- Now, year 1522
Passenger ship, East Blue.
Sembari melipat tangan di railing dek utama kapal, Allira memejamkan mata. Gadis dengan surai kelabu itu menikmati semilir angin yang menerbangkan setiap helai rambutnya. Suara kicau burung camar dan pusaran kecil air laut, bagai melodi yang mengalun merdu di indra pendengarnya.
"Ada kapal di sebelah kiri! Ada bendera bajak laut di tiangnya! Ada kapal bajak laut! Serangan musuh! Serangan musuh!"
Teriakan ketakutan yang berasal dari salah satu awak kapal membuat Allira mau tidak mau membuka matanya dengan paksa. Gadis kelabu menoleh ke seberang, sedikit menyipitkan mata dan melihat sebuah kapal dengan bendera hitam bersimbol tengkorak dengan hati berwarna pink di tengahnya. Lambang itu familiar di matanya, namun ia tidak terlalu mengenalnya. Ia hanya tahu bahwa itu adalah salah satu kelompok Bajak Laut terlemah──yang faktanya memang begitu──yakni, kelompok Bajak Laut Alvida.
Tiba-tiba, kapal bergetar karena Bajak Laut Alvida menyerang menggunakan bola meriam. Segera, teriakan ketakutan para pengunjung turut bergema. Nahkoda dengan susah payah memberikan instruksi kepada penumpang agar tetap tenang, namun, sebagian dari mereka mengabaikan karena telah terlanjur dilanda kepanikan.
BOOM! BOOM! (BA!) BOOM! BOOM! (BA! OPPA!)
[A/n: abaikan kata dalam kurung di atas, saya Blink.]
Berturut-turut, bola meriam dari kapal Alvida terus menyerang ke perairan sekitar kapal dan kapal pengunjung itu sendiri. Berbeda dengan orang lain yang bahkan sampai terjatuh dikarenakan kapal bergetar bergoyang kanan kiri asek!, Allira tetap berjalan seperti biasa, kondisi kacau di kapal tidak membuatnya kehilangan keseimbangan sama sekali. Tujuannya hanya satu; dapur. Yah, gadis itu merasa lapar di tengah situasi kacau ini.
Mana kala Allira mendengar suara rusuh dari belakang ataupun depan, ia tetap melanjutkan perjalanannya tanpa melihat dari mana suara-suara itu berasal. Tetapi, Allira mengetahui bahwa kerusuhan itu diciptakan oleh anak buah Alvida atau kemungkinannya Alvida itu sendiri.
Sesekali ia akan berjumpa dengan beberapa dari mereka. Ada yang menggodanya, ada pula yang mengancam untuk membunuh dirinya. Namun, mereka semua yang melakukan kedua hal itu memiliki akhir yang sama; tewas dengan kepala terpenggal, seolah mereka telah dipenggal oleh sebilah pedang tipis teramat tajam.
Begitu Allira sampai di dapur, gadis itu melihat empat anggota kru bajak laut Alvida yang hendak menghancurkan sebuah tong untuk mengeluarkan isi tong. Pedang tipis berwarna biru yang terbuat dari kristal entah bagaimana sudah berada tepat di tangan kanannya. Ketika ia hendak mengayuh pedang itu untuk menebas leher mereka, gadis bersurai abu-abu tersebut dikejutkan dengan tong yang hancur terlebih dahulu dengan keluarnya seorang manusia bertopi jerami dari sana.
'Topi itu familiar... siapa pemuda bertopi jerami itu?' tanya Allira dalam hati. Ia bersender di dinding sambil meminimalisir hawa keberadaannya ke tingkat sedang. Melipat kedua tangan di depan dada, dan memandang kelima orang di depannya.
"Uwaaaa!! Tidurku nyenyak sekali!!" Pemuda yang mengenakan topi jerami itu tersenyum lebar, ia tidak menyadari bahwa orang yang hendak menghancurkan tong tempatnya 'tertidur' sudah terpental dan pingsan akibat dirinya. Begitu menyadari ada yang 'tertidur', pemuda tersebut menatap orang-orang yang berdiri di depannya dengan ekspresi bingung. "Hng? Ada apa? Kalian siapa?"
