Acara ulang tahun Rayna membawa dampak positif , banyak klien papa Rayna yang tau bahwa Vero adalah pacar Rayna dan semua yang mengatur untuk acara Rayna adalah Vero. Papa Rayna terus menyanjung Vero di depan kliennya. Dia menceritakan apa saja bisnis Vero. Ada yang menghubungi vero untuk minta dibuatkan iklan, ada yang meminta Vero kerja sama bisnis online Vero yang bisa dikatan menjadi raja marketplace untuk kategori fashion pria. Ada yang ingin bekerjasama degan Vero di bidang kuliner, ada juga yang mengundang Vero di kampus-kampus sebagai motivator pengusaha muda yang sukses. Bukan hanya Vero yang merasakan berkahnya tapi teman-temannya juga, karena setiap kali Vero mendapat job, pasti dia juga mengikut sertakan bisnis teman-temannya. Vero juga berniat melelang usahanya yang diluar kota yang dia rintis ketika Rayna bertunangan dengan Sabda dulu. Bisnis di kotanya sendiri saja sudah membuat Vero kuwalahan sampai Robby sudah membantu Vero semenjak masih kuliah dulu.
Sesibuk apapun Vero dia selalu makan siang bersama Rayna. Ketika ia menerima tawarn menjadi motivator Rayna diajaknya kalau Rayna sedang tidak banyak pekerjaan. Vero akan nyaman jika ada Rayna yang menemani.
Dan siang ini ketika selesai makan siang, Vero mengajak Rayna ke taman. Dia berencana mengunjungi caffe dan restonya yang ada di luar kota. Untuk itu dia harus bicara dengan Rayna.
"Rayn, Aku mau mengunjungi resto yang ada di luar kota. Sudah lama aku cuma lihat laporan dari bawahanku. Aku harus melihat langsung sesekali jadi kalau ada yang berminat membeli resto aku bisa memaparkan bagaimana kondisi restonya." Kata Vero.
"Trus?" Tanya Rayna.
"Mungkin aku mau keluar kota sehari." Kata Vero. Mendengar kata keluar kota ingatan Rayna kembali pada Sabda. Rasa cemas menyerangnya.
"Aku ikut." kata Rayna sambil menatap Vero.
"Aku berangkat malam, Rayn. Biar paginya aku bisa langsung ke resto dan nyelesaiin urusanku. Aku janji ngga sampai sore aku udah kembali. Mana mungkin aku ajak kamu kalau kita belum menikah. Nanti orang mikir macem-macem."Kata Vero. Tiba-tiba Rayna melingkarkankan lengannya ke leher Vero. Wajahnya dia telungkupan di bahu Vero. Air matanya jatuh membasahi bahu Vero.
"Jangan kemana-mana Ver. Aku ngga mau jauh sama kamu. Aku takut." kata Rayna. Sungguh memorinya kehilangan Sabda berkeliaran di dalam ingatannya. Rayna takut mengulangi kejadian yang sama.
"Aku ngga kemana-mana. Aku janji sore aku udah ada di depan kamu."
"Nggak Ver, Nggak! Aku ngga mau kamu kemana-mana. Kamu jangan capek-capek." Kata Rayna. Tangisnya tidak mau berhenti. Vero menenangkan Rayna. Vero paham pasti Rayna trauma atas kejadian kehilangan Sabda. Sabda pun keluar kota tidak lama setelah bertunangan dengan Rayna. Vero melepaskan pelukan Rayna. Dia tatap mata Rayna yang penuh air mata. Seperti biasa, Vero yang menghapus air mata itu.
"Rayn, kamu percaya kan sama aku? Aku ngga akan ninggalin kamu. Kamu tau, ada Mama sama adikku yang masih butuh aku. Ada kamu juga. Pasti aku bakalan hati-hati disana. Aku Janji. Semuanya akan baik-baik saja. Kamu cukup doain aku." Kata Vero.
"Vero, kamu nggak tau rasanya jadi aku!Aku takut Ver!" Kata Rayna.
"Rayna, tenanglah."
"Rayn, kamu bisa cek lokasi aku biar kamu tau aku dimana, aku sampai mana."
"Ver, dulu Sabda juga selalu hubungin aku! Bahkan aku tau dia sampai pulang ke rumah! Tapi nyatanya? Dia ninggalin aku!"
"Rayn, kamu jangan lupa dengan takdir. Takdir aku sama Sabda beda. Kamu hanya perlu doain aku." Mendengar ucapan Vero, Rayna diam. Dia sedang mencoba menenangkan hatinya.
