Gior tiba-tiba sudah menghilang seperti debu yang beterbangan tertiup oleh angin.
Hanya tersisa William dan Nigia di dalam ruangan seluas itu. Tak ada yang lainnya.
"Jadi? Kamu mau minum apa?" Tanya Nigia dengan agak gugup dan takut.
"Jadi?Jadi kau bilang? Kenapa kau malah setenang ini Nigia?" William merasa sudah tak punya harapan.
Dia sampai meringkuk di lantai, seperti orang miskin yang lapar dan kedinginan ia terlihat pucat.
"Hei, tuan Gior hanya ingin mencari tempat untuk memikirkan dan menenangkan pikirannya. Jangan terlalu takut dengan hal lain. Dia akan kembali mungkin 2 jam lagi."
Wajah William makin pucat, seperti tak dapat harapan lain lagi. Apa yang harus dilakukannya sekarang? Dirinya pun tidak tahu menahu.
"Aku mau - membuat minum dulu. Tunggulah disini." Kata Nigia sambil pergi membawa gelas untuk minum teh.
5 menit setelah Nigia membuat teh ia melihat William seperti mayat yang terkapar di lantai. Kaget setengah mati dengan tingkah William yang terlalu panikan.
"A-a-apa yang kau lakukan? Aduh.. sudah kubilang tuan Gior akan kembali nanti, jangan panik macam itu dong."
Nigia yang ikut panik jadi tidak beraturan tingkahnya.
2 jam setelah Gior datang ke Neongeosis Room, dia melihat sesuatu yang membuat orangtua berumur berapapun itu bisa terkena serangan jantung.
"Ap - dasar gila, kubunuh juga kalian berdua bisa-bisa."
Nigia yang tingkahnya tidak jadi teratur langsung berdiri tegap. Seperti merasa ketakutan.
"Hah? Apa dia sudah mati Nigia? Hmm.. dasar."
Gior yang merasa jengkel dengan tingkah laku anak kecil macam William langsung menendangnya sampai ke sofa kecil milik Neongeosis Room.
"Akh! Oi kau apa-apaan?! Baru datang sudah seperti itu kau!"
William dengan marah langsung menarik kerah milik Gior.
"Hei, kau.. mau kubunuh? Berani-beraninya dirimu menarik kerah orangtua seperti ini."
"Kau mau membunuh?! Tusuk aku coba, orangtua macam kau bisa apa?! Tua bangka!"
Dengan nada suara keras William menarik kerah Gior lebih kuat dan langsung ingin melempar Gior, tapi pergerakan itu langsung terhenti saat William merasa Gior sangat berat.
"Ugh.. kenapa? Kenapa berat sekali orangtua ini? Agh.. sialan."
Gior dengan santainya menggenggam lengan William untuk melepaskan diri lalu melemparkannya seakan-akan William tidak memiliki berat sama sekali.
"Waaahh..! Kakek tua gila!"
"Bruak!" Suara benturan William dengan dinding Neongeosis Room. William sepertinya tak punya energi lagi, walaupun tubuhnya terlihat pulih tapi itu hanya sebuah tiruan tubuhnya. Tubuh aslinya malah sudah kehabisan tenaga untuk bergerak atau melakukan hal lainnya.
"Lebih lemah, padahal sudah bertahun-tahun aku mencari kandidat yang bisa mewarisi kekuatan ini, aku - sepertinya gagal." Kata Gior dengan nada seperti orang menyerah, tak punya harapan lagi kepada orang lain.
"Hah? Kau mencari pewaris ternyata?" Kata William yang terbangun dari pingsannya.
Gior membuka matanya lebar-lebar karena tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Seperti merasa tak percaya, ada yang masih bisa menahan kekuatannya.
"Hahaha.. sebuah kebercandaan ataupun kebetulan macam ini. Tak mungkin terjadi kalau dirimu tak kuat."
"Sudah, jangan basa-basi lagi, kandidat bukan? Untuk kekuatan apa?" Tanya William dengan tampang serius nya.
"Kekuatan waktu tentu saja."
Kata Gior dengan santainya.
'Waktu? Mengendalikan waktu?'
Pikir William.
"Nak, kau itu, apakah tubuh itu hanya wadah?" Tanya Gior sambil menunjuk William.
"Hah?" William kebingungan."Hei tua Bangka, jaga bicaramu." William mengepalkan tangannya.