Tiga orang kru tersentak, lalu mereka berteriak di depan pemuda itu dengan sharkface, "tidak, kau siapa?!"
Mengabaikan pertanyaan tiga orang tersebut, pemuda itu melangkahkan kaki keluar dari tong pecah dan berkata, "dia akan masuk angin jika tertidur di sana, kau tahu."
"KAU YANG MENYEBABKANNYA!"
Salah seorang dari mereka mengacungkan pedang ke pemuda yang mengenakan topi jerami itu. Ia menggeram, dan mengatakan padanya bahwa mereka adalah bajak laut yang tidak boleh dipermainkan. Alih-alih merespon pemuda bertopi jerami itu mengabaikannya, dan malah mengobrol bersama seseorang yang sedari tadi diabaikan, anak laki-laki bersurai merah muda. Ketiga orang itu makin emosi. Mereka mengangkat senjata, bersiap untuk menyerang. Begitu pedang hendak mencapai leher keduanya, pemuda bertopi jerami itu menepisnya dan membuat ketiga pedang tersebut langsung patah. Kejadian barusan, membuat tiga kru anak buah Alvida bingung dan bergetar ketakutan.
Pemuda bertopi jerami itu melipat kedua tangannya di depan dada, menatap ketiga pria di depannya. "Apa-apaan ini?"
"S-siapa kau?!" tanya salah seorang dari mereka.
"Aku? Aku Monkey D. Luffy, senang bertemu denganmu!"
'Monkey... terlebih 'D'? Apa dia punya hubungan dengan Wakil Admiral Angkatan Laut, Garp si tinju?' Tolong ingat jika bukan hanya ada kelima orang tersebut yang berada di dapur. Protagonis kita sedari awal juga telah berada di tempat ini.
Ketiga anak buah tersebut berteriak ketakutan. Mereka berdiri agar bisa kabur namun, sebelum mereka bisa melakukannya, sebuah siluet kelabu melesat cepat melewati ketiganya, dan entah bagaimana ketiga pria itu langsung pingsan. Allira─si pelaku─mengibaskan kedua tangan, seolah sedang membersihkan debu yang teramat kotor.
"Apa... apa yang baru saja terjadi?" gumam anak laki-laki culun bersurai merah muda kebingungan.
"Kau yang melakukannya? Siapa kau?" tanya Luffy heran.
Allira menatap Luffy, bibirnya membentuk senyum tipis. "Aku Allira, 18 tahun. Salam kenal, kalian berdua."
"Ore wa Luffy!"
"Bo-boku wa Coby desu." tutur Coby dengan suara teramat kecil. Seolah tersadar akan sesuatu, pemuda itu lalu berteriak, "ce-cepat lari! Jika Alvida-sama mengetahui anak buahnya telah dihajar oleh orang asing, dia pasti akan membunuh kalian!"
Tak mengindahkan itu, Luffy justru tersenyum lebar. "Aku sungguh kelaparan!"
"Aku juga, makanya aku datang kesini. Tapi aku menunda karena kalian sedang berselisih dengan mereka." sahut Allira, manik kuningnya yang menyerupai seekor serigala melirik ke arah 4 pria yang pingsan di lantai.
"Sokka!"
Coby melebarkan mata mendapati respon kedua orang itu jauh dari perkiraannya. "Kenapa kalian berdua bisa begitu santai?! Anggota mereka masih berada di atas dek situ! Ikut aku ke arah sini!"
Ia mencoba menarik Luffy lebih dahulu untuk segera keluar dari kapal, namun tenaga Luffy yang cukup kuat mampu untuk mengabaikan tarikan Coby dan tetap berjalan ke gudang tempat penyimpanan makanan, diikuti dengan Allira yang tersenyum geli melihat interaksi keduanya dari belakang.
Begitu memasuki gudang penyimpanan makanan, Luffy berseru kagum dan langsung melompat ke bawah, Allira mengikuti. Sedangkan, Coby memastikan pintu terkunci rapat meski dilanda rasa takut.
"Sepertinya mereka tidak bisa menemukan kita di sini!"
Coby lalu berbalik, menatap gelisah Luffy yang kegirangan dengan Allira yang sedang memakan apel dengan tenang. Anak laki-laki itu menuruni anak tangga satu persatu sambil berkata, "na-namaku Coby. Kalian adalah Luffy-san dan Allira-san, 'kan? Kalian berdua tadi sangat hebat! Bagaimana kalian melakukannya?"
