus, jadi ikut club OSN sejarah, terus ada alm. kakak sepupuku dari bunda yang jadi Arkeolog, bisa jalan-jalan gitu meneliti situs kemana-mana, jadinya sampai SMA kelas 3 semester awal pengen jadi Arkeolog kuliah di UGM. Tapi sama bunda enggak boleh, ya...akhirnya masuk yang sekarang"jawab Anggra Par Pa jajak perkataan Anggra
'ternyata kamu bisa ya ngomong lama' batinnya
"Kenapa mas? Kebanyakan ngomong ya aku?"
"Engshgak, ggra" jawab Mas Amar
"Itu di telan dulu baru ngomong!
"Enggak gra, cuman kaget aja ternyata kamu bisa cerita, biasanya diam banget, diam merhatiin orang cerita, kalo enggak gitu joget-joget sendiri earphone selalu ada di telinga, asik sendiri, kayak punya dunia sendiri"
"Hahahahahaha kan emang gitu kalo ada orang ngomong di dengerin, ngelatih buat lebih banyak mendengar aja dari pada banyak omong, percaya atau enggak banyak yang buka les atau seminar public speaking tapi enggak ada yang buka seminar/les listening, kadang orang lebih banyak dituntut untuk banyak ngomong tapi enggak mendengarkan, kalo bisa sih seimbang hehehehe"
"Kamu itu ya gra, bisa sebenernya ngomong lama, ngobrol gitu, cuman harus ada yang mancing dan di moodmu yang bagus dan suasana yang oke" kata Mas Amar
"Sebenernya aku itu introvert, takut ngomong, takut ngobrol, takut enggak seru, takut enggak di dengarkan" jawab Anggra
Saat mengucapkan kalimat terakhir, raut wajah Anggra berubah sayu, dan pada saat itu juga Anggra berusaha untuk mengubahnya. Mas Amar menangkap sesuatu dalam diri Anggra sebenarnya, ia langsung mengalihkan pembicaraan.
"Jadi sekarang cita-citamu apa gra setelah masuk jurusanmu"
"Hmmm lagi mikir sih, yang bisa kerja sekalian jalan-jalan investigasi,mungkin masuk tim investigator atau forensik, harus S2 dulu sih, ya...kalo ada rejeki mau nyoba lanjut hehehehe" jawab Anggra
"Bukannya kamu sekarang juga lagi kerja gra? Di startup digital gitu, Kamu pernah share di medsos mu"
"Iya, bantu temen mas daripada nganggur juga hahahaha mayan gajinya buat jajan"
"Lakukan apapun yang kamu suka ya gra, lakuin pakai hati, nanti sampainya juga ke hati"
"Iya mas" jawab Anggra seranya menutupi rasa hangat di hatinya.
Dalam perjalanan mereka mulai berbincang secara acak
"Kamu sudah punya pacar gra?"
"Enggak mas"
"Masih nyari?"
"Enggak juga"
"Terus? Masih takut buat mulai?"
"Enggak juga sih"
"Terus kenapa gra?"
Anggra terdiam, musik dalam mobil mengalunkan lagu Reply dari Michael Foster
"Lagi suka sama orang sih, tapi takut buat mulai ngomong, aku takut juga sama diriku sendiri" jawab Anggra
"Kenapa takut gra? Katamu 'kalo suka sama orang itu diomongin mas, kalo enggak kamu galau lagi' gitu kan gra?"
Anggra terdiam
"Iya juga sih, tapi itukan buat mas, kamu cowok mas ya cocok lah buat kamu"
"Bukannya sekarang emansipasi ya gra? Hahahhaha"
"Yakali masalah ini emansipasi juga hahahahhaha"
"Lagian kamu takut kenapa sama diri kamu sendiri?"
"Takut aku yang nyakitin orang lagi, takut Anggra yang dulu masih ada"
"Setiap orang punya masa lalu gra, masalah diterima atau enggak dipikir nanti aja gra, lagian aku yakin dia sama kamu sudah sama-sama dewasa"
"Iya tau mas, tapi..."
"Tapi apa gra? Tinggal ngomong kan sama dia kalau kamu suka, kamu mau dia sama kamu kan?"
