"Biadab makhluk aneh ini, tak akan kulepaskan kau. Lihat saja, 40% kekuatan yang kusimpan barusan akan kupakai."
William merasa dia akan hanya akan bisa bertahan sampai beberapa menit. Beberapa menit yang berharga itu jika sia-sia mungkin akan menjadi sampah.
"Kau, menjadi tak berotak ya? Kalau begitu hanya ada satu cara - untuk mengalahkanmu."
Matthow langsung melepaskan lengannya dari Kima, baru melepaskannya ia langsung melesat ke arah William.
Sambil membawa, sebuah belati yang memiliki warna seperti berlian, berlian yang berwarna gelap. Matthow langsung menusuk di bagian jantung William.
"Urgh, sialan - kau."
Matthow tersenyum seperti psikopat. Menusuk lebih dalam lagi, sampai menembus tubuh William.
"Haha, tak kusangka, kau menjadi selemah ini William."
Dalam hati William hanya ingin selamat dan juga tentang Kima.
'Apa memang harus menjadi macam ini? Tak mungkin Kima akan selamat jika aku tak selamat.'
Hanya itu dipikirannya, tak ada yang lain.
Pandangannya mulai kabur, kepalanya pusing, nafasnya terbatas, rasa sakitnya mulai terasa olehnya.
"Hah... Kenapa terasa lebih parah, hah... Padahal.. sama - saja."
William sudah langsung gugur dari pertarungannya. Apa yang akan dilakukannya?
Di sisi lain, di alam bawah sadar William.
"Apakah kau masih disana? William?"
Suara Gior terdengar terus di kepala William, William bisa mendengarnya, Gior memanggil dirinya.
"William, hei.. kau, haish. JANGAN TIDUR TERUS!"
"Wah!"
Di depan wajahku, ada wajah seorang kakek-kakek, berhidung panjang, telinga macam elf.
"Kau pura-pura pingsan kan? Hah... Kau mati lagi ya? Aku sepertinya harus mengembalikanmu lagi."
'Kenapa aku disini? Aku harusnya sudah mengeluarkan 40% kekuatanku bukan?' Pikir William.
"Dasar.. Nigia, ayo bantu aku mengembalikannya." Si Gior menyuruh Nigia mendekat kepadanya.
"Hah? Ba-baiklah, tapi takutnya nanti aku akan kehabisan stamina." Kata Nigia sambil terus bersembunyi di belakang sofa milik Neongenesis Room.
"Ayo, kubantu berdiri dulu." Gior mengulurkan tangannya untuk membantu William
William dibantu berdiri oleh Gior. Nigia juga mendekati William.
"Ceritakan masalah kematianmu hingga bisa masuk ke sini."
"Aghh.. hei, ada orang yang sedang kesakitan, kenapa kau malah langsung menanyakan hal macam itu. Obati dulu kan bisa."
Gior berekspresi jengkel oleh karena William.
"Memangnya ada yang lecet atau terluka? Lihat dulu dirimu. Baru bicara."
"Hah? Maksudmu apa? Tunggu - perasaan tadi ada luka lubang di tubuhku. Hei, kau sudah menyembuhkannya ya?"
Gior melihat ke arah William dengan jengkel lagi.
"Sudahlah, kau di sini saja selamanya. Aku malas mengurusmu."
"Hah? Hoi, tunggu."