"Aku hanya melompat dan memukul kuat tengkuk ketiga orang itu." respon Allira, gadis itu kini sedang berfokus memasukkan beberapa apel ke dalam tas ranselnya yang berukuran sedang.
"'Hanya'...?" Coby bertanya tidak yakin. Bagaimana mungkin dia membuat mereka pingsan hanya melompat dan memukul kuat tengkuk mereka sesederhana itu?
Berbeda dengan Allira, Luffy malah menjawab hal yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan pertanyaan Coby.
"Ini sangat enak!" katanya sambil memakan apel, "apakah ini kapal bajak laut?"
"Bukan, ini kapal penumpang yang dirampok oleh bajak laut... apa namanya? Arevida? Aloran? Adiva? Yah, aku tidak ingat namanya yang jelas kapal ini telah dibajak oleh sekelompok perampok." jawab Allira.
"Anoo... Allira-san, yang benar bajak laut Alvida-sama." koreksi Coby.
"Yah, itu."
"Oh, aku tidak terlalu peduli sih." Luffy masih asik sendiri dengan aktivitasnya. "Apakah ada perahu kecil di sini?"
Gadis bersurai kelabu menggeleng, "aku tidak tahu karena aku hanya seorang penumpang baru, tapi untuk kapal sebesar ini setidaknya pasti ada sekitar empat atau lima perahu kecil."
Coby menoleh menatap Allira lalu menganggukkan ragu. "U-um, tabun..."
"Omong-omong, mengapa kau membutuhkan perahu kecil, em... Luffy?"
Luffy melanjutkan aktivitasnya lalu mulai bercerita, "kapalku tertelan pusaran air raksasa."
"Maksudmu, pusaran air itu?" Coby terkesiap. "Tidak ada yang bisa bertahan menghadapi itu!"
"Tapi orang yang bisa bertahan dari itu sekarang berada di depanmu, dengan aman dan sehat, Coby-kun." tutur Allira tertawa kecil. Ia merasa bahwa kalimat yang Luffy ucapkan itu bukan hanya kebohongannya semata. Tampang polos pemuda itu seakan menjelaskan semuanya.
Luffy menoleh ke arah Coby dan Allira lalu tertawa. "Yahh... itu mengejutkan sekali!" Coby speechless. "Apa kalian merupakan anggota dari bajak laut itu juga?"
Lawan bicaranya menggaruk kening. "Aku 'kan, sudah bilang. Aku hanya seorang penumpang." Obsidian madunya melirik ke arah anak laki-laki berambut merah muda. "Coby-kun wa?"
Mendapat pertanyaan seperti itu, Coby terlihat murung. Ia menunduk, mengepalkan tangan dan menatap ke bawah. Ingatannya kembali menerawang ke masa lalu. Kemudian, ia mulai bercerita bahwa pada suatu hari ketika ia sedang memancing di pinggir kota, tanpa ia ketahui perahu yang ia naiki ternyata berlayar menuju sebuah kapal bajak laut dan tentu saja, ia ditangkap oleh bajak laut itu.
"Dua tahun sudah berlalu sejak saat itu. Sebagai ganti nyawaku, aku dipaksa untuk menjadi budak." jelas Coby selesai.
"Astaga, kau bodoh sekali!" komentar Luffy.
"Aku setuju dengannya. Kau memang bodoh dan sangat ceroboh, Coby-kun." Allira gadis itu menatap Coby dengan tatapan datarnya. Jika dia tidak mengetahui apapun mengenai cuaca atau navigasi, dia seharusnya tidak memancing dengan perahu, terlebih di perairan yang jauh dari pinggir kota.
Mendengar komentar pedas dari dua orang yang baru kali ini ia ajak bercerita, Coby menutup wajah menggunakan kedua telapak tangan. Merasa sakit hati dan malu karena kejujuran mereka. "Kejujuran kalian kejam sekali..."
"Jika kau tidak suka, kabur saja!"