"Hmm gini, Anggra pengen sih ngomong sama dia, tapi aku enggak berharap dia juga akan ngebalas rasanya Anggra. Aku cuma mau ngomong aja terimakasih sudah buat hati Anggra hidup lagi, hangat lagi, karena selama ini aku kira sudah bener-bener jadi batu. "
Mas Amar terdiam.
If I told you that I love you
Don't be shy its just my mind
That alright you don't have to reply
"Ini lagu kayak kamu ya.."
"Mungkin gitu mas"
Dalam hati Anggra sedikit lebih tenang dapat mengutarakan secara tersirat.
'Sampai kapan aku akan menyimpan rasa ini untuk diriku sendiri. Karena aku tahu, aku hanya dapat bersyukur merasakan hal ini, hal yang selama ini aku kutuk untuk diam dan menghilang, tapi kamu neyalakan kembali meskipun dengan api kecil namun membuatku hangat. Terimakasih.' Ucap Anggra dalam diam
"Kalau mas apakabar sama cewek yang kemarin mas ceritain? Sudah ngomong ke dia?" Anggrae berbalik bertanya
"Belm gra, aku juga nunggu hehehehehe" Jawab Mas Amar
"Kalau seandainya ih ya ma, kamu nunggu terus terus dia juga nunggu, gimana?"
"Yaa…. Nunggu siapa yang berani ngomong duluan gra"
"Kenapa begitu?"
"Entah gra, mungkin suatu saat aku juga akan bertanya kepadanya"
"Semangat ya mas, aku yakin dia juga suka sama kamu hahahahaha"
"Kamu juga ya gra, semoga dia juga tahu rasamu"
Dua orang saling mendoakan dalam satu keadaan, tidak tahu satu sama lain perasaan masing-masing dan memilih menyimpan dengan rapi di salah satu tempat dihati mereka. Lagu mengalun memenuhi mobil, Photograph milik Ed Sheeran. Dalam dua bait terakhir mereka tanpa komando menyanyikan bersama, terlihat dari suara mereka, keduanya menyanyikan lirik tersebut dari hati.
And if you hurt me
Well, that's okay, baby, only words bleed
Inside these pages, you just hold me
And I won't ever let you go
Bebebrapa saat setelah memasuki kota Yogyakarta, mereka berhenti di rest area. Mas Amar beristirahat sejenak dan merokok. Anggra izin untuk ke kamar kecil.
Saat berada di kamar kecil, tiba-tiba punggunng Anggra terasa nyeri dan sakit sekali, bayangan-bayangan akan masa itu tiba-tiba masuk dalam pikiran aktifnya. Anggra hanya bisa terdiam di biliknya dan menahan rasa sakit nyeri di seluruh tulang belakangnya. Ia mulai menangis saat menahannya dan tidak bisa menngerakan badannya hanya dapat terduduk di kloset, ketika rasa nyeri mulai hilang perlahan, Anggra mencari koyo yang selalu ia siapkan di tas kecil kotak make up dan obatnya. Tanpa disadari sudah lebih dari lima belas menit ia berada di bilik tersebut. Mas Amar mencari tanpa tahu apa yang sedang terjadi pada Anggra, ia menelepon gawai Anggra, namun gam=wai itu tidak dibawa Anggra.
Saat keluar dari kamar kecil, Angga menemukan Mas Amar dengan wajah khawatir
"Gra kamu enggak pingsan kan?"
"Enggak, amit-amit pingsan di kamar kecil hahahaa"
"Kamu nangis gra? Kenapa? Ada yang sakit?"
"Enggak mas, enggak apa-apa, kepentok aja tadi"
"Beneran?"
"lya mas, yuk, pasti sudah ditunggu mbak Wira di caffe kan"
"Kamu beneran enggak kenapa-kenapa?"
"Enggak mas"
Anggra berjalan mendahuluinya menuju mobil, ia masih menahan nyeri yang masih terasa sedikit di punggungnya. Sesampainya di cafe dan bertemu dengan mbak Wira mereka mendiskusikan tentang hal-hal krusial yang akan dihadapi, salah satunya bahwa pada acara kali ini mbak Wira tidak dapat ikut serta dan akan melimpahkan hal ini kepada Anggra.
