Aku dan Logan berlari ke dalam hutan dan akhirnya kami sampai di ujung tebing, kami tidak bisa lari kemana-mana lagi, aku dan dia akhirnya bersembunyi di rerumputan. Kami mendengar suara dari rekan-rekannya. Dia langsung memelukku dan berbisik,
"Jangan bersuara." Aku hanya menganggukan kepala dan melihat rekan-rekannya semakin dekat.
Aku membenamkan kepalaku di dada bidangnya, aku tidak mau melihat mereka. Lalu terdengar percakapan mereka yang berkata,
"Mungkin mereka tidak lewat sini." Tapi yang lainnya berkata, "Aku rasa mereka tadi ke sini, sebaiknya kita berpencar."
Tiba-tiba aku merasakan ada sesuatu merayap di kakiku, aku melihat ke bawah ternyata ular sedang merayap naik ke badanku. Aku ketakutan dan tanpa sadar aku bersuara kecil, Logan langsung membekap mulutku dan berbisik lagi,
"Jangan bersuara nanti mereka bisa menemukan kita." Mata Logan tertuju ke bawah lalu dia mengambil ular itu dan melemparkan kepada mereka. Salah satu rekan mereka terkejut dan berteriak.
Aku mendengar suara laki-laki membentak rekannya lalu terdengar suara tembakan. Akhirnya mereka pergi berpencar, aku dan Logan keluar dari persembunyian. Kami bermaksud mencari jalan yang lain tapi ternyata salah satu rekan mereka melihat kami berdua.
Terdengar lagi bunyi tembakan, aku dan Logan saling pandang lalu kami berlari ke ujung tebing. Aku dan dia terdesak, salah satu rekan mereka menghampiriku. Sambil menodongkan pistol ke arah Logan, pria itu memegang tanganku dan mencobah menarik aku, tapi dengan cepat Logan memukulnya dengan kayu lalu Pria itu terjatuh, dia mengambil pistol lalu menembakkan ke tubuh Logan. Logan terjatuh ke laut tapi tangannya sempat menarikku, aku ikut terjatuh bersama Logan ke laut.
"Logan …." Aku berteriak memanggil Logan sambil berusaha meraih tangannya tapi tubuh Logan begitu cepat terjatuh ke air, aku pun terjatuh. Aku langsung berenang menghampiri Logan dan memegang tangannya.
"Logan apakah kamu baik-baik saja." Aku begitu khawatir karena melihat air bercampur darah di dekat Logan. Dia menatapku lalu tersenyum.
"Aku tidak apa-apa, hanya dadaku tertembak," kata Logan padaku dan akhirnya kami berdua berenang menuju ke dinding tebing.
"Hati-hati," kata Logan lagi, "Kita berenang di sana saja. Kamu lihat di sana ada batu kita bisa duduk di situ," sambungnya sambil memegang dada kanan yang terkena tembak. Kami berdua pun berenang ke batu yang di tunjuknya, batu itu hanya kecil tapi kami bisa duduk di situ. Kami sampai di batu itu lalu aku duduk, ku tarik tangan Logan lalu dia duduk di sampingku. Aku memperhatikan luka yang ada di dadanya kemudian aku merobek lengan kemejaku dan membersihkan dengan air laut. Aku tempelkan kain itu di luka yang terkena tembak.
Tidak lama kemudian aku dan Logan mendengar suara helikopter, dia langsung menarik tanganku masuk ke dalam air. Aku dan dia menahan napas selama berada di dalam air, aku tidak tahan lalu aku mengeluarkan kepalaku dan menarik napas panjang kemudian masuk lagi ke dalam air. Begitu juga Logan dia keluarkan kepalanya dan menarik napas kemudian dia masuk kembali ke dalam air.
Setelah helikopter itu pergi aku dan Logan kembali duduk di batu, aku menatap Logan dan bertanya kepadanya,
"Mengapa kita bersembunyi, mungkin mereka ingin menolong kita." Logan menggeleng-gelengkan kepala.
"Aku takut kalau itu mereka, karena orang yang menyewa untuk menculikmu bukan orang biasa," jelas Logan padaku sambil matanya melihat sekeliling.
"Lalu kita harus bagaimana? Laut ini tidak bertepi, apakah kita akan di sini terus?" Logan melihatku mulai khawatir kemudian dia memegang tanganku.
"Apakah kamu masih mampu untuk berenang?" tanya Logan padaku sambil matanya memperhatikan dinding-dinding tebing
"Iya aku masih kuat," jawabku seraya melihat dia sedang menahan sakit, sesekali terdengar dia meringis kesakitan
"Cella di sana ada batu yang menempel di dinding tebing, kita bisa naik ke atas batu itu." Aku melihat ke arah dindin tebing itu, di sana ada sebuah batu seperti yang dia katakan. Aku dan Logan harus memanjat batu itu, karena batu itu lumayan tinggi.
"Baiklah kita berenang ke sana." Aku turun ke air dan mengikutinya dari belakang, kami tiba di batu itu lalu Logan berusaha naik ke atas batu. Dia mengulurkan tangannya kepadaku dan menarik ku. Kami berdua duduk sebentar kemudian Logan berusaha lagi memanjat batu itu, dia kembali mengulurkan tangannya kemudian dia menarik aku naik ke atas batu.
Aku dan dia kembali duduk dan beristirahat, kali ini aku dan dia tidak terkena air karena batunya tinggi dan kami terhalang oleh tebing yang menjulang di atas kami. Aku dan Logan saling tatap, aku tidak tahu harus berbuat apa. Dia terluka dan harus di bawah ke rumah sakit, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa.
"Ah … mudah-mudahan papa menemukanku di sini." Tiba-tiba aku mendengar suara Acel memanggilku, aku memegang tangan Logan.
"Logan itu suara Acel, mereka sedang mencariku," kataku kepada Logan, dia tersenyum sambil menahan sakit.
"Acel …." Aku memanggil Acel, aku berharap dia mendengar suaraku. "Acel … aku di sini." Terdengar lagi suara Acel.
"Cella … kamu di mana?" teriak Acel, suaranya begitu dekat. Aku berteriak lagi,
"Acel … aku di bawah tebing." Aku berdiri di atas batu lalu aku melihat Acel lagi membungkukkan badannya.
"Cella tunggu di situ ya, papa sedang menuju ke sini dengan helikopter." Aku menganggukan kepala, aku sangat senang mendengarnya, aku duduk kembali dan memegang tangan Logan.
"Logan bertahan ya, kalau papa datang kita langsung ke ruman sakit." Dia tersenyum padaku dan menganggukkan kepala.