Chereads / La Vida Cousin's: ALARICE ACADEMY / Chapter 16 - [15]. Be Honest To Me!

Chapter 16 - [15]. Be Honest To Me!

Sudah seminggu 3 hari Vien belum juga pulang. Sebenarnya karena waktu, di dunia Chimera satu hari sama dengan dua setengah hari di Alarice. Jadi bayangkan saja sudah berapa hari Vien tak kembali

"Hmm, Vien lama sekali sih." Keluh Violen seraya mengaduk-aduk makanannya

"Dia sudah berjanji untuk pulang secepatnya, jangan terlalu dipikirkan." Tutur Kirene cuek, walau dalam hati sebenarnya ia pun merasa kesepian

Violen menghela nafas. Yang lain pun juga sama. Tak ada Vien, rasanya sangat berbeda

"Kalian."

Semuanya menengok dan terkejut

"Vien?!."

"Astaga kapan kau datang?." Youzu berdiri namun berhenti melihat tatapan dingin Vien

"Vien?. A-ada masalah?." Tanya Exotica

"Siapa Vallen?."

Semuanya tercekat

"Aku cepat-cepat datang kesini, hanya untuk mencari jawabannya. Jawab dengan jujur, atau … aku akan kembali ke dunia Chimera lalu mencarinya. Dan tak akan pernah kembali lagi." Ujar Vien mengintimidasi

Melihat kini mereka menjadi perhatian seluruh orang di kantin, Prisca segera menarik Vien menuju kamar. Diikuti oleh yang lain juga Thsar dan MoonArk

"Vien dengar-."

"Kutanya Vallen siapa?!." Semuanya terkejut melihat tetesan air yang keluar dari mata gadis itu

"Kenapa, kenapa kalian mengrahasiakannya?. Menyembunyikan fakta bahwa aku memiliki adik!." Bentaknya

Kini senyum jahil dan wajah julid gadis itu telah sirna dengan tangisan kecewa dan juga marah

Ia marah kepada dirinya yang baru menyadari fakta tersebut. Dan juga kecewa dengan keluarganya yang sama sekali tak memberitahu fakta sepenting itu

Youzu segera memeluk Vien, membiarkan gadis itu meluapkan semua emosinya. Setelah dirasa agak tenang, Vien duduk dan diberi teh

"Mungkin sudah saatnya." Ujar Exotica tiba-tiba

Youzu dan Prisca saling tatap

"Jadi dulu…" Youzu berhenti untuk mengambil nafas

"16 tahun yang lalu, ibu kita Lilac La Vida melahirkan anak kembar beda gender. Mereka hanya berbeda lima menit. Yang perempuan adalah kau, Vivien La Vida. Dan yang laki-laki … Vallenius La Vida. Namun kalian tumbuh di tempat yang berbeda." Mulai Youzu

"Ketika kekuatan kalian sudah keluar, kalian hendak dibawa ke dunia Mythgium. Namun kau menolak dengan tangisan dan gemetar ketakutan, entah kenapa kau menjadi sangat takut seperti melihat monster. Untuk itu kau tak jadi dibawa dan kami berdua pun tinggal untuk menjagamu." Prisca melanjutkan

"Tapi dua hari kemudian … Daimonter menculik Vallen." Vien terbelalak

"Daimonter?."

"Ya. Mereka menyerang desa Werewolf. Orang tua kita bahkan sampai terluka parah, namun entah mengapa mereka mengincar adik kita. Kami yang masih di masa pubertas paham apa yang terjadi. Mereka tak hanya mengincar Vallen, tapi juga dirimu Vien. Untuk itu kami mencoba menghilangkan Vallen dalam ingatanmu, agar tak ada dendam dan kekuatan batin diantara kalian terputus. Dengan begitu kau selamat." Lanjut Youzu. Sontak Vien berdiri dengan perasaan berkecamuk

"Kalian egois!. Bagaimana bisa kalian seperti itu?!. Apa kalian berpikir bagaimana Vallen disana?!. Dia itu masih kecil." Cicitnya diakhir

"Kami tau Vien. Tapi kita bisa apa?." Cicit Youzu dengan mata berkaca-kaca

Vien mengacak rambutnya frustasi. 12 laki-laki itupun baru tahu seberapa perihnya hidup keluarga itu, dan Vallen memang satu-satunya laki-laki. Namun menghilang terbawa kegelapan

"Aku akan mencari Vallen."