"Acara ini kamu yang pegang ya gra, mbak enggak bisa ikut, karena ada serangkaian acara kantor" ucap mbak Wira
"Yah. Mbak. Beneran Anggra lagi? Sertus mbak enggak bisa ikut?" jawab Anggra cemas
"Iya gra, mbak enggak bisa, tenang kamu nanti dibantu sama dia" lanjut mbak Wira seranya menunjuk Leader
"Enggak yakin sih bakal dibantu dia, soalnya."jawab Anggra seranya menatap leader Leader mengetahui apa yang akan di ucapkan Anggra, lantas meliriknya dengan tajam dan tersenyum jahil
"Kenapa gra?" tanya mbak Wira mas
"Dia." Jawab Anggra "Tepat sekali kamu ra millih Anggra, tenang gra aku bantu beneran" Jawab Leader
"Aku bertanya pada Anggra, enggak sama kamu" jawab mba Wira
"Anu mbak, itu alamat dengerin curhatnya mas mulu aku hehehehe" jawab Anggra
"Ah elah Anggra aku kira kenapa, itu sih sudah kebiasaan dia, ketemu sama orang enak diajak ngobrol langsung curhat" Jawab mbak Wira Leader tertawa dan menatap Anggra.
"Olya, kalian pakai kamar hotel aku sama temenku aja, ini kuncinya, aku tidur sama temenku disebelah kamar Anggra. Kalian balik dulu aja enggak apa-apa istirahat dulu, kalau mau disini gabung dulu juga enggak apa-apa" jelas mbak Wira seranya memberikan dua kartu kamar dan meninggalkan Anggra dan leader
"Oke" jawab leader
"Emm mas, minta tolong anterin aku ke hotel dulu gimana mau enggak? Arau aku naik ojol aja enggak apa-apa" tanya Anggra, rasa nyeri dipunggungnya mulai terasa lagi
"Aku anterin aja gra, yuk" jawab leader Sesampainya di hotel.
"Makasih mas, kalau mau balik ke café enggak apa-apa"
"Kamu beneran oke gra? Enggak lagi sakit kan? Wajahunu agak pucet"
"Beneran enggak apa apa, masuk angin dikit mau mpup hehehehe"" jawab Anggra
"Yaudah istirahat ya, besok kita langsung balik kok habis ketemu klient" jawab leader
Pulul 23:15, hotel Yogyakarta
Anggra menutup seluruh badanya dengan selimut, rasa nyeri di punggungnya semakin terasa, kilas balik akan peristiwa-peristwa masa lalunya menyerang pikirannya, dalam hati la berdoa "Jangan sekarang tolong, Tuhan tolong jangan sekarang, besok aku masih ada pekerjaan Anggra menahan tangis sebisa mungkin, namun tetap tidak dapat ditahaks terlalu lama, ia menyerah dan mencari obat penenangnya yang sudah beberapa bulan ini tidak ditemuinya. Dalam hati ia berkata "hai kita bertemu lagi, kamu menang kali ini, sampai kapan aku harus sama kamu kalau secara pasti merasakan hangat di hati karena laki-laki kita selalu bertemu?" setelah meminum obatnya la terduduk lemas di samping tempat tidurnya dengan selimut menghadap ke jendela. Terlihat lampu-lampu jalanan kota Yogyakarta yang menyelimuti malam dan membuatnya terlihat lebih hangat. Anggra tersenyum dan membelai dadanya 'kamu yang tenang ya, pasti benar-benar tidak menvakitkan
Ya LE eu hangat. Anggra tersenyum dan mermbelai dadanya 'kamu yang tenang ya, pasti dapat obat yang benar-benar tidak menyakitkan
tok tok tok terdengar ketukan dipintu kamar Anggra
"Gra, Anggra? Kamu sudah tidur gra?" terdengar suara leader
"Belum mas, kenapa?" jawab Anggra menjaga suara bicaranya
"Aku bawain susu jahe sama antangin gra, katanya kamu tadi masuk angin" Jawab Leader
"lya mas bentar ya" jawab Anggra, la segera berdiri, membasuh mukanya, berusaha menghapus sisa air matanya dan merapikan rambutnya yang terlihat acak-acakan
"Barusan pulang mas?" tanya Anggra saat membuka pintu
"lya, tadi nonglrong bentar di angkringan sehabis dari catfe, nih" jawab Leader seranya menyerahkan susu jahe dan antangin, dia melihat mata Anggra bengkak dan hidung merah, meilirik ke dalam kamar Anggra yang agak berantakan
"Gra kamu habis nangis ya? Kamu enggak apa-apa?" selidik leader
"lya mas, tadi kelilipan sabun cuci muka perih, terus nyari obat tetes mata hehehehe" jawab Anggra
"Beneran gra?"
