Chereads / Ketika Cinta Dikhianati / Chapter 15 - Serigala Cahya dan Inah Pacaran

Chapter 15 - Serigala Cahya dan Inah Pacaran

Esoknya di rumah bercat putih, sedari pagi hingga petang, Aul tak memperlihatkan rasa benci dan dendam pada Serigala Cahya.

Hingga saat malam tiba, saat Aul sedang tidur, Serigala Cahya pun pergi sendiri, hendak bertemu dengan Inah di satu rumah makan.

Serigala Cahya dan Inah memesan satai kambing muda.

"Inah, bukankah Aul ganteng dan lebih muda dibandingkan dengan diriku? Kenapa kau tidak mau?"

"Bukan soal muda dan gantengnya. Sesekali aku suka takut pada tatapan mata Aul yang sesekali suka berubah menjadi sangat tajam. Aku juga kadang-kadang tidak tahan dengan bau di tubuhnya yang sesekali muncul."

"Oh. Baiklah, aku ingin bertanya. Selama kalian bersama berdua, apa yang telah kalian lakukan?"

"Kami tidak pernah berbuat nista. Meskipun aku perempuan yang kerja di klab malam."

"Kuharap kau tidak berbohong."

"Percayalah."

Dari arah dapur kafe, muncul pramusaji kafe, membawa dua piring satai kambing muda berikut dua piring nasi.

Namun, Serigala Cahya mendadak tampak kurang bergairah untuk menyantap.

"Kenapa kau?"

Tidak mau terlihat gugup, Serigala Cahya bicara, tetapi salah bicara. "Melihat satai kambing, aku jadi teringat kambing di kampung-kampung."

"Kau dari kampung?"

"Bukan. Maksudku, aku, aku merasa tak enak pada Aul."

"Aul, ah lupakan saja. Ini pertemuan kedua. Kita bicara tentang kita. Kau harus jujur, jangan ngaco bicara."

"Ya baiklah. Mari kita santap dulu makanan ini, kita makan malam."

Usai makanan habis, keduanya kemudian saling berbicara tentang diri sendiri. Inah mengaku, dulu adalah perempuan baik-baik. Setelah dikhianati seorang pria, menjadi berubah. Demikian pula Serigala Cahya, berterus terang pada Inah, dulu adalah pria baik-baik, menjadi berubah karena dikhianati istri. Namun, tentang diri sendiri yang telah berubah menjadi manusia siluman, tetap ditutupnya rapat-rapat.

Malam semakin malam, kafe mulai ramai pengunjung. Serigala Cahya dan Inah pulang.

Inah minta diantar. Rupanya, tempat kost-an Inah tidak jauh. Usai melewati dua perempatan jalan, sekitar dua puluh meter kemudian, ada gang yang sepi.

"Sudah ya sampai di sini saja kau mengantar. Esok atau lusa kita akan kembali bertemu."

Serigala Cahya hanya bisa mengangguk. Kemudian, untuk selanjutnya hanya bisa memandang punggung Inah yang semakin mengecil, dan hilang di satu belokan gang. Serigala Cahya dengan lesu lalu pulang.

Inah sampai pula di muka tempat kost-an, kamar-kamar berjejer. Lalu berjalan ke kamarnya nomor 5.

Inah kaget karena sudah tampak Aul. Bulu kuduk Inah tiba-tiba merinding.

"Kau sudah ada di sini?"

"Iya.. Kau lupa atau sengaja melupakan. Aku kan sudah tahu berkali-kali pernah ke tempat kost-mu."

"Apa yang kau inginkan dariku?"

Aul yang masih dibakar api cemburu, tiba-tiba mengubah ujud. Matanya mula-mula menjadi merah bersinar, lalu dari lengannya tumbuh bulu. Hingga dari seluruh tubuhnya, juga keluar bulu.

Inah menjerit, gegas membuka tas, mengambil kunci. Seraya memasukan kunci ke lubang kunci, Inah berkali-kali berteriak mengusir, "Pergi! Pergi! Pergi!"

Aul malah tertawa terbahak-bahak, dan ini membuat kunci yang dipegang Inah terjatuh.

"Aku tidak percaya dengan kisah cinta manusia."

"Pergi kau, setan!"

"Siapa yang setan?" Aul kembali tertawa terbahak-bahak. "Cahya pun sama sepertiku, setan!"

Inah pingsan.

Saat Inah siuman, Aul sudah tidak ada di tempat.

Ketika sudah berada di dalam kamar, Inah bertekat, tidak akan pernah mau bertemu kembali dengan Cahya.

**