"Kamu kapan berangkat? Sama siapa?" Tanya Rayna. Tangisnya perlahan mereda.
"Malam ini boleh? Sendirian."
"Apa aku ngga boleh ikut kamu? Aku bener-bener takut." Kata Rayna. Kepalanya disandarkan di bahu Vero.
"Nanti kalau kamu jadi istri aku, aku bawa kamu kemanapun aku pergi." kata Vero. lalu mengecup kepala Rayna. Rayna kemudian menelpon papanya. Suaranya masih terdengar serak. Rayna pamit mau langsung pulang setelah makan siang.
"Aku mau pulang, Ver. Aku pusing." Kata Rayna.
"Kita ke dokter ya?"
"Aku butuh istirahat aja. Kamu nanti malam hati-hati ya berangkatnya?" Kata Rayna. Perasaan Vero jadi tidak enak. Dia merasa Rayna sedang marah. Vero tidak banyak bicara lagi. Sampai rumah pun Rayna langsung masuk kamar, tidak mengatakan apapun pada Vero. Vero juga langsung pamit pada mama Rayna.
"Siang kok udah pulang, Ver?" Tanya mama.
"Iya ma, Vero pamit ya ma."
"Ver, berantem sama Rayna?" Tanya mama Rayna kemudian mengajak Vero duduk di kursi teras.
"Vero besok mau ngunjungin Resto Vero yang di luar kota ma, Udah lama Vero nggak kesana. Rayna sepertinya masih ada rasa trauma, dulu Sabda meninggal karena sakit setelah ke luar kota buat melihat proyek kan?" Jawab Vero. Mama Rayna tampak berfikir.
"Ya sudah kamu hati-hati ya. Nanti biar mama yang bicara sama Rayna. Kamu yang sabar ya Ver menghadapi Rayna."
"Iya, Vero ngerti kok, ma." Kata Vero lalu berpamitan.
Benar saja, semenjak pulang dari kantor memang tidak ada kabar sama sekali dari Rayna. Pesan Vero ketika memberi kabar akan berangkat pun tidak dibalas sampai esoknya. Rayna di rumah pun tidak pegang ponselnya sama sekali. Hatinya was-was. Dia selalu berdoa untuk Vero, tapi cemas itu masih ada.
"Rayna, hilangkan rasa cemas itu." Kata Mamanya.
"Apa Rayna mau dinikahkan sama Vero secepatnya? Biar Rayna bisa ikut Vero kemana-mana?" goda papanya.
"Rayna masih mau kerja,pa."
"Rayna masih bisa tetep kerja kok. Rayna pikir, siapa yang mau meneruskan memimpin perusahaan papa kalau bukan Rayna?"
"Ya suami Rayna aja nanti."
"Jadi mau nih nikah sama Vero??" Goda mamanya. Rayna tersipu malu. Selesai sarapan pagi itu, Rayna pergi ke makam Sabda. Seperti biasa dia mengganti bunga yang sudah layu menjadi bunga yang masih segar.
"Sabda, terima kasih meminta Vero menjagaku. Aku ngga tau kalau bukan Vero yang menggantikan posisi kamu, mungkin aku ngga bisa kesini setiap minggu." Kata Rayna. Setelah ke makam Sabda Rayna duduk-duduk sebentar di taman yang tak jauh dari pemakaman. Taman dimana dia disadarkan oleh Vero kalau Sabda sudah tidak ada. Rayna duduk di bangku dibawah pohon dimana dia sempat pingsan ketika Vero menyadarkannya dari halusinasi setelah kepergian Sabda. Dia mengenang saat-saat itu. Tidak ada lagi kesedihan ketika dia mengenangnya. Matahari semakin naik, rasanya semakin terik. Rayna melihat jam di pergelangan tangannya. Pukul 11.
"Vero pulang jam berapa ya?" Tanyanya pada dirinya sendiri.
"Kalau kangen kenapa nggak buka pesannya?" Tanya seseorang yang berdiri di belakang Rayna. Rayna menengok ke arah suara itu.
"Vero!!" Panggil Rayna lalu memeluk Vero.
"Aku tepatin janji kan? Aku cuma sebentar." Kata Vero lalu mengajak Rayna duduk.
"Kok ngga ngabarin aku sih kalau pulang!" Kata Rayna. Vero tidak langsung menjawab, dia keluarkan ice cream dari tas plastik kecil dari minimarket. Lalu membukakan ice cream corn untuk Rayna. Rayna menerimanya.