"lya mas, makasih ya, see you besok jam to pagi kan?" Anggra segera mengalihkan topik pembicaraan
"Oke sama-sama, lya besok jam 10 pagi, yaudah kamu cepet istirahat" jawab leader Anggra menutup kamarnya dan mematikan seluruh lampu kamarnya untuk menghindari kecurigaan leadernya, la kembali duduk menghadap jendela
"Sebenarnya melihat kamu ada di depanku atau mengetahui kamu berada di sekitarku, itu sudah cukup membuat aku sembuh dari 'sakit' ini meskipun hanya sementara. Terimakasih diantara sikap cuek dan wajah horor ternyata kamu bisa senyum dan baik' ucap Anggra dalam hati.
Pukul 10:00
Mereka sudah dalam perjalanan menuju caffe tempat bertemu dengan klient, mbak Wira menemui mereka disana karena sekaligus acara kantornya berada disebelah caffe, ia akan bertemu sebentar lalu melanjutkan kegiatannya. Leader melihat mbak Wira yang sudah berbincang dengan klien, dan mereka bergabung bersama mbak Wira
"Jadi ini mas perwaklan kita, ada Leader dan ini Anggra wakil saya" mbak Wira memperkenalkan mereka kepada klient
"Salam kenal, saya Dio"
"Jadi terimakasih sebelumnya, mas Dio sudah memilih kami sebagai EO untuk pernikahan mas Dio semoga memuaskan mas Dio dan keluarga" Ucap Mas Amar
"Iya mas sama-sama, saya juga atas rekomendasi teman dan melihat instagram event kalian " ucap Dio
Selanjutnya mereka membhas persiapan acara pernikahan Diio yang akan diadakan pada bulan Agustus. Saat dipertengahan membahas acara, Anggra melihat seorang laki-laki yang memperhatikan mereka dan mengambil tempat tepat dibelakang mas Dio.
"Oiya mas Dio, sebelumnya maaf, saya tidak dapat mengikuti acara mas Dio, saya akan menyerahkan seluruhnya kepada Anggra sebagai wakil saya" ucap mbak Wira
"Oke mbak Wira, nanti saya ke Anggra, mohon bantuannya ya mbak Anggra" ucap Dio seranya tersenyum kepada Anggra.
"Baik mas, nanti bisa langsung menghubungi saya apapun yang mas Dio butuhkan" ucap Anggra
"Jadi selama persiapan hingga hari H, mas Dio akan berkomunikasi kepada Angggra selaku tim Agenda/acara" ucap Mas Amar.
"Baik mas, terimakasih atas bantuannya" ucap Dio
Anggra membereskan kertas-kertas dan buku catatannya, mas Dio seperti mencari sesuatu, lalu memperkenanalkan seseornag yang berada di belakangnya.
"Ini Ridho, sahabat saya, dia yang akan membantu saya menyiapkan pernikahan saya, oh dia juga yang akan mendai grommate saya" Dio ikut memperkenalkan seseorang
"Iya… saya akan membantu sahabat saya ini yang akan menikah cepat" canda orang ersebut
"Ini, Wira kepala divisi acara dan ini Angra yang akan dijadikan wakilnya" Mas Amar memperkenalkan mbak Wira dan Anggra.
"Ooo adi mas yang akan menjadai ketua grommate ya? Boleh saya minta nomernya, untuk koordinasi lebih lanjut?" jawab Anggra seranya menjabat tangannya dan tersenyum
"Boleh, 0812*********" jawab Ridho
"Nanti saya akan langsung menghubungi mas Ridho ya ntuk koordinaso selanjutnya" ucap Anggra selanjutnya.
Setelah berkenalan dan menjelaskan secara garis besar kepada Ridho, mereka semua berbincang-bincang.
Dia Ridho, Damar Ridho Jola, berpawakan tinggi besar, bisa dikatakan oleh pandangan orang bahwa dia proposional, rambut keriting yang dipanjangkan sebahu namun sering dia ikat cepol. Seorang arsitek. Tidak ada yang soesiak dari Ridho bagi Anggra, umurnya seberti Mas Amar mungkin.
