Chereads / Dicerai, aku jadi ipar si Pelakor / Chapter 8 - Kekasih Suami Yang Murah Hati

Chapter 8 - Kekasih Suami Yang Murah Hati

Sebulan sudah, Riana memegang kartu kredit Wena.

" Kamu bisa menghabiskan tiga ratus juta dari sini." Kata Johan waktu itu.

Riana memeriksanya, kartu kredit itu memiliki limit 3 Miliar.

" Anggap saja aku buta melihat jumlah nolnya." Riana mencibir.

Keluarga Wijaya memang luar biasa, bahkan untuk anak yang tidak sah seperti Wena masih mendapat jatah 3 miliar. Berdasarkan informasi yang diberikan Diva dan Rima, Wena merupakan cucu tidak sah di keluarga Wijaya, ayahnya menikahi ibu Wena secara siri saat masih memiliki istri sah atau istri pertama. Setelah ayahnya bercerai dengan istri sahnya, Wena bisa memasuki rumah utama tapi ibunya tidak, dia hanya menjadi istri siri. Pengecualian Wena karena dia satu-satunya cucu perempuan di keluarga Wijaya.

Wena memiliki banyak uang dan Johan tidak akan menderita bersamanya, itu pikir Riana. Jadi, dia dengan murah hati membelanjakan uang selingkuhan suaminya. Mulai membeli ruko, membuka restoran dan memindahkan kafe lamanya yang diambil dari tangan adik Johan serta merenovasinya. Dia juga membeli cincin nikah untuk Johan dan Wena serta satu untuk dirinya sendiri. Sisanya, Dia mengambil tunai.

Untuk satu Minggu ini, Johan masih kembali ke rumah meski agak terlambat dan pergi lebih cepat. Tentu saja karena dia harus menjemput dan mengantar calon istrinya.

Mungkin karena merasa bersalah, dia akan membawa makanan atau bunga bahkan pakaian.

" Apa Wena yang membeli ini?." Tanya Riana satu hari.

" Iya." Jawab Johan.

" Katanya kue ini rendah gula dan bagus untuk diet."

" Oh.... jadi aku gemuk sehingga kamu berpaling padanya yang langsing?."

" Tidak...."

" Kamu makan dulu." Riana tidak memberinya kesempatan untuk menjelaskan. Dia mengambil sepotong kue dan langsung menjejalkan ke mulutnya. Menunggu dia menelannya.

" Enak?."

Johan mengangguk. Riana membawa kue itu ke dapur tanpa memberinya ekspresi apapun.

Di hari lain, Johan membawa tas pulang.

" Ini model terkini dan lagi trend saat ini."

" Hemmm.... kebetulan tasku memang agak kuno. katakan padanya, terima kasih. Sesuatu yang lama memang perlu diganti." Riana nyelonong pergi setelah mengucapkan kata-kata itu.

Johan merasa, perlakuan dan kata-kata Riana agak aneh. Dia juga mulai menyadari ada yang berbeda dari sikap Riana menyambutnya pulang.

Dulu, saat hubungan mereka harmonis. Riana akan menyambutnya dengan senyum manis. Dia akan membiarkannya memakan sesuap atau dua suap dessert kesukaan Riana. Membantu Johan membawa barang dan masuk kamar mereka bersama. Memberikan kecupan sebelum melanjutkan pekerjaan rumah. Riana juga sangat jarang membeli makanan dari luar, dia akan memasak sendiri. Belakangan ini, semua makanan diatas meja hasil takeway yang berbeda tiap hari. Selain itu, Riana akan kenyang dan meninggalkan meja makan terlebih dahulu. Padahal, sebelum pengkhianatan itu, Riana akan menemani Johan makan walaupun dia sudah kenyang duluan, kadang mereka akan mengobrol sebentar sebelum beranjak dari meja makan. Kadang mereka sama-sama membersihkan dapur. Riana yang mencuci piring dan Johanlah yang me-lap meja.

Namun, semua hal itu sirna entah kemana. Johan mulai merasakan perbedaan itu dan merindukannya. Dia memutuskan untuk membicarakan dan membujuk Riana bila ada waktu tepat. Dia tidak menyangka, kalau waktu itu tidak perna datang di masa depan.

" Kalian harus membicarakan rencana pernikahan kalian." Kata Riana satu pagi saat mengantar Johan berangkat kerja.

Kalau orang lain mendengarnya, itu bentuk kemurahan hati seorang istri yang rela berbagi suami. Hanya Johan yang tahu, ekspresi Riana menutupi kekecewaannya. Johan perna bertanya dalam dirinya, apakah dia keliru membuat keputusan seperti ini? perlahan dia merasakan ada yang hilang dan hatinya mulai hampa.

Tak ada kebahagiaan seorang pria yang akan beristri lagi. Dia ingat bagaimana gugupnya dia saat melamar Riana. Dia senang, takut dan tegang. Kadang dia akan tersenyum sendiri membayangkan hidup Berumah Tangga, seatap dengan Riana. Bagaimana pertama kali tidur bersama? makan bersama, hanya mereka berdua?.