Mana kala Coby mendengar usulan gila Luffy mengenai 'kabur', Coby lantas menggeleng keras. Dia tidak mempunyai keberanian untuk melakukan itu! "Tidak bisa! Tidak mungkin! Tidak mungkin! Hanya membayangkan Alvida-sama menangkapku saja, bisa membuatku takut dan lututku lemas..."
"Oh, ternyata kau juga pengecut? Astaga, aku benci dirimu!" komentar Luffy sambil terrawa. Coby menangisi komentar Luffy yang blak-blakan.
Allira diam-diam mencibir. 'Pantas saja dia tidak bisa kabur...' setelah memindai fisik anak laki-laki itu yang terbilang lemah, Allira berasumsi bahwa dia tidak mempunyai peluang untuk kabur selama ini pasti karena sifatnya yang suka ragu-ragu terhadap suatu hal dan juga penakut akut.
Tanpa sadar gadis itu mengepalkan tangan. Tidak, ia tidak membenci Coby karena sifatnya yang seperti itu. Sifat anak laki-laki itu... mengingatkannya akan dirinya di masa lalu. Andai saja... andai saja di masa lalu ia tidak ragu-ragu... keluarga dan teman-temannya pasti...
Menggelengkan kepala, Allira mencoba untuk tidak mengingat kenangan buruk masa lalunya itu dan kembali memfokuskan atensinya pada Luffy dan Coby.
"Ehm, apa yang mendorong kalian untuk pergi ke lautan, Luffy-san, Allira-san?" tanya Coby tiba-tiba.
Allira menimang apa ia harus menjawab jujur atau berbohong. East Blue bukanlah lautan tempat ia berasal dan ia pergi ke sini untuk bertemu kliennya satu minggu lagi. Pada akhirnya gadis itu memilih untuk menjawab, "Hm... aku ke sini untuk bertemu dengan kenalanku. Bagaimana denganmu, Luffy?"
"Aku akan menjadi Raja Bajak Laut!" Tersenyum lebar, Luffy menjawab.
Tidak hanya Coby, Allira pun turut terkejut walau gadis kelabu itu lebih bisa mengontrol reaksi dibanding... Coby yang sudah kepalang sendiri.
"R-Raja Bajak Laut...?" Coby tergagap.
"Ya."
"Apakah kau serius?"
"Serius."
"Tunggu, jadi kau adalah bajak laut, Luffy-san?"
"Ya."
"Bagaimana dengan anggotamu?"
"Tidak punya. Aku baru saja akan mencarinya."
Sudut mata Allira berkedut. 'Apa-apaan dia?' pemuda bertopi jerami itu dengan lugas berkata bahwa dia ingin menjadi Raja Bajak Laut tetapi dia bahkan baru mau memulai persiapannya sekarang? Pasti ada yang salah dengan isi kepala orang itu.
Coby tiba-tiba bangkit dari posisi duduknya. Berteriak, "Raja Bajak Laut adalah gelar yang diberikan kepada orang yang mendapatkan segalanya di dunia ini! Itu artinya mencari kekayaan," Luffy mengangguk. "Kejayaan," Luffy kembali mengangguk. "Serta dengan kekuasaan. One Piece!!"
"Ya!"
"Hanya 'ya'? Bajak laut di seluruh dunia juga sedang mencari harta karun itu!" Coby menggeram, anak laki-laki itu gemas dengan jawaban polos Luffy.
"Aku juga mencarinya!"
Kembali mendengar jawaban blak-blakan Luffy, Coby lantas menggelengkan kepalanya berulang kali. "Tidak mungkin! Tidak mungkin, tidak mungkin! Sama sekali tidak mungkin! Tidak mungkin kau bisa berdiri di puncak Era Bajak Laut ini! Tidak mungkin! Tidak mungki──"
BUAK!
BUAK!
Setelah puncak kepalanya dipukul dengan dua tinju, Coby berakhir dengan terjatuh ke bawah dan mendapat dua benjolan di kepalanya. Anak laki-laki bersurai merah tersebut berseru protes, "kenapa kalian, terlebih Allira-san, memukulku?"
"Tidak ada alasannya."
"Untuk menyadarkanmu, mau semustahil apapun mimpi seseorang, entah dia bisa melakukannya atau tidak, jangan pernah meremehkannya."
Luffy dan Allira menjawab bersamaan.