Ditengah perbincangan mbak Wira izin untuk pergi terlebih dahulu untuk kembali ke acara kantornya. Setelah kepergian mbak Wira, bebebrapa saat kemudian mas Dio dan mas Ridho juga berpamitan. Mas Amar dan Anggra masih memilih untuk tinggal sebentar sebelum pulang.
"Gra? Gimana? Sangggup?" tanya mas Amar
"Yakali bilang engggak sanggup, udah sampai sini juga hahahaha" jawab Angggra
"Iya juga sih, tenang gra, aku bantu kok, sambil curhat tapi" jawab Mas Amar
"Lahh…. Tetep ya curhatnya, pokoknya jangan tiba-tiba curhatnya, bisa kali ngomong dulu kayak ' gra aku mau curhat' enggak langsung cerita, mana aku paham" jawab Anggra
"Ya mana asik gra, pamit dulu mau curhat, langsung curhat lebih enak hahahahahahahhaha" jawab Mas Amar
"Terserah dah mas, yuk pulangudah siangan nih"
"Oke yuk"
Mereka keluar dari caffe menuju parkiran. Angggra melihat mas Risho an mas Dio yang masih diparkiran. Mas Dio berdiri di dekat pintu kemudi yang sudah dibuka, mas Ridho berdiri bersandar di depan mobil. Mas Amar dan Anggra mendekati mereka, karena mobil Mas Amar berada tepat disamping mobil mas Dio.
"Loh mas Dio belum pulang ?" sapa Anggra
"Belum, masih nungggu temen yang dari tadi diem merhatiin sesuatu"
"Mas, Mas Ridho, mas?" sapa mas Amar seranya melambaikan tangan di depan mata Ridho
Mas Ridho kaget atas sapaan Mas Amar tersebut
"Eh, ha? Iya? Ada apa mas?" jawab mas Ridho
"Mas Ditungggu temannnya dari tadi"
"Ohh, Dio kok enggak masuk mobil dari tadi?" tanya mas Ridho terlihat bingung
"Gimana mau masuk mobil, kamu lagi ngeliatin siapa kok muncul senyum?" goda mas Dio
Ma Ridho menoleh pada Anggra yang sedari tadi sudah berdiri di depan mobil Mas Amar dengan wajah heran lalu tersenyum kepadanya.
"Ooo karena itu" ucap Dio seranya tertawa
Mas Amar dan Anggra tersebut tampak bingung atas apa mas Dio tertawa, namun tiba-tiba mereka semua ikut tersenyum lalu meminta izin untuk memasuki mobil Mas Amar. Anggra dan Mas Amar mengerti, sejk mereka kelar dari caffe dan berjalan ke parkiran, mas Ridho memperhatikan mereka. Saat mendekati mereka, mata mas Rido tertuju pada Anggra.
Saat perjalanan pulang.
"Sepertinya temannya mas Dio suka sama kamu gra, diperhatiin terus tiba-tiba" ujar Mas Amar
"Mas Ridho? Hahahahahahahahahaa, baru juga ketemu masa langsung suka" jawab Anggra
"Ya..kan suka sama orang bisa cepet gra, tadi waktu tanya aja, tatapannya ke kamu"
"Takut aku tadi sebenernya dilitin gitu, makannya aku miih berdiri depan mobil langsung"
"Aneh kamu gra, disukai sama orang takut. Seharusnya seneng dong, atau karena masih nunggu dia yang menghangatkan hatimu?" ucap Mas Amar
"Bisa jadi" ucap Anggra singkat dan mengalihkan pandangannya ke luar jendela.
Namun pandangan Anggra tidak benar-benar melihat keluar jendela, ia melihat pantulan Mas Amar yang sedang menyetir.
'Aku menikmati rasa ini mas, enah bagaimana akhirnya, aku akan menikmati setiap waktu sama kamu. Rasa ini enggak gampang untuk dihilangkan, sudah aku coba selama dua tahun ini untuk mengubahnya namun rasa ini tetap kuat' ucap Anggra dalam hati, lalu ia memilih untuk tidur.