"Tunggu apa?. Vien dengarkan aku, kami juga berencana untuk mencari Vallen." Ujar Sandra

"Tapi kapan?!. Kita tak bisa menundanya lagi!."

"Sampai kita semua siap. Dengar Vien, kita tak bisa melawan Daimonter begitu saja. Harus ada plan dan kekuatan yang cukup." Kata Kirene

"Itu benar. Kami mengerti perasaanmu Vien. Tolong bersabarlah sebentar lagi, oke?." Tambah Violen seraya menggemgam tangan Vien

Vien menghela nafas dan mengangguk lesu. Ia lalu berbaring dan memutuskan untuk tidur, sementara yang lain kembali kekelas karena masih jam pelajaran

"Vallen…"

Saat makan malam Vien tak ikut, ia memutuskan untuk pergi ke perpustakaan dan ternyata disana ada Aru dan Lumia yang sedang bersenda gurau. Mereka terlihat cocok. Vien awalnya ingin pergi, namun ketahuan

"Lho Vien?!. Kapan kau kembali?!." Sentak Aru

"Tadi siang." Vien pun bergabung

"Astaga kenapa kau tak temui aku?." Kesal Aru

"Hehe maaf. Sebenarnya aku ingin lebih lama disana, tapi ada suatu masalah." Ujar Vien sendu

"Masalah?. Apa kami boleh tahu?." Tanya Lumia pelan. Vien melirik

"Ya, karena kalian sahabatku. Saat aku menemui nenek Gong … dia bilang, jika aku punya adik kembar." Aru dan Lumia terkejut

"Dan kau baru tau?!."

Vien mengangguk lesu dan menceritakan semuanya. Lumia mengusap pundak Vien bermaksud membagi semangat

"Yang penting fakta itu sudah kau ketahui. Mereka hanya ingin kau selamat. Mungkin memang egois, tapi mereka tak punya pilihan lain dan tak tahu bagaimana menyelamatkan adikmu. Kau tak boleh menyalahkan mereka." Ujar Aru

"Aku tak menyalahkan mereka. Aku menyalahkan diriku, karena begitu bodohnya." Akhirnya tangis Vien pecah kembali

Aru dan Lumia mencoba memberi semangat. Setelah agak tenang Vien memutuskan untuk ke taman saja, pemandangan malam di taman memang sangat indah

"Matamu bengkak."

Vien tersentak dan menemukan seorang laki-laki dengan taring dan mata merah darah

"Regan kau mengagetiku."

Regan tersenyum kecil lalu ikut menatap bulan

"Kau tak ikut makan?." Tanya Vien

"Bagaimana denganmu?." Tanya Regan balik

"Eh eee… jangan bertanya kembali!."

Regan terkekeh dan tak menjawab. Alasannya karena ia memikirkan gadis itu. Regan mendekat lalu mengusap ujung mata Vien, membuat gadis itu terkejut

"H-hei kenapa tiba-tiba?."

"Aku menyukaimu."

Vien nge-bug

"Ha?. A-aku juga suka kamu kok. Kamu baik pengertian dan berkomitmen." Regan menggeleng

"Maksudku, aku menyukaimu sebagai seorang gadis. Bukan sahabat." Ujar Regan serius

Vien diam. Tiba-tiba awan berpindah membuat bulan purnama terlihat sepenuhnya. Cahaya menembus Vien membuat gadis itu berubah wujud menjadi setengah serigala

"Vampir … menyukai serigala?."

Tanpa mereka tahu ada sepasang mata biru yang memperhatikan dengan tajam