"Satu, Kemarin kamu diemin aku sampai chatku ngga dibalas. Dua, Aku pamit chatku ngga dibalas juga. Tiga, Kalau aku ngga ngajak robby ke resto, aku mana bisa sampai sini jam segini. Empat. Aku teleponin daritadi ngga diangkat. Semarah itu sama aku?" Tanya Vero.
"Ngga marah kok, siapa juga yang marah."
"Trus kenapa chat aku ngga dibales?"
"Aku cuma mau berdamai dengan keadaan. Aku lagi ngga pengen diganggu siapa-siapa dan ngga pengen tau apa-apa."
"Sekarang juga ngga mau diganggu siapa-siapa?"
"Iya maaf, aku kayak anak kecil ya?" Tanya Rayna lalu memakan ice creamnya. Vero tersenyum. Lalu dia mencolekkan ice cream ke hidung Rayna.
"Vero!!!" Teriak Rayna. Vero tertawa, Rayna juga.
"Jangan sedih lagi ya? kamu percaya kan, semua orang punya takdir masing-masing. Dan aku selalu berdoa semoga Takdir kita bersama sampai tua nanti." Kata Vero lalu mencium puncak kepala Rayna. Rayna mengangguk.
"Kamu beli cuma 1 sih ice creamnya."
"Iya biar bisa join sama kamu dong." Kata Vero lalu tersenyum. Lalu Rayna menyuapkan juga ice cream ke mulut Vero.
"Cerita dulu tadi kamu kesini dijemput siapa?"
"Mobil ku tinggal di parkiran bandara. Nih aku ceritain kronologisnya, coba deh lihat aku chat kamu berangkat jam berapa? Jam 10 malam, sampai sana jam 11 malam. Langsung nyari penginapan di dekat resto. Besok paginya karyawanku pada kalang kabut karena mereka udah biasa nyantai buka resto agak siangan selamaini. Karena aku udah lama banget ngga pernah kesana. hampir satu tahun loh, pas aku kesana jam 7 pagi yang harusnya mereka udah masak buat menu sarapan mereka malah baru datang. Aku yang ngga tenang mikirin kamu malah jadi bad mood, aku marahin mereka semua trus akhirnya dihandle sama Robby. Jam setengah sepuluh aku udah flight sampe sini jam setengah 11. Aku telepon kamu, kamu ngga angkat, aku ngebut dari bandara karena weekend jalanan kota ngga semacet kalau hari evektif, aku cari kamu dirumah, ngga ada. Aku ingat kamu kemarin bilang mau ke tempat Sabda. Aku lewat taman sini, tau ada mobil kamu, langsung deh aku kesini. Ternyata pacar aku nungguin kedatanganku, tapi gengsi ngga mau hubungin dulu." Kata Vero panjang lebar.
"Maaf ya? Dimaafin kan?" Tanya Rayna.
"Aku mau maafin kamu asal cium dulu pipiku." Kata Vero sambil memejamkan mata. Cup! Vero tidak menyangka Rayna akan melakukannya padahal tadi dia hanya menggoda. Pipinya terasa dingin. Ternyata ada ice cream di pipi Vero.
"Ohh... pantesan mau mau aja disuruh cium. Ternyata karena ini." kata Vero sambil melihat Rayna yang sedang membersihkan mulutnya dengan tisu.
"Hehehe, sini sini aku bersihin." Kata Rayna lalu membersihkan ice cream di pipi Vero. Tiba-tiba dengan cepat Vero mengecup bibir Rayna.
"Vero! ini di tempat umum!"
"Manis." Kata Vero sambil tersenyum. Rayna tersipu malu.
"Rayn, mau menikah sama aku?" Tanya Vero. Rayna menatap Vero. Sepertinya Vero serius.
"Mau. Kapan?" Tanya Rayna.
"Besok." Jawab Vero.
"Kamu bercanda ya?! Kamu pikir nikah nggak ngurus surat dulu?!" Kata Rayna.
"Ah, bodoh banget aku! Harusnya kemarin aku lamar kamu sekalian di acara ulang tahun!" Kata Vero sambil menepuk jidatnya.
"Apa sekarang ini kamu sedang melamar aku?" Tanya Rayna. Vero mengangguk.
"Apa harus secepatnya menikah?" Tanya Rayna. Vero mengangguk lagi.
"Kalau aku maunya nanti-nanti?"
"Aku akan tunggu sampai kamu siap."
"Oke,sekarang kita pulang, kamu harus istirahat, nanti malam ke rumah, aku kasih tau jawabannya." Kata Rayna. Mereka pulang kerumah masing-masing karena Vero juga baru datang dari luar kota.
++++
ADA SATU BONUS BAB SEMOGA KALIAN SUKA YACH ^_^