Juli 2020
"Gra, kamu bulan kemarin ke Yogja?" tanya Mas Sana saat bermain ke rumah kak Lintang
"Iya, sama temenmu" jawab Anggra
"Kok enggak bilang-bilang pergi berdua?" canda Mas Sana
"Apaan sih" jawab Anggra sambil lalu
"Enggak usah ditutupin, aku sudah tahu juga" jawab Mas Sana
"Diem mas, awas sampe dia tahu" jawab Anggra dari dapur
"Aku telepon sekarang ya.." goda mas Sana
"Mas San, enggak usah mu perang "
"Kalau suka itu bilang gra, dia juga lagi kosong"
"Tau, dia masih trauma sama mantannya ditinggal nikah"
"Nah itu tau, aku aja ya yang nyampaikan"
"Kamu mending pulang deh sebelum ku lempar cucianku"
"Hahahahahha hahahahhhahha"Tawa Mas Sana puas
"Aku itu takut sama dia sebenernya" jwab Anggra
"Ngapain takut?"
"Enggak tau juga"
"Mantapin dulu aja gra, aku pulang dullu dah, assallamualaikum"
"Waalaikumsallam"
Tanpa sepengetahuan Anggra seminggu setelah itu Mas Sana bertemu dengan Mas Amar, Mas Fitri, dan yang lain di sebuah café.
"San ternyata adikmu banyak ngomong juga ya"
"Adekku yang mana? Anggra maksutmu?"
"Iya, kan yang kemarin aku temui adekmu yang itu"
"Memang banyak ngoong kalau sudah enakan dia, milih-milih itu bocah kalau mau ngobrol"
"Bener"
"Iya mereka berangkat Cuma berdua, aku mau ikut katanya enggak usah" kata Mas Fitri
"Kan sudah ada Anggra, dia juga yang kita tunjuk jadi agenda" jawan Mas Amar
"Biasanya nih ya, meskipun ada tim Agenda, kita tetap diajak san" jwab Mas Fitri
"Namanya juga mau kenal fit, biarin aja lah hahahahahahaha mumpung mau move on juga dia" jawab Sana
"Eh san, mas, aku pulang duluan ya, di telepon bapak"
"Oke" jawab Mas Amar dan Mas Sana
"Kamu mau tau sesuatu enggak?" kata Mas Sana tiba-tiba pada Mas Amar
"Apaan?"
"Anggra sebenernya ada rasa sama satu laki-laki, tapi dia milih diam karena takut"
"Kemarin dia nuga cerita begitu di mobil, kuat banget dia milih diam suka sama laki-laki" jawab Mas Amar
"Sudahberjalan hampir dua tahun dia memilih diam dan mendoakan yang baik-baik"
"Anggra, Anggra bisa nyimpan rasa kayak gitu juga ternyata dia, aku kira dia dingin banget" jawab Mas Amar
"Kamu orangnya, kamu orang yang didoakan hal baik-baik sama Anggra" jawab Mas Sana sambil meminum kopinya
Mas Amar terdiam
"Bersikap biasa aja di depan Anggra dan pura-pura aja enggak tahu sebelum dia beneran ngomong sama kamu. Dia punya alasan kenapa lebih memilih diam" jelas Sana
"Oke" jawab Mas Amar
Juli minggu ke 3
Pagi pukul 10:00 Anggra mendapat telepon dari Dilla
"Halo Anggra"
"Halo, iya dila, ada apa?"
"Aku masuk rumah sakit gra, types hehehe"
"Astaga beneran dil? Rumah Sakit mana?"
"RS deket rumahmu, nanti aku kabarin ya kalo sudah dapet kamar ini masih di zona hijau"
"Kamu sama siapa disana?"
"Sama ibu aja, bapak masih di kantor"
"Aku kesana sekarang"
"Enggak usah gra, enggak apa-apa kok, aku minta maaf ya jadi enggak bisa bantu kamu"
"Beneran enggak perlu aku kesana nih? Yakin? Enggak usah dipikir kerjaan dulu, kamu sembuh kita jalan"
"Ya…butuh sih sebenernya hehehe ibu panikan banget"
"Oke tunggu ya"
Selesai mendapat kabar tersebut Anggra menghubungi Mas Amar untuk memberikan kabar tersebut danmengistirahatkan Dilla sebentar.
Seminggu kemudian
Tim mereka berangkat ke Yogja untuk rapat all vendor yang di inginkan oleh klien. Anggra mengantarkan makanan ke rumah Dilla, ketika akan pulang Anggra mendapat telepon dari Mas Amar.
"Gra kamu dimana?"
