Chereads / M.R PLAYBOY'S MY HUSBAND!! / Chapter 14 - 14. Sepupu Riko, Lintang?!

Chapter 14 - 14. Sepupu Riko, Lintang?!

Riko "Bakso beranak jumbonya satu Tante!" Teriak Riko dari tempat duduknya. Rani hanya membalasnya dengan senyuman serta anggukan kepala.

Riko tidak sendiri, ada Sandi, Hendra dan Yusuf. Mereka sudah memesan bakso masing-masing. Saat tiba-tiba Randa keluar dari dalam rumah sambil bernyanyi dengan suara keras hingga membuat Riko dan yang lainnya menutup telinga, Untung saja sore ini belum ada pelanggan selain Riko dan teman-temannya.

Randa "Indonesia~! Tanah Airku~! Tanah tumpah darahku~! Diasanalah~ Aku ber-"

Rani "Randa, berisik! Mana abangmu?" Tanyanya menghentikan kegiatan nyanyi Randa. Remaja sawo matang itu sedikit cemberut sekaligus malu, mana suaranya dibilang berisik lagi! Apalagi bisa dilihatnya ke empat teman laknatnya itu sedang terang-terangan menertawakannya dari tempat duduk mereka.

Randa "Aku tahu apa, aku kan bebek" Ucapnya ngawur ke Bundanya. Sontak wanita itu dengan gemas melemparinya dengan sebiji cabe, untung bukan sambalnya. Sedangkan yang dilempari hanya tertawa lepas.

Rani "Randa, Bunda serius! Mana Abangmu? Tidak biasanya dia tidak ada di rumah" Ucapnya heran. Lantas Randa membuat pose sedang berpikir, Kemudian menjentikkan jarinya.

Randa "Ah! Itu Bun, Tadi Bang Rino pamit ke Randa bilangnya mau ke rumah temannya yang di kota" Jelasnya.

Riko dan teman-temannya saling menengok satu sama lain kemudian mereka saling menggelengkan kepala tanda mereka sama sekali tidak tahu siapa teman Rino yang dimaksud Randa, termasuk Rani juga sama bingungnya. Tapi ekspresi wanita itu kembali ketika mengingat kejadian kemarin.

Rani "Ooh, Bunda kira kemana" Jawabnya sedikit lega. Kemudian ia berjalan ke tempat Riko sambil membawa nampan berisi bakso.

Hendra "Memangnya Rino kemana Ran?" Tanya Hendra penasaran. Bukannya apa, ia dan lainnya yang berteman dengan Rino sangat tahu bahwa Rino tidak memiliki seorangpun teman yang berasal dari kota sebelah.

Randa "Kepo!" Balasnya mengangkat bahunya, Sebenarnya ia juga bingung Abangnya kemana.

Yusuf "Sejak kapan Rino punya teman dari Kota?" Ujarnya sedang yang hanya menggelengkan kepalanya tanda tidak tahu, Sampai sebuah ucapan keluar dari mulut Rani sukses membuat mereka terkejut termasuk Riko dan Randa .

Rani "Dia ke rumah temannya namanya Lintang, Rino mukul anak itu karena merusak tasnya" Jelasnya sembari meletakkan 4 mangkuk bakso ke meja Riko dan teman-temannya.

Baru saja Riko hendak memastikan sesuatu kepada Wanita paruh baya itu sebuah motor yang sangat dikenalnya bahkan platnya sama melewati meja yang didudukinya dengan 3 temannya lalu si pengendara memakirkan motornya di samping rumah Rino.

Selain si pengendara terdapat satu lagi penumpang yang diboncengnya, Mereka turun dan melepas helm. Seketika bola mata Riko melebar, berbeda dengan 3 temannya dan Randa yang memasang ekspresi penuh tanya, Rani malah memasang wajah ramahnya.

Rino meletakkan helm yang digunakannya tadi dia atas motor Lintang. Yup... Lintang lah si pengantar yang membuat Riko melebarkan matanya, Rupanya Lintang belum menyadari kehadiran Riko.