Menyebut pernikahannya dengan Wena, tidak ada yang istimewa yang bisa membuatnya gugup. Tidur bersama? mereka bahkan sudah melakukan hubungan suami istri berkali-kali. Makan bersama? Dia biasa makan di apartemen Wena. Apa bedanya? tidak ada. Tidak ada yang mendebarkan. Pernikahan mereka terasa hambar bahkan sebelum itu terjadi. Kepala Johan sakit bila memikirkan itu. Pernikahan ini hanyalah formalitas semata, menutupi kebusukan perzinahan mereka yang terungkap. Baginya, Riana adalah rumahnya dan Wena tempat singgah berteduh sesaat. Sayangnya, dia tidak sadar kalau dia telah membuat rumahnya porak-poranda.

Menuruti perkataan Riana, Johan tinggal sementara di apartemen Wena dengan tujuan membicarakan pernikahan.

kenyataannya, dia hanya numpang makan dan tidur.

" Apa kalian bertengkar?." Wena bertanya. Meski wajahnya terlihat prihatin, hatinya bersorak gembira. Si suami memilih ke tempat selingkuhannya, apalagi kalau ketidakpuasan pada si istri.

" Riana menyuruhku kesini untuk membicarakan pernikahan."

Wena agak masam mendengar jawaban Johan. Dia berharap mereka bertengkar dan Johan kecewa pada istrinya itu. Siapa Yang tahu kalau dia datang atas inisiatif Riana membiarkan mereka berdiskusi soal rencana pernikahan. Begitu baik hati.

" Lalu, kenapa kamu malah tidak bersemangat?."

" Semakin Riana mendorongku untuk menikah semakin aku merasa bersalah." Guman Johan membuat antusias Wena terjung kejurang terdalam.

" Tidak ada juga yang harus di diskusikan. Kita bisa menggunakan jasa Wedding organizer, biarkan mereka yang mengurus semuanya." Kata Johan terdengar malas.

" Riana memberiku desain cincin sebagai hadiah pernikahan." Dia mengeluarkan katalog.

" Kamu memilih, jangan terlalu rewel, itu ketulusan Riana pada kita jangan membuatnya kecewa. Tunjuk satu model saja. selesai!."

Wena sedikit tidak suka mendengar perkataan Johan.

" Bukankah dia mau memberikan kita hadiah? Dia harusnya menuruti detail desain seleraku, dong. Kalau memang dia tulus."

Johan yang tadinya mengantuk, dengan sigap bangun menatap tajam kearah Wena.

" Kamu mempertanyakan ketulusan Riana? Kalau kamu diposisinya, apa kamu akan bersikap demikian? Aku dekat dengan karyawan wanita saja kamu marah-marah." Johan memberinya tatapan sinis.

" Seingatku, dia meminta cerai saat mengetahui kita selingkuh. Dia benar-benar baik hati, bukan?."

Wena menyindir balik.

" Oh.... kalau kamu? tidak akan marah? mungkin kamu akan mengamuk seperti orang gila." Johan tidak mau kalah.

" Dia marah dan cemburu itu karena dia mencintaiku."

" Ohh... kalau aku marah berarti aku tidak mencintaimu?."

" Setidaknya, cemburunya lebih elegan tidak membabi buta sepertimu." Johan mencibir.

" Kalau kamu sangat menyukai istrimu yang murah hati itu, kenapa kamu datang kemari. Tetap disana." Kata Wena dengan raut sebal.

Johan dengan mood buruk langsung berdiri, melangkah keluar tanpa pamit.

Seketika Wena panik.

" Johan!." Panggilnya cepat.

Pria itu pergi tanpa berbalik.

" Johan!." Wena ingin mengejar namun sadar penampilannya sangat tidak sopan untuk menerobos turun kelantai bawah. Dia sengaja berpakaian seksi untuk memancing gairah Johan dan membuatnya semakin lengket padanya. Siapa sangka kekasihnya itu pergi dengan amarah. Dia hanya bisa berteriak kesal. Saat penglihatannya menimpa katalog yang dikirim Riana lewat Johan, dia hendak merobeknya. Saat jarinya menjangkau, dia mengurungkan niatnya. Johan akan semakin marah kalau dia merobek katalog ini, katalog yang menandakan ketulusan istri yang murah hati itu.

Shit! murah hati?!

Dia hanya wanita munafik yang pura-pura baik dan pemaaf untuk menarik simpati Johan kembali padanya. Wena marah, namun ia hanya bisa menahannya.

Kalau jalang itu bisa berakting murah hati di depan suaminya, kenapa dia tidak bisa?. Itu pikiran Wena. Dia seketika memulihkan ketenangannya dan merangkai sejumlah rencana untuk memikat Johan lagi besok.