"Mau pulang, ini selesai dari rumah Dilla"
"Jemput aku ya, sudah ditunggu Tian sama Fitri"
"Ha? Ditunggu dimana?"
"Di café lah, kan kemaren sebelum beragkat kita berempat mau ngobrol"
"Kenapa enggak sekalian nanti malaem aja ketemunya? Kan nanti malem juga berangkat bareng"
"Anterin aku aja, udah ayo gra, aku tinggu dirumah ya"
"Iya sudah"
Dalam hati Anggra penasaran sebenarnya ada apa, namun tetap menjemput Mas Amar untuk mengantarkan ke Café.
"Hai gra, yok"
"Lah itu ada montormu kenapa enggak berangkat sendiri sih mas?" tanya Anggra sediit jengkel
"Sekalian kamu keluar, biar ada kerjaan" jawab Mas Amar
"Kerjaanku banyak ya, maaf nih"
"Iya iya, sudah antarkan aku cafe"
3 Agustus 2020
Sudah memasuki bulan Agustus, akhir bulan ini merupakan acara di Yogja, dan tim EO semakin sibuk mempersiapkan semua hal, grup semakin ramai akan semua persiapan pernikahan Mas Dio.
Semakin sering pula Anggra dan Mas Amar bertemu atau melalui pesan untuk mengonfirmasi semuanya. Ditengah kesibukannya Anggra berusaha untuk juga menyelesaikan skripsinya. Di saat mengerjakan skripsi, gawainya berdering mendapat telepon dari Mas Amar.
"Gra, kamu sibuk enggak?"
"Agaksih, kenapa mas?"
"Ada sedikit masalah, bagian MC jawa-nya" jawab Mas Amar agak panik
"Gra, Anggra? Kamu masih disana kan?" tanya Mas Amar
Anggra mendengarkan sekaligus mengerjakan skripsinya
"Kenapa Mcnya?"
"Sakit, dirawat di Rumah Sakit"
"Yaudah nanti aku segera kabarin mas Dio, eh ini mas Dio telepon, sebentar ya mas" jawab Anggra seranya menutup telepon mas Amar
"Mbak, ini MC jawanga harus rawat inap di rumah sakit, gimana ya mbak?"
"Saya ada saran mas, yang pertama kalau mas Dio dan keluarga berkenan, kita mencari opsi MC Jawa yang lain atau kami dari pihak EO juga ada, pilihan kedua yaitu mengkoordinasikan dengan MC party bahwa mereka juga akan dipakai untuk acara adat, mereka kemarin juga menawarkan begitu kepada kami" jawab Anggra
"Saya diskusikan sebentar dengan keluarga ya mbak, terimakasih sarannya, nanti segera saya kabarin" jawab mas Dio
Setelah telepon ditutupu, Anggra mendapati pesan dari mas Amar
'Gra kalau sudah selesai telepon mas Dio, hubungi aku' pesan pertama
'Gra gimana?' pesan kedua
'Tenag mas, aku sudah nawarin solusi plan B yang tiba-tiba muncul aja' jawab Anggra
'Plan B? Aku telepon ya jelasin ke aku'
'Jangan telepon dulu nanti telepon dari mas Dio ke ganggu, iya plan Bkita mencari opsi MC jawa yang lain atau pilihan ke dua yaitu mengkoordinasikan dengan MC party bahwa mereka juga akan dipakai untuk acara adat. Aku bilang gitu, kan kemarin waktu Dilla emberi kabar MC Party mereka nawarin bisa juga kalau jadi MC Jawa' jelas Anggra
'Mantap gra, aku nunggu kabar selanjutnya' jawab mas Amar
Bebebrapa menit kemudian mas Dio menelepon
"Mbak Anggra kami memilih opsi yang kedua saja, lagian ini sudah tiga minggu lagi" jelas mas Dio
"Baik mas, nanti kami konfirmasi kepada mereka" jawab Anggra tenang seranya menghela nafas panjang
"Oke mbak Anggra, terimakasih"
"Sama-sama mas"
Setelah telepon di tutup Anggra segera mengirim pesan ke grup EO
'MC Party digunakan dua kali, acara jawa sama acaraarty, tolong Dilla konfirmasi lagi ke mereka, terimakasih'
'Oke gra' jawab Dilla
'Mantap Gra' jawab mas Amar
Anggra segera mematikan gawainya dan berusaha fokus pada skripsinya, perasaan hangat kembali hadir di hatinya.