Rino "Assalamualaikum bunda" Ucapnya menunduk meraih tangan Bundanya dan menciumnya.

Rani "Waalaikum salam" Jawabnya.

Lintang juga tersenyum kaku kepada Rani dan dibalas wanita itu dengan senyuman ramahnya.

Rino "Oh ada Riko sama yang lain rupanya" Ucapnya saat menengok ke meja pelanggan. Riko, Hendra, Sandi, dan Yusuf masih terdiam di sana, Bahkan bakso yang di meja mereka tidak mampu membuat mereka berpaling.

Randa "Abang darimana sih?" Tanya Randa sambil melirik ke arah Lintang yang berdiri di samping Rino, Tapi seperti biasa Lintang akan cuek dengan keadaan sekitarnya. Namun tidak bertahan lama saat matanya tidak sengaja menemukan keberadaan seorang remaja di meja pelanggan sedang duduk bersama pria lainnya yang sudah Lintang pastikan bahwa itu adalah teman sepupunya.

Lintang "Riko?" Tanya Lintang memastikan. Sambil berjalan mendekat sebuah meja berisikan 4 remaja.

Riko "Ngapain Lo nanya-nanya kayak gitu! Lo gak kenal ama sepupu sendiri?" Ucapnya Sinis. Baru saja Minggu lalu ia dan keluarganya berkunjung ke rumah Lintang, Sepupunya ini tiba-tiba menanyakan namanya dengan ragu-ragu.

Mendengar suara itu, Lintang dengan segera menghampiri meja Riko dan duduk di samping sepupunya itu. Rino, Randa serta bunda mereka, dan ketiga teman Riko yang duduk disampingnya juga masih bingung dengan situasi ini.

Lintang "Sorry bro, Tadi gue cuma mastiin doang dan ternyata Lo beneran!" Riko dengan tatapan datarnya memutar bola matanya dengan malas.

Riko "Lo nya aja yang pikun! Gue kan emang tinggal di desa ini! Lah Lo sendiri juga pernah ke rumah gue" Ucapnya.

Lintang juga memutar bola matanya, Hey dia kan cuma ingin memastikan bahwa yang di hadapannya ini benar-benar sepupunya atau tidak. Lintang juga tidak pikun, ia masih ingat bahwa desa ini adalah tempat tinggal Riko, sepupunya.

Tadi yang membuatnya ragu adalah... mengapa bisa sepupunya makan di warung bakso bundanya Rino? Dan sepertinya Riko dan Rino juga kelihatan akrab, Mungkinkah mereka berteman? Semua pertanyaan itu terus berputar-putar di kepalanya tanpa henti.

Sedangkan Rino dan Randa malah saling tatapan, Sepertinya pemikiran mereka sama. Mereka masih ingat dengan jelas bila Riko mengatakan memiliki sepupu dari kota.

"Jadi... Lintang sepupunya Riko?! Kalau begitu Arwin juga" Batin Rino.

***

"Aah~... Anghh! Pela-aah~an-pelan" Desah Sinta, Terbuai dengan hentakkan-hentakkan dari penis besar Arwin di Vaginanya.

Saat ini keduanya tengah berada di kamar hotel. Arwin mengajak Sinta bermain seks karena bagi Arwin tidak bisa dikatakan sebagai pacaran bila tidak melakukan penyatuan diri. Sinta pun tentu dengan senang hati mengiyakan keinginan sang kekasih yang baru 2 Minggu lalu memacarinya.

Jujur Arwin sekarang ini antara kesal dan nikmat bersamaan, Pasalnya sebelum berhubungan tadi Sinta mengaku kepada Arwin kalau dirinya masih perawan. Tapi setelah miliknya langsung masuk tanpa hambatan membuat Arwin dengan cepat menyimpulkan bahwa Sinta sudah tidak perawan lagi.