Mendengar jawaban Allira, Coby tertegun selama beberapa saat. Obsidian anak laki-laki itu bergetar lalu kedua tangannya ia kepalkan, 'Benar, Allira-san benar.' aku tidak boleh meremehkan mimpi seseorang mau semustahil apapun mimpinya. Jika begitu apakah dia juga bisa untuk mencapai mimpinya, tanpa harus meremehkan dirinya sendiri?
Luffy tersenyum dan memegang bagian atas topi jeraminya, "Lira benar. Itu bukan tentang bisa atau tidak. Aku akan melakukannya karena aku ingin melakukannya!" Luffy melepas topi jerami yang ia kenakan, memegang di tangan lalu menatapnya. "Aku sudah memutuskan untuk menjadi Raja Bajak Laut. Jadi, tidak apa-apa walaupun aku mati saat memperjuangkannya."
'Dia... serius dengan perkataannya.' Dari nada dan intonasi suara, Allira tahu bahwa Luffy pemuda bertopi jerami itu serius. Retina madunya menatap Luffy respect. Sangat jarang ia bertemu dengan orang yang memiliki tekad kuat seperti itu. 'Tapi kenapa dia menyebut namaku 'Lira'?' batinnya jengkel, anehnya gadis itu tak melayangkan protes.
Luffy berjalan ke pintu gudang, hendak keluar. "Sekarang, aku sudah kenyang. Aku akan pergi mencari perahu. Tidak tahu apakah mereka akan memberinya padaku jika aku minta. Semoga mereka bermurah hati."
"Sepertinya tidak akan," sangkal Allira, mengikuti Luffy dari belakang. "Kecuali jika kau menyuap." sarannya, menyesatkan.
"Apa maksudnya?" bingung Luffy. Ia tidak tahu apa arti kata 'menyuap' yang Allira ucapkan.
Allira menyengir nakal, "kau harus membayar petugas dengan mahal jika ingin mendapat perahu."
"Ehhh?! Tapi aku tidak membawa banyak uang!" Luffy merengek.
"Bukannya brusan kau baru bilang dengan penuh tekad bahwa kau akan menjadi Raja Bajak Laut? Seharusnya kau punya uang, 'kan?" sweatdrop Allira. Luffy dia bilang dia ingin menjadi Raja Bajak Laut tetapi bahkan dia tidak punya cukup uang untuk menyewa sebuah perahu kecil! Ah, isi kepala pemuda ini memang sepertinya mempunyai sedikit masalah.
"Aku belum pernah memikirkannya... apakah menurut kalian aku juga bisa melakukannya? Apakah aku juga siap mati untuk itu?" sahut Coby tiba-tiba, membuat Allira dan Luffy sama-sama menoleh.
"Apanya?"
"Untuk apa?"
Lagi, Allira dan Luffy merespon secara serentak.
"Apakah menurut kalian, aku bisa bergabung dengan Angkatan Laut?"
"Angkatan Laut?" tanya Luffy.
Coby bangkit dari jatuhnya, mengepalkan tangan, lalu menatap penuh tekad kedua lawan bicaranya. "Ya! Menangkap orang jahat adalah impianku! Itu adalah impianku sejak kecil! Apakah menurut kalian aku bisa?"
"Entahlah," Allira mengangkat bahu. "Jangan tanyakan padaku, tanyakan pada dirimu sendiri; 'Apakah aku bisa melakukannya?', 'Apakah aku bisa menangkap orang jahat?', 'Apakah aku bisa mewujudkan impian yang kudambakan sejak dulu?', itu semua bergantung pada dirimu sendiri. Asal kau mempunyai niat dan tekad serta melakukan hal yang sesuai untuk mencapai keinginanmu, you'll surely find the answer, Coby."
"Itu benar!" Luffy mengangguk setuju.
"Aku paham! Aku akan melakukannya! Jika aku akan menjadi budak seumur hidup, maka aku akan menerobos keluar dan sini dan menangkap Alvida-sama... bukan, Alvida!"
Allira tersenyum kecil, "yah, itu bagus──"
BRUGHH!!
🐚
TO BE CONTINUED.
2374 words.
A/n: kepanjangan, jadi saya lanjut di chapter selanjutnya.
love you, teman-teman!💗