3 Minggu menuju acara
Tim EO mengadakan meeting disebuah caffe di tengah kota, Mas Amar dan tiga Anggota lainya sudah berada disana.
'Ayo sema kumpul' pesan mas Amar dalam grup obrolan.
'Oke' jawab mas Fitri
'Otw'jawab mas Tian
Mas Amr menutup gawainya, ia khawatir merihat Angra tidak merespon pesannya. Tadi pagi dia mendesaknya untuk datang sebelum semua berkumpul, namun Anggra mengatakan tidak bisa karena masih ada urusan lain. Bahkan mas Amar menawarinya untuk berangkat bersama.
"Hallo Dilla, semua sudah di caffe?" Anggra menghubungi Dilla
"Sudah gra, kamu dimana?" jawab Dilla
"Masih dijalan habis ngebeliin Zumi jajan biar enggak ikut" jawab Anggra
"Oke gra, cepet ya" jawab Dilla
Sesampainya di caffe, Anggra langsung menuju lantai dua caffe tersebut dan tidak menghiraukan pelayan yang menawarinya untuk pesan, ia takut kalau meeting sudah dimulai. Saat sudah sampai lantai dua, Mas Amar melihatnya dan melambaikan tangannya. Anggra menghampiri meja mereka.
"Mau duduk mana kamu? Duduk sini aja dekatku" kata Mas Amar
Anggra mengambil kursi kosong disebelah kanan mas Amar,
"Gra, kamu selesai mandi langsung kesini? Wangi banget" kata mas Amar mendekat ke Anggra
"Iya, tadi selesai urusan langsung mandi terus kesini"
Namun ia merasa tidak nyaman karena kursinya terlalu pendek untuknya, ia berdiri untuk pindah tempat disamping mbak Wira.
"Hei, mau kemana kamu, sini aja dekatku" seru mas Amar saat melihat Anggra berdiri
"Enggak kemana-mana, pindah tempat duduk aja,enggak enak disitu"
"Jangan jauh-jauh, kamu harus deketku buat mencatat" jawab mas Amar
"Iya, nah enak disini, tetap dekat kan?" jawab Anggra menjawab mas Amar dan duduk tepat di depannya
"Sip, jadi gimana gra?" tanya mas Amar
"Emmm, aku boleh pesen makan dulu enggak? laper" jawab Anggra
"Oke, nunggu Anggra selesai makan dulu ya, kalian pesen aja lagi" jawab mas Amar
Saat Anggra makan mas Amar melihatnya
"Kenapa mas? Mau nyoba?" tanya Anggra
"Enggak, makan aja" jawab mas Amar dengan mata jahil dan menahan ketawa
"Apaan sih?" tanya Anggra heran dan mengusap mulutnya untuk memastikan tidak ada saos disekitar mulutnya
"Enggak kenapa-kenapa, habisin cepet gih" jawab mas Amar tersenyum jahil
Selesai makan, Anggra membuka meeting dan menjelaskan hal-hal yang bersangkutan dengan tim agenda, lalu selanjutnya memastikan semua tim telah meng update semua job desknya.
"Gimana mas? Oke?" tanya Anggra kepada mas Amar
"Oke gra" jawab mas Amar tersenyum
"Oke semua, terimakasih sudah datang, akan ada meeting lagi, lalu kita berangkat ke Jogja" seru Angggra menutup meeting
"Oke, makasih semua" jawab mas Amar
"Mas, aku pulang dulu ya" ijin Anggra
"Oh iya gra, hati-hati, nanti kabarin kalau ada update mendadak, ke Dilla juga" jawab mas Amar
Anggra tersenyum, setelah melakukan high five dengan smeua tim ia pulang. Diperjalanan pulang, ia merasakan ada rasa hangat dari dadanya dan menyebar ke seluruh tubuh dan menghangatkannya di malam yang terasa dingin.
'Aku bertahan berapa lama kehangatan ini ada disini, aku semakin nyaman untuk menyimpan rasa ini sendirian. Atau mungkin kamu sudah tahu rasa ini ada dan kamu juga memilih diam? Yang pasti, aku memilih untuk menyimpannya dalam diam, jika semuanya berujung kecewa, setidaknya akan cepat sembuh, mungkin, semoga. '
[1] Jangan mendahului keinginan Allah