Membayangkannya seketika membuat penis Arwin seperti mati rasa. Lantas

Arwin menghentikan kegiatannya dan mencabut penisnya dari vagina Sinta lalu duduk di tepi ranjang. Kini wanita itu merengek seperti jalang karena merasakan kehampaan di lubang miliknya.

Sinta "Iiiihhh~~! Kenapa di cabut? Ayo lagi!" Rengeknya kepada Arwin tapi pria di atasnya nampak acuh dengannya.

Arwin "Gue gak napsu ama bekasan" Ucapnya menyindir Sinta. Wanita di bawahnya itu sedang menahan malu karena ketahuan telah berbohong.

Sinta "Maksud kakak apa, Aku masih perawan kak" Kata Sinta mengelak. Tanpa banyak bicara Arwin segera berdiri dari duduknya kemudian memunguti pakaiannya yang sempat ditelantarkannya tadi dan mulai memakai satu persatu.

Merasa ucapannya di anggap angin berlalu lantas Sinta bangkit dan turun dari ranjang menghampiri Arwin lalu memegang lengan kanan pacarnya itu. Namun sebuah hentakkan dari si pemilik lengan membuat tangan yang lebih kecil terhempas kasar.

Arwin "Lo mending cari cowok cupu biar bisa Lo kibulin, Dan gue bukan orang yang gampang dibohongin, Lagian mana ada perawan tapi blong dalamnya" Ejeknya sembari membenarkan pakaiannya lalu menatap Sinta, Arwin bisa melihat jika wanita di hadapannya ini sedang menatap tajam dengan wajah memerah menahan marah kepadanya. Arwin cuek, Mungkin sikapnya ini berasal dari papanya yang juga menurun ke Lintang. Kecuali 2 kakaknya tentunya.

Sinta "Oke! Aku ngaku kalau aku udah gak perawan, Tapi omongan kakak tadi keterlaluan! Kakak udah ngehina aku!" Marahnya tidak terima. Tapi yang didapatinya malah senyuman remeh Arwin kepadanya.

Arwin "Gue gak peduli, Sekalinya blong yang tetap aja blong, gak akan bisa rapet lagi" Sindirnya ke wanita yang sebentar lagi akan menjadi mantannya. Kemudian dengan santainya berjalan meninggalkan Sinta dalam keadaan berdiri dan tubuh bugilnya dengan tatapan marah.

Tepat di pintu Arwin membukanya serta menghentikan langkahnya lantas menoleh ke tempat dimana Sinta berdiri. Selanjutnya yang keluar dari mulutnya membuat wajah Sinta menjadi pucat sekaligus menahan agar tidak memekik marah di kamar itu.

Arwin "Maaf tapi gue gak bisa sama yang bekasan apalagi yang udah berani bohongin gue, Kalo Lo ngerti maksud gue kita resmi putus sekarang, Lagian Lo cuma simpanan gue doang, Sorry" Ucap Arwin dengan ekspresi pura-pura sedih.

Arwin "Oh iya, soal kamar Lo tenang aja gue udah bayar kok jadi gak perlu jual diri buat bayar sewa kamarnya" Lanjutnya Dengan senyuman mengejek lantas Arwin menutup pintu.

Sinta "AAAARRRRGGGGHHH!! BRENGSEK LO ARWIN!!! GUE BENCI SAMA LO!!" Jerit Sinta tidak tahan. Ia benar-benar merasa malu dan marah saat ini.

Dia tau bahwa Arwin tidak menghiraukan pacarnya sendiri yang merupakan kakak kelas Sinta di sekolahnya. Jadi Sinta menggunakan kesempatan itu untuk bisa mendapatkan hati Arwin dan ternyata berhasil, Sinta resmi berpacaran dengan seorang playboy seperti Arwin yang sialnya sangat tampan! Terlebih lagi ia merupakan anak dari keluarga Wiranto. Tapi akibat kebodohannya sendiri ia malah dicampakkan oleh Arwin.